25. Kepergian dan kesedihan.

2.7K 264 14
                                    

Chapter ini bakal panjang, 1000 kata.
Vote sama komen ya, cape mikirnya.

Happy Reading~

Rivan dengan cepat mengunci pergerakan Aldan dari belakang.

Seketika semuanya panik, saat Bram akan menghampiri mereka berdua Aldan menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Kamu ingin membunuhku. Jadi, jika aku mati kamu juga harus ikut mati denganku hahaha." Bisik Rivan di telinga Aldan.

"Beberapa menit lagi?" Tanya Aldan tanpa takut.

"Huh? Oh. 5 menit lagi" Jawab Rivan dengan santai.

"LARI SEJAUH MUNGKIN DARI GEDUNG INI!! SEKARANG JUGA!! KITA HANYA BUTUH 5 MENIT SEBELUM BOM ITU MELEDAK!!" Teriak Aldan dengan keras kepada semua orang yang ada disini kecuali Rivan yang ada di belakang dirinya.

"Keras banget kayak toa masjid." Gumam Rivan sambil mengusap telinganya yang sakit akibat teriakan Aldan.

"APA?!" Teriak semua orang kecuali Rivan.

"TAPI KAMU GIMANA??" Tanya Bram dengan panik sambil berteriak.

"AKU AKAN BAIK-BAIK SAJA, SEKARANG PERGILAH!! CEPAT! AKU MOHON AYAH! RAI! ZI! DAN KALIAN SEMUA SEGERA PERGI DARI SINI!!" Teriak Aldan dengan mata yang menyorot sendu.

"BAIK DAN BERJANJILAH UNTUK SEGERA MENYUSUL KAMI KELUAR!!" Teriak Bram dengan wajah tegas namun matanya menyorot kesedihan.

"BAIK AYAH!" Jawab Aldan dengan tegas.

'Maaf ayah, mungkin aku tidak bisa selamat.' Pikir Aldan menatap sang ayah dengan sedikit air mata yang sudah keluar dari matanya.

Mereka semua pun pergi dengan berat hati meninggalkan Aldan dengan Rivan.

****

Semua terus berlari keluar dari Gedung itu, Raina yang sudah menangis karena tidak ingin pergi dari Aldan.

"TERUS BERLARI! JAUH-JAUH DARI GEDUNG INI!!" Teriak Bram dengan keras kepada semua orang.

"Hikss alan." Gumam Raina dengan menangis sambil berlari menjauhi gedung.

'Segera menyusul kami al, jangan pergi.' Pikir Ranzi sambil berlari melirik gedung itu dengan sendu.

Mereka terus berlari menjauhi Gedung dan beberapa menit kemudian mereka sudah sangat jauh dari gedung.

Mereka berhenti berlari dan melihat kearah gedung dengan khawatir.

BOOM!!
JEDERR!!

Suara bom terdengar begitu keras sampai suara tersebut terdengar sampai 1.000 km meter dari gedung.

Api merah mengelilingi gedung, seakan-akan api tersebut memakan gedung itu tempat dimana Aldan dan Rivan berada.

"ALDAN!!" Teriak semua orang dengan Khawatir.

Bram terduduk lemas di tanah menatap Api besar itu dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.

"NGGAK! AL MASIH HIDUP!! AL HARUS HIDUP!! AL NGGAK BOLEH TINGGALIN AYAH!!" Teriak Bram sambil menangis terduduk lemas di tanah.

"Zi alan masih hidup kan? Iya kan? ALAN MASIH HIDUP KAN?! BILANG SAMA AKU ZI! ALAN MASIH HIDUP KAN?!" Ucap Raina sambil menggoyang-goyangkan badan Ranzi yang kaku melihat api merah yang menjalar tinggi.

Ranzi segera membawa Raina ke pelukannya agar Raina tenang.

"Zi.. Alan nggak ninggalin kita kan?" Tanya Raina lagi kepada Ranzi dengan nada yang tidak percaya.

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang