Happy Reading ~Sudah tiga bulan berlalu Aldan meninggalkan semua orang.
Saat ini bram berada di sebuah taman, bram hanya menatap tanpa minat kepada orang-orang yang berlalu lalang.
"Jagoan ayah kabarnya gimana ya? Ayah masih nggak percaya kalau kamu ninggalin ayah sendiri disini sama zero." Gumam Bram dengan mata yang menyorot kesedihan.
"Ayah kangen kamu, bisa nggak kamu kesini? Duduk disamping ayah, bernyanyi untuk ayah. Ayah pengen ngerasain kayak dulu lagi sama kamu." Lanjut Bram sambil melihat kearah foto Aldan yang ada di handphonenya dengan sendu.
Tiba-tiba seseorang datang di depannya.
"Permisi, saya akan bernyanyi untuk anda." Ucap orang tersebut.
Bram tetap diam sambil menunduk melihat foto sang anak.
Suara gitar berbunyi mengiringi lagu, suara seseorang itu terasa familiar ditelinga Bram.
Lagu yang dinyanyikan seakan-akan membawanya kembali lagi ke masa lalu dimana ia dinyanyikan sebuah lagu oleh Aldan sama persis dengan orang yang didepannya ini nyanyikan.
Air mata mulai menetes tanpa sadar.
Lagu yang dinyanyikan oleh orang tersebut telah selesai.
Orang itu menaruh gitarnya di samping tempat duduk, ia berjongkok di depan Bram dan menyodorkan sapu tangan.
"Ayah kenapa nangis? Al kan udah didepan ayah." Ucap orang itu yang ternyata adalah Aldan dengan mata yang sudah berkaca-kaca sambil menghapus air mata sang ayah menggunakan sapu tangan.
Bram langsung melihat kearah Aldan dengan kaget, air matanya kembali turun saat melihat wajah sang anak ada didepannya.
"Ini Aldan? Ayah nggak halusinasi kan?" Ucap Bram tidak percaya sambil menangkup wajah Aldan sambil menangis.
Air mata Aldan tidak bisa terbendung lagi saat melihat sang ayah yang sudah seperti tidak memiliki hidup, sangat kurus.
"Ayah nggak halusinasi kok. Al emang masih hidup ayah, buktinya Al ada di depan Ayah." Ucap Aldan sambil menangis dengan memegang tangan sang ayah yang menangkup wajahnya.
Bram segera memeluk Aldan dengan erat sambil menangis terharu.
"Hikss Terima kasih Tuhan." Ucap Bram sambil memeluk Aldan.
"Ayah hikss maaf aku tidak menepati janjiku, hikss aku meninggalkan ayah terlalu lama." Ucap Aldan merasa bersalah sambil menangis dipelukan sang ayah.
"Tidak apa-apa tidak usah meminta maaf ini bukan salah mu. Ini adalah takdir, tidak apa-apa." Jawab Bram sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Bram menuntun sang anak untuk duduk di sampingnya.
"Coba cerita." Ujar Bram kepada sang anak yang sudah tidak menangis.
"Aku dan Rivan saling mengejar sampai kita sampai di atap dan tanpa basa-basi aku menarik rivan terjun dari gedung itu satu menit sebelum bom itu meledak, kami jatuh di tumpukan jerami karena kita jatuh dari ketinggian 4 lantai badan kami sangat sakit walaupun kami terjatuh di tumpukan jerami namun jerami itu sangat sedikit. Entah kenapa aku ingin menolong rivan, walaupun aku tau bahwa dia terobsesi denganku siapa tau akan ada perempuan yang bisa membuatnya jatuh cinta. Sebenarnya disitu juga dia sangat syok karena aku menariknya terjun dari lantai 4..." Jelas Aldan walaupun sekali-kali ia akan cegukan akibat menangis.
"Aku segera memampah Rivan karena Rivan kakinya terkilir, menjauh dari gedung dan saat aku memampah Rivan, tiba-tiba ada seekor Harimau yang menyerang kami entah kenapa bisa ada harimau disitu. Kakiku tergigit oleh harimau tersebut, namun aku berhasil membuat harimau itu pergi. Rivan melihatku dengan ekspresi yang khawatir, aku kembali berjalan menjauhi gedung namun kami malah terjatuh dari tebing. Untung saja aku sudah menelepon Teo, Rivan tak sadarkan diri dan aku juga hanya melihat kegelapan. Saat aku membuka mata yang aku lihat adalah sebuah ruangan rumah sakit dengan banyak alat di tubuh ku." Lanjut Aldan kepada sang Ayah.
"Ayah tidak bisa menjagamu, maaf maafkan ayah." Ucap Bram merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Aldan sambil menunduk.
"Ayah sudah menjaga Aldan dengan baik, ayah tidak usah meminta maaf." Ucap Aldan sambil memeluk sang ayah dengan hangat.
"Lalu siapa yang ada di kuburan?" Tanya Bram dengan penasaran.
"Itu bukan milik ku atau pun Rivan tapi milik seseorang, Teo yang menaruhnya disana dan dia juga menyogok para polisi." Jawab Aldan.
****
Raina menendang-nendang batu krikil sambil berjalan dengan mata yang kosong.
"Al baik-baik aja kan disana? Raina rindu." Gumamnya dengan sedih.
Tanpa sadar Raina menabrak seseorang. "Ehh maaf kan aku." Ucap Raina sambil menunduk meminta maaf.
"Tidak apa-apa." Ucap orang tersebut.
'Tunggu, suara ini mirip...' pikir Raina merasa familiar dengan suara orang yang ditabrak nya.
Raina dengan cepat mengangkat wajahnya dan melihat ke arah orang yang ditabrak nya, betapa kagetnya dia saat melihat seseorang yang ditabrak nya mirip dengan sang tunangan.
"Aldan? Ini Aldan kan?" Tanya Raina secara spontan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maaf, saya Eldan bukan Aldan." Ucap Orang tersebut yang mengaku sebagai Eldan.
"Ohh maafkan saya, saya kira anda tunangan saya. Kalau begitu saya pergi dulu, sekali lagi maafkan saya." Ucap Raina meminta maaf dan berjalan pergi dengan rasa sedih.
Dan saat Raina baru saja melangkah tidak jauh dari orang itu.
Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang sambil berbisik. "Bagaimana mungkin aku melupakan tunangan kecilku ini hmm?"
[ Notes : Hikss author baper:( ]
Raina membekap mulutnya dengan tidak percaya, air matanya turun begitu saja.
Raina berbalik dan melihat seseorang itu yang tersenyum menatapnya dengan kaget.
"Aldan?" Tanya Raina masih tidak percaya dan bertanya untuk memastikan bahwa dia adalah Aldan.
"Tentu saja Rai ini Alan tunangan Raina, Maaf tadi aku berbohong kepadamu tentang namaku." Ucap Aldan dengan lembut mengelus rambut panjang Raina.
Raina segera memeluk Aldan dengan erat sambil menangis, ia bertanya bagaimana bisa Aldan selamat dari ledakan bom itu.
Aldan menjelaskan tentangnya saat kejadian itu, ia juga meminta maaf karena meninggalkan Raina sendiri.
Aldan juga menjelaskan bahwa yang menyelamatkan nya adalah Teo, Teo juga yang membuat rencana penyelamatan Aldan.
****
Happy ending nihhh wkwkwk.
Jangan lupa vote and komen!
Bye²
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]
Teen Fiction[No plagiat!] [NORMAL!! ] Ia hanyalah seorang figuran di dalam sebuah novel best seller yang baru-baru ini sedang viral di kalangan anak remaja. Aldan kavran dallara. Seseorang yang sangat tenang dan juga tampan, namun ia hanyalah seorang figuran...