05. Panggilan baru

7.8K 755 15
                                    

Aldan dan ranzi membantu raina untuk mengangkat barang-barang yang dibeli raina menuju ke dalam rumah panti asuhan.

Anak-anak melihat banyak mainan yang dibawa aldan dan ranzi pun sangat senang, mereka mengoceh kegirangan.

"Kak raina! Apa kabar?"tanya seorang anak kecil yang menggunakan bando pink di kepalanya.

"Wahh kak raina datang bersama teman-temannya!"

"Asikk! Kak raina bawa mainan."

Dan masih banyak lainnya.

"Kak raina baik, eri."jawab raina sambil tersenyum menatap anak kecil yang menanyai kabarnya.

"Dan semua mainan ini buat kalian! Bersenang-senang lah."lanjut raina dengan senyuman menatap anak-anak panti.

Ranzi baru saja menaruh barang-barang yang raina beli di lantai pun langsung bermain dengan anak-anak, ia seperti sangat senang ketika melihat anak-anak kecil.

Raina berbicara kepada pemilik panti asuhan ini, sedangkan aldan ia hanya diam menatap anak-anak itu bermain.

Tapi pandangannya tak sengaja melihat seorang anak laki-laki yang memilih menyendiri dari anak-anak yang sedang bermain. Karena penasaran, ia pun mendekati anak itu.

Kemudian ia duduk disamping anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu hanya diam saat aldan duduk di sampingnya.

"Pelgi!"ucap anak itu dengan cadel dan nada mengusir, tanpa melihat kearah aldan.

Aldan tak bergeming dan hanya diam menatap anak laki-laki itu. 'Anak ini mirip dengan ku waktu aku masih menjadi eldan, hanya saja ia cadel dan aku tidak.' batinnya.

"Aku bilang pelgi!"ucap anak itu lagi, kali ini ia melihat kearah aldan.

Bukannya pergi, aldan malah bertanya kepada anak laki-laki itu. "Boy, siapa namamu?"

"Zelo dan bicakah anda pelgi, aku ingin cendili."jawab zero sambil melihat kearah lain.

Aldan menarik pelan wajah zero agar menatapnya. "Jika ada yang berbicara, lihatlah kepada seseorang yang berbicara padamu, kamu tidak sopan jika kamu malah mengalihkan pandangan."ucap aldan menasehati zero dan zero hanya mengangguk pelan.

"Berapa umurmu? Aku tak akan pergi sebelum kamu menjawab semua pertanyaan ku"ucap aldan.

Zero memperlihatkan kelima jari kecilnya kepada aldan. "Cudah, bicakah anda pelgi cekalang?"ucap zero kepada aldan.

"Belum, kenapa kamu sendiri disini?"

"Hanya ingin."

"Kamu hebat."ucap aldan dengan sedikit senyuman di wajah tampannya yang mampu membuat kaget zero.

"Kenapa?"tanya zero dengan lirih kepada aldan.

"Entahlah, dimataku kamu sangat hebat."jawab aldan sambil mengelus rambut zero.

Mata zero berkaca-kaca saat merasakan sebuah tangan yang mengelus rambutnya dengan lembut. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini, walaupun rambutnya sering di usap oleh pemilik panti tapi rasanya berbeda ketika ia dielus oleh seseorang yang ada di sampingnya.

Aldan yang melihat ada air mata yang menetes dari mata zero pun menghapus air mata itu dengan tangannya dan ia mengucapakan. "Anak laki-laki itu jangan cengeng."

'Bolehkah aku mengadopsi nya? Aku seperti melihat diriku sendiri di tubuh anak ini.'batin aldan.

'Baiklah, aku akan mengadopsi zero walaupun nantinya ayah tak mengizinkan.'lanjut aldan di hati dengan tekad yang membara untuk mengadopsi zero.

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang