17. Penyelamatan dan ketakutan seorang Aldan.

3.2K 319 19
                                    

Hari ini author update 3 chapter.
Karena hari ini hari spesial.
Sksksksk.

Happy Reading~

Saat ini Aldan sudah ada di sebuah hutan, ia bersembunyi di balik semak-semak.

"Ternyata dia yang udah nyulik anak gue!" Gumam Aldan dengan marah saat melihat bangunan di depannya.

Aldan juga membawa sebuah Pistol di sakunya untuk berjaga-jaga.

Dengan santai Aldan melewati para penjaga tanpa ada yang melihatnya, tentu saja memakai sebuah trik.

Tanpa sengaja seorang penjaga melihat dirinya, tanpa membuang waktu ia pun membuat penjaga itu pingsan dengan menyuntikkan sebuah obat bius yang ia bawa.

Ia masuk kedalam bangunan itu, bangunan itu seperti sebuah mansion besar karena ia melihat ada ruang tamu dan lainnya.

"Dia pasti di kamar." Gumamnya pelan dan berjalan menuju atas lewat tangga yang ada di ujung ruang tamu.

Saat sudah sampai di atas, ia sudah tidak melihat ada para penjaga. Aldan melihat sebuah pintu yang berwarna hitam, dengan perlahan ia membuka pintu tersebut.

Ia bisa melihat zero yang terbaring tak sadarkan diri di kasur kamar itu, saat ia akan mendekati zero tiba-tiba dari arah belakang ada yang memeluknya.

"Akhirnya datang juga." Ucap dia tepat di telinga Aldan.

"Apa yang lo lakuin sama anak gue, bangsat!" Aldan berkata dengan marah dan dengan cepat ia melepaskan pelukan dia dengan gerakan sikutan.

Dia mengangkat kedua tangannya di udara. "Tenanglah, anakmu sedang tertidur." Ucap dia dengan santai.

"Gue nggak percaya! Lo pasti ngelakuin hal yang di luar nalar kan?!" Ucap Aldan dengan marah sambil menunjuk kearah dia.

"Segitu sayangnya kah kamu dengannya?" Tanya dia.

"Iyalah, dia anak gue!"

"Tapi kan hanya anak angkat."

"Dia mirip sama gue! Gue nyaman sama dia!"

"Kalau gitu ayo bikin."

"Brengsek! Inget lo laki-laki Van!"

Namanya Rivan zendirata, seorang laki-laki yang terobsesi dengan Aldan dari SMP, aldan mengetahui itu karena ingatan dari Aldan yang asli.

"Kamu tau kan aku sangat mencintaimu."

"Gue tau itu van! Tapi kita nggak bisa bersama! Lo itu laki-laki dan gue laki-laki, kita nggak bisa bersatu!"

"Tapi tetap saja! Aku mencintaimu Aldan Kavran Dallara!" Ucap Rivan dengan tegas sambil mencengkram kedua pundak Aldan.

"Banyak perempuan di luar sana yang cinta sama lo van! Please gue udah capek dikejar lo terus!" Bentak Aldan dengan menatap tajam Rivan.

Aldan menepis tangan Rivan dari pundaknya dan langsung menggendong zero, mereka berdua pergi dari kamar Rivan.

Rivan hanya diam ketika mendengar itu, dan membiarkan Aldan pergi.

"Kamu nggak bisa lepas dari cengkraman seorang Rivan zendirata!." Ucap Rivan dengan setiap kata yang ia tekan.

****

Saat ini Aldan dan zero sudah ada di rumah sang ayah, disana juga ada raina, kakek Wisnu dan nenek jina.

"Kalian nggak kenapa-napa kan?" Tanya Bram dengan khawatir.

"Kita nggak kenapa-napa kok yah, tapi zero masih dalam pengaruh obat bius." Ucap Aldan dengan khawatir menatap zero.

"Hikss maafin rai." Ucap raina sambil menangis, ia masih merasa bersalah.

Aldan mengusap rambut panjang raina dengan lembut. "Tidak apa-apa." Ucap Aldan sambil tersenyum kecil.

"Siapa yang sudah menculik zero al?" Tanya kakek Wisnu kepada aldan.

"Hanya seseorang yang menginginkan uang kek." Jawab Aldan dengan kebohongan disetiap kata.

Semua percaya tapi bram tidak percaya itu, mungkin ia harus berbicara empat mata dengan sang anak.

"Kakek lupa ada pertemuan di kantor, kita harus pulang." Ucap kakek Wisnu dengan tiba-tiba.

"Bolehkah raina disini?" Tanya raina kepada sang kakek.

"Tidak bisa rai, Aldan harus menenangkan diri karena penculikan terhadap zero." Ucap nenek jina agar raina pulang bersama mereka.

"Baiklah." Ucap raina dengan cemberut tapi ia tetap menurut.

"Kami pamit bram, aldan." Ucap kakek Wisnu berpamitan.

"Iya hati-hati di jalan."

Keluarga kakek Wisnu pun pergi dari mansion Dallara.

"Al, ayah tau kamu berbohong." Ucap bram kepada Aldan.

Aldan mengangguk pelan. "Bisakah kita berbicara di ruangan kerja ayah? Tapi sebelum itu Aldan akan membawa zero ke kamar."

"Baiklah."

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju kamar Aldan terlebih dahulu.

Aldan menaruh zero di kamarnya, tapi sebelum keluar dari kamar ia mencium kening zero.

Saat ini mereka berdua sudah ada di ruangan kerja bram.

Aldan duduk di depan sang ayah, perlahan air matanya mulai turun. "Hikss Ayah dia kembali." Ucap Aldan sambil menangis.

Bram menarik zero kedalam pelukannya."Siapa nak?" Tanya bram sambil mengelus punggung Aldan.

"Hikss Rivan zendirata ayah, dia kembali." Jawab Aldan masih dengan menangis.

"Apa?! Jadi dia yang menculik zero?!" Ucap bram dengan sangat marah dan diangguki Aldan.

Trauma terbesar Aldan yang asli adalah kepulangan seorang Rivan zendirata.

"Hikss Aldan takut ayah! Takut jika dia melakukan hal seperti dulu." Ucap Aldan dengan badan sedikit gemetar.

"Tenang nak. Ada ayah disini, ayah akan terus menjaga kamu." Ucap bram sambil memeluk Aldan lebih erat.

Bajingan! Kenapa dia harus kembali?!. Pikir bram dengan sangat marah.

Bram menatap kearah Aldan yang sedang menangis di pelukannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

***

[ note : Semua masih normal hanya saja si Rivan gila yang kek gitu!! ]

..02 Mei 2022..

Selamat Hari Raya Idul fitri, bagi yang menunaikan. Author mengucapkan Minal aidzin wal faidzin mohon maaf, lahir dan batin! 🙏🏻

Sksksksk.
Happy birthday to me!🎂

Jangan lupa vote end komen.

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang