19. Ranzi ngambek.

3.2K 326 9
                                    

Yeorobun maafin author krn up nya lama.
Libur dlu seminggu, wkwk.

Ehh yeorobun moon maap nih ya, Crt Aldan masih normal.
Hanya saja rivan terobsesi dengan aldan, pasti kalian tau kan tentang bisexsual? Nah si rivan memiliki gangguan seperti itu, hanya saja ia hanya dan sangat terobsesi dengan Aldan.

Happy Reading~

Aldan merasa gelisah, takut jika rivan akan pindah ke sekolah dirinya dan melakukan hal seperti dulu.

Walaupun dia merasa takut dan gelisah, tapi ia berhasil menutupi semuanya dengan wajah datar andalannya.

Saat ini, aldan sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah.

"Semoga dia tidak disana." Gumamnya pada diri sendiri.

Aldan segera turun ke meja makan, zero sudah pergi lebih dulu ke meja makan.

Saat di meja makan, seperti biasa sudah ada sang ayah dan sang anak.

"Daddy sini."Ujar Zero kepada Aldan sambil tersenyum dan menepuk-nepuk kursi yang ada di sampingnya.

Aldan sedikit tersenyum dan kemudian duduk di samping zero. " Pagi."ucapnya.

"Pagi juga."

"Kamu berangkat bareng ranzi kan?" Tanya Bram kepada Aldan.

"Iyaa, pake motor sendiri-sendiri kata ranzi juga dia berangkat sama temen-temen nya." Ucap Aldan sedikit mengangguk.

"Ya udah, syukur deh kalau gitu." Ucap Bram.

Mereka pun makan dengan tenang tanpa ada gangguan, walaupun sekali kali zero akan membuat candaan. Maklum lah dia masih kecil, umurnya aja baru 5 tahun.

Suara motor terdengar di depan mansion Dallara.

"Itu mereka, al berangkat ya." Pamit Aldan kepada sang ayah.

Aldan mencium kening dan pipi chubby sang anak sebelum berangkat. "Baik-baik disini dan jangan nakal ya."

"Al jangan lupa bawa alat itu ya." Ucap Bram mengingatkan sang anak agar terus membawa tombol kecil yang dulu ia berikan.

"Iya ayah dan al juga udah modifikasi tombol itu jadi cincin, lihatlah." Jawab Aldan sambil menunjukkan sebuah cincin yang terpasang di jari, di samping cincin tunangannya.

"Baguslah. Tenang saja nak ayah akan menjaga kamu." Ucap Bram sambil tersenyum menatap sang anak.

"Terima kasih ayah." Aldan membalas senyuman sang ayah dan ia segera ke depan setelah pamit.

Saat di depan ia sudah melihat ada Ranzi, Esnan, dan Rio menggunakan motor sport masing-masing.

"Akhirnya keluar juga, ngapain sih lama amat?" Tanya Ranzi sedikit kesal karena ia menunggu lama di depan.

"Ngobrol." Jawab Aldan dengan singkat sambil menaiki motor nya.

"Ehh ehh gimana kalo kita balapan?" Ujar Rio membuat tiga remaja itu menatap dirinya dengan semangat.

"Boleh!! /Boleh juga!!/Siapa takut?!!" Ucap ketiga remajanya itu dengan semangat.

"Asikk nih, gimana kalo yang kalah traktir makanan di kantin?." Ujar Rio dengan tak kalah semangat.

"Heh! Siapa takut." Ucap Esnan dengan remeh seakan ia sangat percaya bahwa ia akan menang.

"Jangan sombong dulu, kita buktikan." Ucap Ranzi sedikit kesal karena Esnan terlalu percaya diri.

"Baris, jangan membuang waktu." Ucap Aldan dengan datar dan menyiapkan motornya.

Mereka pun berbaris.

Satu!

Dua!

Tiga!

Brumm!
Brumm!
Brumm!
Brumm!

Motor mereka melaju dengan kencang menerjang jalanan menuju sekolah tanpa mendengar sumpah serapan dari para pengguna jalan lainnya.

Lapangan sekolah yang tadinya sedikit sepi sekarang bertambah ramai karena kedatangan Aldan dan Ranzi dkk yang menggunakan motor dengan kecepatan tinggi seakan sedang balapan. Memang benar, mereka sedang balapan.

Aldan datang lebih dulu dari yang lain, diikuti oleh Ranzi, kemudian Rio, dan terakhir Esnan.

Ohh lihatlah itu, Esnan terkena karma.

"Hahahaha puas lo! Makanya jangan sombong!" Ledek Rio kepada Esnan.

Esnan yang diledek seperti itu wajahnya jadi masam seperti baju yang belum disetrika, kusut.

"Karena gue yang kalah, gue yang traktir kalian. Tapi jangan banyak-banyak dan jangan yang mahal ya? Nanti uang gue abis lagi." Ucap Esnan dengan pasrah untuk mentraktir teman-temannya.

"Bokap lo kaya nan, tinggal minta aja." Ujar Ranzi sesad dan diangguki oleh Rio.

"Nggak mau agh, mending pake uang sendiri." Jawab Esnan.

"Emang lo udah kerja?" Tanya Rio.

"Ehh jangan salah bestie, gue walaupun anak orang kaya tapi gue juga kerja loh. Iya nggak al?" Esnan sedikit menyenggol tangan Aldan.

"Hmm." Aldan sedikit mengangguk mengiyakan ucapan Esnan.

Tiba-tiba raina datang dan menyapa mereka.

"Pagi bestie!" Sapanya dengan semangat.

"Pagi juga!" Jawab mereka berempat.

Atensi Rio tiba-tiba melihat kearah jari raina dan Aldan yang sama-sama memakai cincin.

"Kalian tunangan? Itu kan cincin pertunangan dan juga cincinnya kembar lagi." Ucap Rio tiba-tiba membuat Raina gugub, sedangkan Aldan hanya biasa saja.

"Kalian tunangan? Bener? Kok nggak bilang?! Waahh nggak sayang lagi nihh kalian sama gue, au ah gue ngambek." Ucap Ranzi dengan mengalihkan pandangannya tak mau melihat Raina dan Aldan.

"Iya, kita tunangan." Ucap Aldan dengan santai sambil menggenggam tangan Raina dengan erat.

Ke tiga remaja itu kaget, dan Raina menunduk malu.

Namun Aldan melakukan itu bukan karena terpaksa atau apalah, ia melakukan itu dengan reflex dan juga karena ada seseorang yang melihati dirinya dari pertama ia masuk kedalam gerbang sekolah.

Seseorang itu dari jauh meremas kedua tangannya saat melihat Aldan yang menggenggam tangan seorang gadis.

****

Ayolah reader masa vote nya sedikit yang baca lebih dari 100 setiap chapter.
Kan author jadi males nulis kalau gitu.
Jangan kayak gitu lah, hargai karya seseorang.
Walaupun itu hanya sepele, namun bagi yang menulis cerita akan merasa bahagia dan juga semangat. Dipikirannya "wahh ternyata karyaku banyak yang suka.".

Jadi mohon untuk para readers untuk Vote, komen ya!

Author bukan ngemis sama kalian buat kasih vote, tapi author mengungkapkan ini dari hati author sendiri dan para penulis wp yang lainnya.

Kalau kalian pengen ngerasain, coba deh bikin cerita.

Dah lah byee!

Maapin yakk!

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang