04. Kebersamaan teman kecil

9.1K 778 19
                                    

Perlahan raina melepaskan pelukannya dan menatap aldan yang lebih tinggi dari dirinya.

"Jangan tinggalin rai lagi ya, Janji?"ucap raina dengan mata sembab karena habis menangis dan hanya dijawab anggukan oleh aldan.

Ranzi dan semua siswa merasa hanya menjadi nyamuk bagi mereka.

"Al, ini beneran lo kan? Gue mau bukti, kalau lo beneran alan."ucap ranzi kepada aldan.

Aldan mengangguk pelan dan mengucapkan. "Lo nangis pas gue mau pergi, lo itu cengeng."

Ranzi seketika langsung malu dan para siswa juga kedua temannya berusaha untuk tidak tertawa.

"Ck! Udah, jangan nyebar aib."ucap ranzi dengan kesal sekaligus malu.

Aldan menatap sinis ranzi dan mengucapkan. "Dih. Tadi sok keras bentak rai, pas gue bilang kalau gue itu alan, lo langsung kicep."

Ranzi yang mendengar sindiran itu pun langsung menunduk dan mengucapkan. "Maaf."

Aldan tak memperdulikan ucapan dari ranzi dan memilih mengajak raina untuk pergi.

"Gue ikut ya? Masa temen kecil gitu? Satunya diajak, satunya ditinggal."ucap ranzi dengan cemberut.

"Urusin tuh, pacar lo!."ucap aldan dengan wajah datar sambil menunjuk dea yang masih berada di belakang ranzi.

Ranzi melihat kearah belakang dengan wajah datar dan mengucapkan. "Nggak penting. Ayo, kita reunian."

"Terserah, tapi minta maaf dulu sama rai dan peluk rai. Kalau gue liat lo nyakitin rai lagi, hubungan teman kecil kita hancur dan gue bakal nyalahin lo."ucap aldan dengan penekanan disetiap kata.

"Jangan dong."ucap ranzi dengan wajah cemberut, ranzi mengangguk paham dan berjalan ke depan rai, ia menangis mengingat masa kecil mereka bersama dan mereka berjanji akan selalu melindungi raina sampai kapanpun.

"Kalian janji ya, jangan pernah tinggalin rai sendiri. Rai sangat takut jika kalian pergi."ucap raina kecil dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Anzi janji bakal lindungi rai, dan akan selalu bersama rai. Jika rai ada masalah cerita saja kepada anzi atau alan ya."ucap ranzi kecil sambil tersenyum di wajah tampannya.

"Alan akan selalu ada di hati kalian dan selalu ada di sisi kalian. Jangan pernah sungkan untuk bercerita kepada alan, alan akan menjadi pendengar yang baik buat kalian."ucap aldan kecil kepada mereka berdua.

Aldan dan kedua teman kecilnya itu memiliki selisih satu tahun.

"Jika ada yang menyakiti rai, siapapun itu. Bilang saja kepada Alan atau anzi, alan dan anzi akan menghukum seseorang yang menyakiti rai."lanjut aldan kecil sambil mengelus rambut raina kecil dan ranzi kecil.

Tapi nyatanya, ia malah membentak raina dan menyakitinya. Sungguh, ia adalah seorang pria yang sangat tak bertanggung jawab dengan janji.

Mengingkari janji karena seorang wanita yang entah datang dari mana, haruskah ia melupakan orang yang dia cintai dan memilih bersama teman masa kecil juga kedua temannya.

Sekarang yang terpenting adalah meminta maaf kepada raina.

Ranzi langsung memeluk raina di depan para siswa sma lentera dan di depan dea. Ia menangis memeluk raina dan mengucapkan maaf berkali-kali. "Hikss maaf rai, anzi nggak nepatin janji. Hikss maaf rai, maaf, maaf."

Raina membalas pelukan ranzi dengan air mata yang mengalir kembali dan membalas ucapan ranzi. "Hikss iya, anzi jangan kayak gitu lagi. Rai sakit ketika anzi malah membela orang lain."

"Hikss maafin anzi rai."

Karena muak melihat ranzi dan raina yang berpelukan, dea pun pergi dari sana dengan wajah menahan marah.

Kepergiannya tak luput dari pandangan aldan  dan salah satu teman ranzi, entah kenapa aldan malah menyuruh teman ranzi yang melihat dea pergi untuk mengikuti dea dengan bahasa isyarat.

Dan dengan mudahnya, teman ranzi itu pergi untuk mengikuti dea.

.....

Setelah acara kangen-kangenan dan maaf-maafan, sekarang mereka bertiga sudah ada di sebuah mal.

Ya, mereka membolos.

Mereka bersenang-senang bermain banyak permainan bersama, setelah beberapa waktu bermain permainan, raina merasa lapar dan mengajak kedua teman kecilnya untuk makan terlebih dahulu.

Aldan dan ranzi hanya menuruti kemauan raina, mereka pun makan di salah satu restoran yang ada di mall tersebut.

Setelah beberapa menit mereka makan, makanan mereka sudah habis dan kali ini yang bayar adalah ranzi.

Saat baru keluar dari restoran itu, raina teringat suatu hal dan mengajak kedua teman kecilnya untuk membeli sesuatu.

Raina membeli banyak sekali mainan anak-anak, buku-buku dongeng, beberapa kebutuhan sehari-hari.

Ranzi bertanya dengan penasaran. "Rai kenapa kamu membeli banyak sekali mainan?"

"Semua yang aku beli itu untuk anak-anak panti."jawab raina dengan senyuman yang terpasang di wajahnya sambil menatap ranzi.

Aldan yang mendengar itu hanya tersenyum kecil. 'Tebakan ku benar, dia tak seburuk itu.'batin aldan sambil mengangguk pelan.

Ranzi yang mendengar kata anak-anak, matanya berbinar senang dan mengatakan. "Anak-anak? Kita kesana!."

Aldan menggeleng pelan saat melihat tingkah laku ranzi yang berbeda ketika bersama dengan dirinya dan raina.

'Benar, novel ini telah berubah.'batin aldan sambil menutup mata sebentar dan kemudian membuka kembali matanya.

"Alan ayo. Kita ke panti, nanti rai kasih alamat nya."ucap raina kepada aldan, karena mereka menggunakan mobil aldan.

Loh, kok mobil? Iya, jadi motor aldan dan motor ranzi ditinggal di parkir sekolah, mereka lewat gedung belakang untuk keluar dari sekolah. Disana aldan sudah menyuruh seseorang untuk membawa mobil ke gedung belakang sekolah.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di panti asuhan yang raina bilang, kedatangan raina dan kedua teman kecilnya disambut baik oleh anak-anak panti tersebut.

.
.
.
.
.

Author udah update 3 chapter ya>>

Komen untuk next>>

Jangan lupa vote, komen and share>>

Bye²

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang