02. Tubuh baru dan dunia baru

11.4K 959 81
                                    

Eldan terbangun di sebuah kamar yang hampir mirip dengan kamar dirinya, namun ia sadar bahwa ini bukan kamar miliknya.

"Gue dimana?"gumam eldan bertanya-tanya dimana ia berada, seingatnya ia sedang tidur di kamarnya, tapi sekarang kenapa ia terbangun di kamar yang berbeda walaupun warnanya sama dengan kamar miliknya.

Tiba-tiba banyak memori atau ingatan milik orang lain memasuki kepalanya, dengan sekuat tenaga ia menahan untuk tidak pingsan karena rasa sakit di kepalanya.

Beberapa menit kemudian ingatan itu berhenti memasuki kepalanya, ia pun bernafas lega.

Ia bergumam. "Gue masuk novel milik rakha yang berjudul gadis imut dea? Apa ini karma gara-gara gue lempar buku novelnya?"

Ia memijat pelapisnya dengan bingung dan juga kesal, pria tampan itu bergumam. "Gue masuk ke dalam tubuh aldan kavran dallara, seorang figuran yang hanya muncul satu kali saat ada pertengkaran antara ranzi dan raina."

"Aldan yang asli nggak punya temen lagi, padahal tampan, tapi masih tampanan gue. Apa susahnya sih cari temen?"

"Oh iya, dari ingatan aldan kalau raina sama ranzi itu temen masa kecilnya. Tapi kenapa, pas rakha cerita ke gue kalo raina sama ranzi nggak punya teman masa kecil selain mereka berdua?"

Eldan langsung berdiri dari duduknya dan mengucapkan. "Ngapain gue pusing-pusing mikirin itu, kan tinggal ngikutin alur dan hidup dengan damai."

Tiba-tiba ia tersenyum miring dan bergumam. "Tapi gue nggak semudah itu lepasin ini novel. Main-main dulu sama alur novel ini kayaknya seru juga."

"Nge bongkar semua kebusukan deanjing dan sedikit merubah isi novel ini, setelah itu hidup dengan damai."lanjutnya masih dengan senyuman miring yang terpasang diwajahnya.

"Bukannya besok adalah plot dimana gue muncul dan terjadinya pertengkaran antara raina dengan ranzi?"tanyanya kepada diri sendiri.

Senyuman miring eldan kembali menghiasi wajahnya dan ia bergumam. "Waktu yang tepat untuk merubah plot."

Raut wajah eldan menjadi sendu karena mengingat kedua orangtuanya dan kondisi tubuhnya. "Tubuh gue disana kenapa ya? Mereka pasti khawatir sama gue."

"Maaf yah, bund. El nggak tau kenapa el bisa disini."lanjut nya sambil melihat kearah jendela.

Tok.
Tok.
Tok.

"Den al udah bangun? Kalau udah turun kebawah den, makan malam."ucap seseorang dari pintu kamarnya.

[ ɴᴀᴍᴀ ᴇʟᴅᴀɴ sᴇᴋᴀʀᴀɴɢ ᴅɪ ɢᴀɴᴛɪ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ᴀʟᴅᴀɴ ᴋᴀᴠʀᴀɴ ᴅᴀʟʟᴀʀᴀ ]

Aldan yang mendengar itu pun bergumam."Yang mengetuk pintu adalah bi ira, pembantu di mansion keluarga dallara yang sudah bekerja disini bertahun-tahun dari bi ira masih muda."

"Iya bi."jawabnya kepada bi ira yang ada di balik pintu dan kemudian membuka pintu kamarnya.

Bi ira tersenyum di wajah keriputnya dan mengucapkan. "Den al ayo turun, ayah anda sudah menunggu."

'Benar juga, aldan yang asli tidak memiliki ibu. Kasihan sekali dirimu aldan.'pikirnya kasihan kepada aldan yang asli.

Aldan mengangguk pelan dan kemudian turun bersama bi ira menuju meja makan. Setelah sampai di meja makan, aldan melihat sosok pria  paruh baya tapi masih terlihat tampan. Mungkin, pria itu sudah berkepala empat.

'Pria itu adalah bram putra dallara atau ayah dari aldan yang artinya pria itu adalah ayah gue.'pikir aldan saat melihat sang ayah barunya itu.

Bram tersenyum melihat sang anak dan menyuruh sang anak untuk duduk. "Al, kenapa disitu? Ayo duduk, ayah sudah menunggumu."ucapnya.

Bi ira pamit untuk pergi ke dapur karena masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan.

Aldan mengangguk paham sebagai jawaban dari perkataan sang ayah dan kemudian duduk di kursi miliknya, bram yang melihat putranya sudah duduk pun memulai makan malam mereka.

Beberapa saat kemudian, mereka sudah selesai dengan makan malam dan bram menyuruh pembantu yang lainnya untuk membereskan piring yang sudah mereka berdua gunakan.

Bram menyuruh sang putra untuk ikut menuju ruangan kerja miliknya, aldan hanya mengangguk kecil dan berjalan bersama bram menuju ruangan kerja sang ayah atau ruang kerja bram yang ada di mansion.

Setelah sampai di ruangan kerja bram, bram bertanya kepada sang putra. "Al masih ingat dengan raina?"

Aldan yang ditanya seperti itu pun mengangguk dan menjawab. "Ya, kenapa?"

"Kemarin ayah berbicara dengan kakeknya raina dan kakeknya raina bercerita kepada ayah."ucap bram kepada sang putra sambil menceritakan apa yang dikatakan kakeknya raina.

Aldan mendengarkan cerita dari sang ayah dengan seksama, mungkin saja ini akan membantu dirinya untuk merubah sedikit alur novel.

...

Aldan duduk di meja belajarnya sambil memikirkan perkataan sang ayah tentang rania.

"Kenapa kata kakek wisnu, raina memiliki banyak luka di tubuhnya? Sedangkan di novel, raina selalu membully dea."gumamnya bertanya-tanya.

"Benar juga, waktu itu gue pernah bilang kalau gue nggak suka karakter dea dan lebih kasian sama karakter raina. Sampai sekarang gue masih bertanya-tanya tentang itu? Kenapa gue kasian sama karakter raina, sedangkan di novel ini raina hanya membully dea."

"Dan gue juga pernah bilang kalau novel ini ada yang aneh, gue ngerasa karakter dea itu bermuka dua. Novel ini hanya berjalan di kisah perjuangan cinta ranzi dan dea, sedangkan para orang tua mereka berdua hanya muncul beberapa kali saja."

"Judulnya saja sudah sangat aneh, gadis imut dea. Pasti di balik judul itu tersimpan sebuah rahasia dari semua alur novel ini."jelasnya sambil mengangguk pelan.

Ia mengacak-acak rambutnya frustasi."Udahlah, pusing gue."ucapnya dengan frustasi dan kemudian langsung berjalan menuju kasurnya, setelah itu tidur.

Sebelum ia tidur, ia mengucapkan. "let's play the characters!"ucapnya sambil tersenyum miring.

.
.
.
.
.
.

ɴɢɢᴀᴋ sᴀʙᴀʀ ʟɪᴀᴛ ᴘᴇʀᴛᴇɴɢᴋᴀʀᴀɴ ᴀɴᴛᴀʀᴀ ʀᴀɴɪᴀ ᴅᴀɴ ʀᴀɴᴢɪ!
ᴅᴀɴ ᴍᴇʟɪʜᴀᴛ ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴀᴋᴀɴ ᴅɪ ʀᴇɴᴄᴀɴᴀᴋᴀɴ ᴀʟᴅᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴɢᴜʙᴀʜ ᴀʟᴜʀ ɴᴏᴠᴇʟ!

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴠᴏᴛᴇ, ᴋᴏᴍᴇɴ, ᴀɴᴅ sʜᴀʀᴇ!

ʙʏᴇ²

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang