03. Sekolah dan dialog yang berbeda

9.9K 929 11
                                    

Keesokan paginya, aldan dibangunkan oleh bi ira karena hari ini adalah hari dimana ia harus berangkat ke sekolah.

"Untung bukan senin."gumam aldan sambil bernafas lega, setelah itu ia pun pergi ke bawah karena dia sudah rapi dengan pakaian sekolah.

Seperti biasa saat dibawah, ia melihat sang ayah yang sudah ada di meja makan dengan segelas kopi dan beberapa roti untuk mereka berdua sarapan.

"Pagi."ucapnya sambil duduk di kursi yang tersedia dan menyapa sang ayah.

Bram tersenyum kecil saat melihat sang putra yang sudah duduk, kemudian ia pun menyuruh sang anak untuk sarapan bersama dan setelah sarapan selesai, ia menyuruh aldan untuk berangkat ke sekolah.

Aldan hanya mengangguk pelan dan berpamitan dengan bram, setelah itu ia berangkat menuju sekolah dengan menggunakan motor.

Dan seperti biasa saat memasuki lingkungan sekolah, banyak teriakan para siswi sma lentera kepada dirinya.

Aldan hanya menatap datar para siswi yang meneriaki dirinya dan berjalan acuh menuju kelasnya karena sebentar lagi bell berbunyi.

Tebakannya benar. Baru saja ia duduk di bangku miliknya, bel dengan tiba-tiba berbunyi menandakan jam pelajaran dimulai. Tak lama kemudian, seorang guru laki-laki datang ke kelas mereka.

Guru itu menyapa para siswa sambil tersenyum ramah dan setelah itu guru tersebut mengabsen semua siswa.

Pelajar pun dimulai.

Satu jam telah berlalu dan pelajaran tersebut pun selesai, guru itu menyuruh para murid untuk beristirahat karena bel sudah berbunyi pertanda jam pelajaran telah usai dan waktunya beristirahat.

Setelah guru itu pergi dari kelas mereka, para siswa kelas itu pun mulai berhamburan menuju kantin, ada juga yang menuju perpustakaan.

Termasuk dirinya yang keluar dari kelas dengan santai dan wajah datar menuju kantin, saat di kantin ia melihat pertengkaran antara sang antagonis perempuan dan protagonis laki-laki.

Ia yang melihat itu pun bertanya-tanya di dalam hati. 'Ohh plotnya ternyata sudah berjalan.'batinnya.

Ia hanya diam melihat pertengkaran mereka.

"Rania! Lo apa-apa sih?! Kenapa lo selalu bully dea?! Dea ada masalah apa sama lo?!"bentak ranzi kepada raina.

Raina terkekeh pelan dan membalas bentakan ranzi. "Salahnya?! Banyak! Bahkan nggak bisa dihitung oleh jari!."bentak raina sambil nenunjuk ke wajah dea yang sudah menangis dibelakang ranzi.

'Tunggu, dialog seperti ini tidak ada di novel. Apa karena kedatangan ku kesini membuat semua plot berubah? Mungkin saja, akhhh bundaa tolongin el!'batinnya saat mendengar dialog yang berbeda dengan di novel aslinya dan diakhiri dengan nada yang ingin menangis.

"Tapi kenapa lo harus bully dia?!."tanya ranzi dengan sedikit tenang kepada raina.

"Lo nggak perlu tau, ini urusan gue sama dia."jawab raina dengan acuh.

Tiba-tiba suara dari belakang ranzi mengalihkan perhatian mereka. "Kak, kenapa kakak selalu bully aku?"tanya dea dengan wajah yang tersakiti kepada raina.

Raina memutar bola matanya dengan malas melihat itu dan mengucapkan. "Ck! Dasar anak haram, lo itu parasit di hidup gue."

"RAINA!" bentak ranzi kepada raina dan saat tangannya akan menampar raina karena tak sopan dengan gadis yang ia cintai, ada sebuah tangan yang memegang tangannya untuk tidak menampar raina.

"Anzi, hentikan!. Lo udah keterlaluan banget sama rai, lo nggak inget kalo dia itu harus dijaga. Tapi dengan gampangnya lo lukai dia, dimana ranzi yang dulu!."bentak aldan kepada ranzi sambil memegang tangan ranzi yang akan menampar raina.

"Siapa lo? Yang boleh manggil gue kayak gitu cuma alan sama ra-rai."ucapnya sambil menyibak kan tangannya agar pegangan dari aldan terlepas dan saat mengucapkan nama rai ia sangat kelu untuk mengucapkan nama itu.

Aldan yang mendengar itu terkekeh kecil dan mengucapkan. "Kenapa nggak kenal gue? Gue udah disini lumayan lama loh, semua siswa sma lentera kenal gue kok, tapi hanya nama depan."

Seorang remaja laki-laki bernama rio kantanada, salah satu teman dari ranzi mengucapkan nama aldan. "Dia aldan dari kelas XII A."

Sedari tadi, raina hanya diam dibelakang aldan. Ia bertanya-tanya didalam hati, ia merasa kenal dengan suara ini hanya saja suara ini sedikit berbeda. 'Ini seperti suara alan? Dia alan?'batin raina bertanya-tanya.

"Temen lo aja tau kok, masa lo nggak kenal gue? Ok, gue perkenalkan diri dengan lengkap. Nama gue aldan kavran dallara atau alan teman masa kecil kalian berdua."ucapnya dengan suara yang keras agar para siswa yang berkumpul disitu mendengarnya.

Para siswa yang mendengar itu pun mulai berbisik-bisik.

Deg.

"A-alan? Bener ini alan?"tanya raina kepada aldan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Lo a-alan? Jangan bo'ong lo."tanya ranzi tidak percaya apa yang ia dengar dari seseorang yang ada di tengah-tengah dirinya dengan raina.

"Iya, ini alan."ucap aldan dengan tangan yang ia rentangkan agar raina atau ranzi memeluknya.

Air mata raina lolos begitu saja dan langsung memeluk aldan dengan sangat erat, ia juga bergumam. "Hikss alan, rai takut. Alan kemana aja? Hikss, alan tega ninggalin rai."

'Hikss bunda maafin el karena udah meluk wanita selain bunda.'pikir aldan menangis karena sudah memeluk seorang wanita selain bunda.

Dengan perlahan, aldan membalas pelukan dari raina dan mengusap pundak raina dengan lembut.

"Maaf. Alan akan selalu ada di sisi rai dan rai jangan menangis, masih ada alan disini."ucap aldan dengan sedikit lembut.

"Kyaaaa romantis banget!"

"Pengen dong dipeluk gitu"

Dan masih banyak teriakan para siswa yang iri dengan aldan juga raina.

Dibelakang ranzi, dea mengepalkan kedua tangannya dengan wajah yang marah tapi hanya sekejap, setelah itu ia merubah kembali ekspresi wajahnya dengan wajah polos dan kejadian itu tak luput dari pandangan salah satu teman dari ranzi.

'Benar kata pepatah, jangan melihat buku dari sampulnya.'pikir salah satu teman ranzi ketika melihat tangan dea yang mengepal.

.
.
.
.
.

Author udah update 3 chapter yah>>

Komen untuk next>>>

Jangan lupa vote, komen and share.

Bye²

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang