23. Penyelamatan.

2.2K 238 2
                                    

Reader sorry banget ngk pernah up.
Kemarin hari Senin mau up ehh author lupa ternyata ada studi tour sekolah, malem Senin.
Terus niatnya mau update pas udah pulang dan sekarang udah pulang dari hari Rabu.
Tapi author malah sakit, dari awal berangkat studi tour emang author udah batuk sama pilek dan sampai sekarang belum sembuh juga.

Happy Reading~

Aldan dan orang-orang yang ia sebut, sekarang ini sudah ada di ruangan rapat markas miliknya.

Markas? Ya, Markas ini bukan markas mafia atau sebagainya ini netral. Markas yang Aldan asli bangun dari dulu, tentu saja banyak anak buah yang ia didik dengan sendirinya.

Dan selama ini juga Aldan jika bertemu dengan Teo memang selalu di markas. Ia menyebutnya sebagai rumah kedua, apa lagi dengan ruangan yang sangat menyenangkan itu, ia sangat menyukainya yaitu ruang penyiksaan!.

Untuk tempat itu/seperti biasa yang aldan sebut saat di chapter 12. Bertemu seseorang dan khawatir adalah sebuah rumah besar yang biasa ditempati oleh Teo dan sebagai tempat untuk menyiksa para hama.

Awalnya semua orang yang datang disini sangat kaget dan tidak percaya, apa lagi Bram. Anaknya menyembunyikan ini dengan sangat baik sampai-sampai dirinya sebagai mantan ketua mafia tidak tahu akan ini.

Memang benar, Bram adalah mantan ketua mafia yang termasuk besar di golongan dunia bawah. Namun saat menikah dengan bunda dari Aldan, ia berhenti dari dunia gelap ini dan memilih hidup tenang dengan keluarga.

Kembali ke topik.

Mereka pun membuat rencana penyelamatan Raina dan Ranzi dengan beberapa tanggapan dari Bram sebagai mantan ketua mafia dan lainnya.

****

Di tempat pertemuan.

Aldan dan orang-orang yang bersamanya sudah ke tempatnya masing-masing sesuai rencana, Aldan dengan Esnan dan Rio, sedangkan Bram dengan Hendra dan Haidar sekretaris Bram.

Sedangkan Teo sudah Aldan tugaskan untuk melakukan sesuatu.

Mereka bersembunyi di semak-semak yang tumbuh di sekitar tempat pertemuan itu.

"Aku akan masuk lewat pintu utama, dan kalian bisa masuk lewat belakang. Kalau aku butuh bantuan atau terjadi sesuatu aku akan memanggil kalian lewat earphone." Ucap Aldan dengan pelan.

"Baiklah." Ucap mereka kecuali Aldan secara bersamaan.

Awalnya Bram akan menolak tapi karena ini sudah sesuai rencana ia pun hanya bisa menuruti perintah sang anak.

'firasatku tidak enak, semoga ini hanya perasaanku saja.' Pikir Bram sambil menatap Aldan dengan pandangan yang sulit diartikan.

Aldan dengan tiba-tiba memeluk sang ayah dengan erat. "Aku menyayangimu ayah." Gumamnya dan hanya bisa di dengar oleh Bram.

Yang lainnya melihat itu sedikit menjauh dari mereka berdua, mungkin mereka juga merasakan firasat buruk? Emm entahlah.

Bram yang awalnya kaget pun membalas pelukan dari sang anak tak kalah erat. "Ayah juga sangat menyayangimu, berjanjilah jangan pernah tinggalkan ayah." Balas Bram sambil mencium pucuk kepala sang anak.

Aldan hanya diam dan melepaskan pelukannya.

"Aku akan masuk, berhati-hatilah kalian." Ucap Aldan dan mulai berjalan ke pintu masuk meninggalkan mereka.

'perasaan gue nggak enak.' Pikir Aldan sebelum masuk ke dalam tempat pertemuan itu.

****

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang