13. Kemarahan seorang Aldan [01]

4.8K 422 11
                                    

Flashback 10 menit sebelumnya.

Aldan terbangun dari tidurnya dan tidak mendapatkan zero di samping, hanya ada sang ayah yang masih tertidur.

Karena panik, ia membangunkan sangat ayah. "Ayah, zero tidak ada!"ucapnya dengan panik dan juga khawatir.

Bram yang mendengar itu langsung bangun dari tidurnya dan melihat ke samping. "Dimana zero? Ayah tadi memeluknya loh."ucap bram dengan panik dan aldan hanya menggelengkan kepalanya dengan raut wajahnya khawatir.

"Tenang ok tenang."lanjut bram sambil menarik napas dalam-dalam dan hembuskan. Dan aldan mengikuti apa yang dilakukan sang ayah.

"Mungkin zero keluar. Atau mungkin dia ke dapur? Karenakan jam sekarang bi ira dan lainnya sedang memasak, bisa saja dia kesana."usul bram kepada aldan.

"Ayo ayah, kita kesana."ucap aldan dengan panik sambil menarik tangan sang ayah.

"Iya."

Mereka berdua pun berlari menuju dapur, di dapur mereka berdua bisa melihat ada zero yang sedang duduk.

"Syukur deh, daddy kira zero kemana."ucap aldan dengan bernafas lega.

"Lain kali jangan seperti itu lagi, boy. Kamu membuat khawatir kakek dan daddy."ucap bram sambil mengelus rambut zero.

Zero menundukkan kepalanya dan menjawab. "Maaf dad, kek. Zero tadi liat wajah daddy sama kakek yang kelelahan, jadi zero membiarkan kalian tertidur dengan nyenyak. Makanya zero kesini deh dan baru aja zero mau bantu bi ira."

"Jangan seperti itu lagi, ayo."ucap aldan sambil menggendong zero.

"Tapi dad, aku ingin membantu bi ira."ucap zero sambil menatap sang ayah yang menggendongnya.

"Nggak boleh, nanti kamu kenapa-napa gimana? Kakek sama daddy bakal khawatir banget sama kamu."ucap bram dengan tegas kepada zero.

Zero menunduk dan aldan membawa zero menuju kamarnya. "Bi, kalo zero ke dapur lagi jangan dibolehin atau bilang sama saya."ucap bram kepada bi ira dan bi ira mengangguk patuh kepada sang majikan.

Bram menyusul aldan setelah berkata kepada bi ira.

Flashback end.

Saat di kamar aldan, zero menangis. "Udah nggak apa-apa, jangan nangis. Daddy sama kakek nggak marah kok, hanya khawatir sama kamu."ucap aldan dengan lembut kepada zero.

" Hikss maafin zero karena udah bikin daddy sama kakek khawatir, zero janji zero nggak akan kayak gitu lagi."ucap zero kepada sang ayah dan sang kakek yang baru saja masuk.

"Udah-udah, al kamu hari ini berangkat jadi mandi gih dan sekalian zero juga mandi ya."ujar bram kepada aldan dan zero.

"Daddy mau berangkat kemana?"tanya zero dengan polos.

Aldan dan bram terkekeh pelan saat melihat wajah polos zero. "Daddy mau berangkat ke sekolah." Jawab aldan sambil tersenyum.

"Zero ikut dong, boleh ya?"ucap zero dengan antusias dan bola mata yang mengerjap polos.

Aldan membuat gerakan seperti berpikir dan menjawab. "Emm boleh nggak ya? Coba tanya kakek."

Zero melihat kearah sang kakek ketika sang ayah menyuruhnya untuk bertanya kepada bram. "Boleh nggak kek? Zero pengin ikut daddy kesekolah."ucap zero.

"Boleh, tapi zero harus makan sayur dan selalu di samping daddy." Ucap bram kepada zero sambil tersenyum jahil.

Zero yang mendengar kata sayur pun memanyunkan bibirnya. "Baiklah kek demi ikut sama daddy kesekolah, tapi dikit aja ya."ucap zero dengan pasrah.

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang