12. Bertemu seseorang dan khawatir.

4.6K 419 21
                                    

Setelah melihat zero tidur, aldan bangkit dari kasurnya dan berganti pakaian.

Ia berjalan menuju ruang kerja sang ayah dan kemudian masuk kedalam, di dalam ia bisa melihat sang ayah yang sedang mengerjakan sesuatu.

"Ayah, aku meminta izin untuk keluar sebentar."ucap aldan kepada sang ayah.

Ayah berhenti mengerjakan tugas kantornya dan melihat kearah aldan. "Mau kemana?"tanya bram.

"Seperti biasa ayah, ada sesuatu yang harus aku urus."jawab aldan.

"Tempat itu?"tanyanya lagi dan aldan hanya mengangguk pelan.

"Baiklah. Jangan terlalu lama dan cepatlah pulang, besok kamu sekolah."ujar bram kepada aldan.

"Baik ayah, aku pergi."pamit aldan kepada sang ayah. Setelah bram mengangguk, ia pun keluar dari ruang kerja sang ayah.

Aldan menggunakan mobilnya menuju 'tempat itu.'.

Setelah sampai, ia berjalan santai memasuki tempat itu. Di dalam ia melihat seorang pria yang sudah menunggunya, ia menyapa orang itu. "Teo."

"Selamat malam tuan, silahkan duduk."ucap teo menyuruh aldan untuk duduk.

Aldan mengangguk pelan dan kemudian duduk, ia bertanya kepada teo. "Bagaimana?"

"Ya, saya sudah mendapatkan rekaman cctv di keluarga itu dan mungkin hasilnya mampu membuat anda terkejut dan juga marah."jawab teo sambil memberikan flashdisk yang berisi rekaman cctv itu kepada aldan.

Aldan mengambil flashdisk itu dan memasangnya di leptop yang ada disana. Video cctv itu berputar dan aldan yang melihat itu merasa marah.

"Bangsatt! Beraninya mereka!!."ucap aldan dengan sangat marah, bahkan ia mengeluarkan aura tak mengenakan darinya yang mampu membuat teo bergetar menahan aura tak mengenakan dari sang tuan.

"Ughh, tuan tolong tenangkan diri anda."ucap teo kepada aldan dengan sopan.

Aldan menghela nafasnya panjang dan menutup matanya sebentar, aura tak mengenakan itu menghilang seketika, teo juga menghela nafas dengan lega.

"Tenang tuan, dan saya baru saja melihat nona raina pergi dari rumah dengan membawa koper dan pergi menuju rumah kakeknya."ucap teo dengan sopan dan perkataannya mampu membuat aldan menghela nafasnya lega.

"Syukurlah dan saya memiliki sebuah rencana."ucap aldan dengan senyuman miring diwajahnya dan membisikan sesuatu kepada teo.

Teo yang mendengar rencana sang tuan, ia juga tersenyum miring. "Jalang itu tidak akan berani lagi tuan."ucapnya sambil menatap sang tuan dengan senyuman miring.

Aldan mengangguk pelan dan menyuruh teo untuk segera melaksanakan rencana tersebut.

----

Ketika ia pulang dari 'tempat itu', ia masuk kedalam kamarnya dan melihat sesuatu yang membuatnya tersenyum kecil.

Ia melihat sang ayah dengan zero tidur bersama dengan bram yang memeluk zero. Dengan pelan ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Saat akan berbaring di samping zero, bram tiba-tiba terbangun. "Kamu sudah pulang?"tanya bram setengah sadar.

"Iya, tidurlah ayah. Aku juga akan tidur."ucap aldan kepada sang ayah dan ia berbaring disamping zero.

"Hm."

Bram kembali tertidur setelah aldan berkata seperti itu, aldan juga tertidur saat rasa kantuk tiba-tiba menyerbu.

...

Keesokan paginya, zero terbangun terlebih dahulu dari aldan dan bram.

Ia dengan perlahan melepaskan pelukan sang kakek agar bram tidak terbangun. Ia keluar dari kamar aldan dengan perlahan dan kemudian ia berjalan menuju dapur.

Ia melihat bi ira dan pembantu lainnya yang sedang memasak sarapan. "Bi ira." Panggilnya kepada bi ira.

"Ehh den zero udah bangun."ucap bi ira saat melihat anak kecil yang memanggilnya, bi ira mengangkat zero untuk duduk di kursi yang ada di dapur.

"Bi ira lagi masak ya? Zero boleh bantu nggak?."ucap zero dengan berharap kepada bi ira.

"Tapi nanti den di marahi daddy sama kakek gimana?, memangnya dimana daddy aden dan kakek aden?"tanya bi ira kepada zero.

"Nggak apa-apa kok bi, daddy sama kakek masih tidur, karena zero nggak mau bangunin mereka jadi zero kesini."jelas zero kepada bi ira.

Saat bi ira akan mengatakan sesuatu, aldan dan bram tiba-tiba datang dengan tergesa-gesa. "Syukur deh, daddy kira zero kemana."ucap aldan dengan bernafas lega.

"Lain kali jangan seperti itu lagi, boy. Kamu membuat khawatir kakek dan daddy."ucap bram sambil mengelus rambut zero.

Zero menundukkan kepalanya dan menjawab. "Maaf dad, kek. Zero tadi liat wajah daddy sama kakek yang kelelahan, jadi zero membiarkan kalian tertidur dengan nyenyak. Makanya zero kesini deh dan baru aja zero mau bantu bi ira."

"Jangan seperti itu lagi, ayo."ucap aldan sambil menggendong zero.

"Tapi dad, aku ingin membantu bi ira."ucap zero sambil menatap sang ayah yang menggendongnya.

"Nggak boleh, nanti kamu kenapa-napa gimana? Kakek sama daddy bakal khawatir banget sama kamu."ucap bram dengan tegas kepada zero.

Zero menunduk dan aldan membawa zero menuju kamarnya. "Bi, kalo zero ke dapur lagi jangan dibolehin atau bilang sama saya."ucap bram kepada bi ira dan bi ira mengangguk patuh kepada sang majikan.

Bram menyusul aldan setelah berkata kepada bi ira.

----

Komen untuk next→

Jangan lupa vote, komen and share.

Bye²

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang