13. Dia Kembali

316 33 9
                                    


_________________________________________

"Mas Farez." Kata gue selirih mungkin sampai nggak ada yang denger. Menurut gue nggak banyak yang berubah dari seorang Mas Farez. Masih tampan dan mempesona seperti biasa, bahkan sekarang keknya lebih tampan dan dewasa. Nggak nyangka juga dia sekarang jadi presiden klub musik Cakrabuana.

"Selamat pagi semua."

"Pagi." Satu kelas menjawab dengan kompak. Kecuali gue, gue cuma nunduk nggak berani menatap wajah Mas Farez.

"Mulai Jum'at ini klub musik akan mengadakan seleksi untuk anggota baru. Khusus untuk kelas 10. Silahkan bagi yang berminat segera mendaftarkan diri. Syaratnya minimal harus bisa memainkan satu alat musik, atau bisa bernyanyi dengan baik dan benar kalau bisa dengan suara yang merdu. Sampai disini ada yang ingin ditanyakan?" Gila Mas Farez kelihatan berwibawa banget. Pantes sih dia bisa jadi presiden klub.

"Kak, ijin bertanya jika ingin mendaftar ke mana ya?" Tanya salah satu siswa.

"Bisa datang langsung ke ruang musik."

"Baik terima kasih, kak."

"Emm ada lagi?"

Seisi kelas diam. Gue masih nunduk, sumpah nggak berani menatap Mas Farez secara langsung.

"Kalau tidak ada pengumuman kami tutup. Jika ada yang kurang jelas bisa langsung menghubungi kami di ruang musik Cakrabuana. Terima kasih."

Satu persatu kakak kelas keluar dari kelas gue. Gue memberanikan diri mengangkat kepala gue. Nggak tahunya Mas Farez ngeliat gue waktu dia keluar kelas. Gue langsung nunduk lagi lah anjir. Malu banget kalo dia tahu gue ngeliatin dia.

Ternyata segampang itu untuk ketemu sama Mas Farez lagi. Bahkan tanpa direncanakan. Pertemuan singkat itu membuat gue percaya kalo Mas Farez mungkin udah berubah. Walaupun gue nggak berbincang dengan dia. Dari caranya ngomong dan pembawaannya gue udah tahu dia jauh lebih dewasa dari sekarang. Sepertinya satu hal yang nggak berubah dari Mas Farez, dia nggak mungkin berubah dengan keputusannya satu tahun yang lalu. Dia nggak mungkin menerima cinta gue.

"Kamu mau masuk ke klub musik?" Pertanyaan Fanhaz membuyarkan lamunan gue.

"Gue nggak bisa main alat musik."

"Sama sekali?"

"Ya nggak ada alat musik yang bisa gue mainin."

"Tapi, tadi kamu kayak tertarik banget." Anjir emang kebaca banget ya. Gue tertarik bukan ke klub musiknya anjir. Tapi ke Mas Fareznya yang bikin gue tertarik.

"Emm eh nggak kok." Gue pake acara salting lagi.

Perasaan gue udah berusaha untuk nggak terlihat perhatiin Mas Farez. Eh ternyata Fanhaz terlalu detail memperhatikan gue.

Ketika istirahat, sedikit menepi dari keramaian. Gue memilih pergi ke rooftop sendirian. Sambil nenangin diri, terus liat pemandangan Cakrabuana dari atas dan di temani angin yang sejuk.

Gue sebenernya memikirkan mau bagaimana langkah gue kedepannya. Kalo mengikuti kata hati gue akan kejar lagi cinta pertama gue. Tapi dengan kejadian beberapa tahun yang lalu berhasil menghambat langkah gue. Tentu saja gue bimbang, gue nggak mau lagi kalo harus berurusan dengan psikolog. Kalo pun gue memilih untuk move on. Gue harus mencari pengganti Mas Farez. Udah gue coba, tapi endingnya masih sama.

Di masa SMA ini gue belum menemukan seseorang yang berhasil membuat gue nyaman. Membuat gue kembali merasakan jatuh cinta. Mungkin ada beberapa faktor salah satunya ya kembalinya Mas Farez ke kehidupan gue.

"Ternyata lo disini." Gue langsung menengok ke belakang.

"Mas Athar?!"

"Lo ngapain disini sendirian?"

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang