21. Kencan Pertama

226 23 1
                                    


_________________________________________

"Wolf, aku mau nanya."

"Nanya apa, bunny?"

"Soal Dinda. Sebenernya hubungan kamu sama dia gimana sih? Kok dia sebegitu keselnya sampe bully gue kek gitu."

"Aku nggak ada hubungan apapun dengan Dinda."

"Tapi katanya dia suka sama kamu."

"Emang. Tapi aku nggak."

"Kenapa?"

"Aku nunggu kamu kembali ke kehidupan aku."

"...."

"Jadi setelah ujian nasional dan aku gagal masuk SMA favorit. Aku sadar kalo aku memang membutuhkan kamu. Bukan hanya untuk bisa jadi pacarku. Tapi penyemangat hidup dan obat penenang ketika mungkin aku drop. Waktu aku masuk ke Cakrabuana, Dinda orang pertama yang berani deketin aku. Dia juga sempet nembak aku. Tapi aku bilang kalo aku udah punya pilihan yang sedang aku perjuangkan. Beruntung banget kamu datang lagi kek kehidupan aku. Ya aku pilih kamu satu satunya orang yang bisa menaklukkan hati aku."

"...."

Kok gue malah kasihan ya sama Dinda. Gue tahu rasanya ditolak itu kek gimana.

"Udah lah, bunny. Kamu nggak usah mikirin Dinda lagi. Mungkin sakit bagi dia tapi aku yakin dia bisa menerima keadaan."

"Wolf makasih. Aku janji akan mencoba menjadi apa yang kamu inginkan. Aku akan berusaha untuk itu."

Sebenernya pengen banget meluk dia tapi kita lagi di mobil. Mas Farez juga lagi nyetir jadi nggak bisa pelukan deh.

"Wolf masuk dulu yuk. Aku ada sesuatu buat kamu." Kata gue ketika kita sampai di kondominium.

"Tumben banget. Kamu udah nggak capek lagi apa?"

"Pokoknya masuk dulu."

Gue narik tangan Mas Farez untuk masuk ke kondominium. Langsung gue ajak ke rooftop. Sambil gue tutup matanya Mas Farez pake tangan gue.

"Surprise!!"

"Loh kok kamu udah siapin ini?"

Di rooftop kondominium gue, udah ada meja dinner untuk berdua. Dan udah di hias sedemikian rupa. Biar romantis sih.

Sebenernya gue siapin ini udah dari tadi pagi. Sebelum berangkat sekolah gue minta sama asisten gue untuk siapin rooftop untuk gue ngedate sama Mas Farez. Untungnya semua berjalan sesuai rencana. Walaupun ada adegan dramatis di sekolah.

"Bagus nggak, wolf?"

"Bagus banget, bunny."

"Kita ngedate di sini aja ya. Nggak papa kan?"

"Nggak papa kok. Ini malah lebih bagus dari semua restoran yang ada di Jakarta. Pemandangannya juga bagus banget tahu."

Syukur deh jadi nggak sia-sia gue siapin semua ini.

"Kamu mau makan apa? Disini semua tersedia. Pokoknya nggak kalah deh sama restoran bintang lima."

"Samain aja, bunny. Terserah kamu."

"Oke."

Gue nelfon bi Ijah. Nggak mungkin kan gue panggil dia dari rooftop.

"Halo. Saya mau pesen steak nya dua kematangannya medium rare semua terus minumnya jus alpukat sama es cappucino."

"Kamu masih tahu kesukaan aku?"

"Inget dong masa gitu aja lupa."

Setelah lima menit makanan kita sampe. Bi Ijah yang anter ke rooftop. Dia jadi kek pelayan restoran untuk satu malam.

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang