29. I Love You 3000

148 10 0
                                    


_________________________________________

Berbeda dengan pagi hari yang gue jalanin selama ini, pagi hari kali ini lebih menantang buat gue. Kenapa? Mulai sekarang gue harus bisa nyiapin sarapan sendiri buat gue dan Mas Farez. Nyiapin seragam sekolah kita sendiri. Semuanya gue lakuin sendiri. Walaupun kadang kita gantian ngerjainnya.

Tinggal di Penthouse kek gini ada enaknya sih sebenernya tapi ya ada susahnya juga. Tapi gue jadi banyak belajar tentang mengurus rumah. Udah berasa suami istri banget gitu lah.

Mas Farez sih pernah bilang ke gue dia mau nyari asisten rumah tangga gitu. Dan bodohnya gue, itu gue tolak. Gue pikir gue harus bisa ngurus rumah bukan cuma ngandelin ART doang. Eh ternyata gue salah ambil ke keputusan. Sekarang gue kepontang-panting sendiri kan.

Gue harus bangun jam empat pagi. Langsung nyuci baju, cuci piring, terus nyapin sarapan juga sekaligus siap-siap buat ke sekolah.

"Wolf turun sarapan!!"

Dengan muka yang masih muka bantal, Mas Farez turun ke ruang makan. Hari ini gue masak sandwich sebisa gue. Dengan modal buka YouTube semoga enak.

"Masak apa kamu, bunny?" Tanya Mas Farez sambil meluk gue dari belakang. Padahal gue udah bau asem belum mandi. Masih pake apron juga.

"Sandwich. Cobain deh wolf. Tapi kalo nggak enak bilang aja. Nanti aku pesenin makan lewat aplikasi."

Mas Farez keliatan antusias. Dia langsung duduk dan bersiap menyantap makanan yang gue masak. Satu gigitan.

"Enak kok ini sandwich terenak yang pernah aku makan."

"Masa sih?"

Gue ambil satu potong sandwich, lalu gue makan. Rasanya asin banget anjir.

"Ini asin banget wolf! Masa kamu bilang enak."

"Ya menurut aku enak. Nggak asin kok."

"Keknya kamu harus ke dokter deh. Periksa lidah kamu. Ini keasinan."

"Nggak sayang. Ini aku mau abis makannya."

Dia kek gini pasti cuma mau nyenengin gue. Tahu gitu gue pesen makanan aja anjir.

"Udah lah, wolf nggak usah dimakan."

"Ini udah mau abis masa nggak dimakan."

"Ih jangan gitu. Kasihan kamu."

Gue nangis, nggak tahu kenapa gue kasihan banget sama Mas Farez. Dia mencoba nyenengin hati gue tapi nggak gini caranya. Buat gue mending jujur aja biar gue bisa perbaiki masakan gue.

"Nggak usah nangis. Ini sandwichnya enak kok. Cuma kamu taruh garamnya emang sedikit kebanyakan."

"Harusnya kamu jangan makan sandwichnya. Nanti aku pesen aja biar kamu nggak keasinan."

"Udah nggak papa kok. Selagi itu masih masakan kamu, bagi aku masih terasa enak kok. Udah nggak usah nangis lagi." Mas Farez langsung meluk gue dan nenangin gue.

"Aku minta maaf kamu terpaksa makan makanan yang nggak enak."

"Nggak papa, bunny. Kamu perbaiki lagi ya lain kali. Jangan kapok. Aku masih nunggu makanan kamu selanjutnya."

"Pasti, wolf. Aku janji bisa buat makanan yang lebih enak dari pada tadi."

"Aku tunggu ya."

Ah campur aduk anjir. Sedih tapi ya seneng juga. Mas Farez itu menegur gue caranya halus banget. Dan dia nggak mencela makanan gue secara langsung atau blak-blakan. Lebih penting lagi dia masih bisa menghargai effort gue.

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang