Prolog

1.5K 71 5
                                    

~27 Juni 2019~

Rapor hasil belajar gue akhirnya keluar. Nggak deg-degan sih soalnya udah dapet bocoran kalo semua siswa kelas 7 naik kelas. Nggak terasa udah satu tahun gue berseragam putih biru. Udah mulai bisa beradaptasi dan menemukan teman baru. Yang pasti gue udah bukan anak-anak lagi.

Gue sih masih rajin belajar, masih disiplin. Selama SMP, banyak hal yang gue lakuin. Gue masuk OSIS dan aktif dalam berorganisasi. Tapi satu hal yang nggak pernah gue rasain selama 14 tahun hidup gue. Yaitu gue belum pernah pacaran sama sekali. Entah gue yang nggak laku atau emang gue yang nggak mikirin hal itu.

Oh iya gue Andhika Bayu Pratama. Gue biasa dipanggil Dhika. Tapi gue juga dipanggil Bayu. Ya pokoknya itu gue lah mau Bayu kek mau Dhika kek itu satu orang yang sama.

Kata orang gue termasuk anak yang berprestasi. Sejak kelas 3 SD gue udah banyak ikut lomba dari akademik sampai yang non akademik. Gue juga mendapat juara kelas minimal tiga besar setiap tahunnya. Gue memang ambisius dalam segala hal. Apa yang gue mau harus gue dapetin bagaimanapun caranya.

Termasuk dalam hal percintaan, gue tipe orang yang sangat susah untuk jatuh cinta. Namun sekali jatuh cinta itu harus gue dapetin dan gue juga berusaha untuk mempertahankannya. Yah walaupun nggak dapet-dapet sih.

Namun gue sedikit berbeda dengan cowok yang lain. Gue memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis. Boleh kalo kalian bilang gue gay atau apapun istilahnya. Itulah gue, belum ada yang tahu selama ini. Gue nggak tahu pasti sih kenapa gue menjadi suka sama cowok. Yang gue tahu dari internet ada beberapa faktor. Bisa faktor keluarga ataupun lingkungan. Tapi menurut gue, yang gue alami bukan kedua faktor itu.

Waktu umur gue lima tahun, gue pernah mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh cowok. Mirisnya itu sepupu gue sendiri. Paling parah, gue pernah mengalami kejadian kek kalian nonton bokep. Gue tahu muka-muka kalian mesum semua.

Gue nggak cerita ke siapapun. Termasuk bokap gue. Gue hanya diam, hingga dimasa pubertas gue malah nggak tertarik dengan cewek. Gue malah lebih tertarik dengan cowok.

Dan untuk pertama kalinya gue merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan sialnya lagi first love gue cowok juga.

"Dhika jangan pulang dulu kita ada rapat OSIS." Dia Rinjani Sekar Melati. Sahabat gue sejak kecil. Kebetulan rumah dia Deket sama rumah gue, makanya kita udah sahabatan dari dulu.

"Rapat mulu perasaan deh." Gue malesan orangnya.

"Sebentar doang kok. Cuma perkenalan anggota baru."

"Dih rapat nggak penting juga."

"Udah ikut aja, Dhik. Gue bisa pulang sendiri kok." Dan dia sahabat gue juga. Nauval Kenzie Vernando. Gue kenal dia ketika masuk SMP. Kita sama-sama nggak punya temen waktu MOS. Jadi kita sahabatan sampe sekarang.

"Nggak papa, Val?"

"Iya santai aja. Kalo gitu, gue duluan ya."

"Ati-ati lo."

Dengan berat hati gue ikut Rinjani ke ruang OSIS. Semua anggota udah kumpul. Gimana ya, kalo belum ada gue rapat belum bisa dimulai.

"Lo kemana aja sih?" Tanya Gilang. Dia ketua OSIS tahun ini.

"Lo kaya nggak tahu gue aja."

Gilang ini masih sepupuan sama gue. Dalam silsilah keluarga lebih tua dia. Tapi kenyataannya kita seumuran. Lahir ditahun yang sama namun berbeda bulan. Sayangnya duluan Gilang yang lahir, jadi di sekolah kita nggak seangkatan.

"Baik rapat kita mulai. Kita akan kedatangan anggota baru yang akan mengisi kekosongan jabatan di seksi bidang persepsi, apresiasi dan kreasi seni. Sesuai dengan rekomendasi dari pembina yang sudah mempersiapkan seseorang yang akan mengisi sekbid tersebut. Dan mari kita sambut Farez Kenz Alexander dari kelas 8B."

Seorang cowok tinggi putih dan ganteng masuk ke ruang OSIS. Awalnya gue nggak terlalu peduli. Tapi hati gue berkata lain. Dia cowok perfect yang pernah gue liat. Cuma dia yang bisa membuat jantung gue dugem.

'Masa gue jatuh cinta?' tanya gue dalam hati.

Udah ratusan cowok gue temui, tapi baru kali ini gue punya perasaan nggak karuan kayak gini.

"Halo perkenalkan nama saya Farez Kenz Alexander. Saya akan mengisi sekbid persepsi, apresiasi dan kreasi seni. Terima kasih."

Anjir suaranya bulet ada bassnya lagi. Tuhaannn hamba mau dia jadi milik hamba. Kalo nggak boleh hamba bisa pinjam sebentar kan? 

Tunggu dia kan cowok, gue juga cowok. Dia bisa nerima gue nggak sih. Nggak semua cowok itu sama kek gue. Walaupun ada gue yakin dia uke. Ya kali uke pacaran sama uke. Kan nggak afdol.

Gue membuyarkan pandangan gue yang dari tadi menatap ciptaan Tuhan yang begitu sempurna itu.

Setelah itu semua anggota OSIS harus berkenalan dengan Farez. Berhubung di OSIS ada aturan kalo manggil kakak kelas harus dengan panggilan Mas, jadi gue panggil dia Mas Farez.

Gue perhatiin, kalo sama cowok dia kek biasa aja. Dan sama cewek cenderung cuek. Menurut teori gue, kalo dia punya sikap kek gitu berarti dia straight atau normal. Itu sih menurut gue ya. Soalnya susah banget bedain mana yang belok dan mana yang normal. Kalo gue tahu pasti gue nggak mungkin 14 tahun menyandang status jomblo.

Dari rapat yang menurut gue membosankan. Justru malah jadi kebahagiaan tersendiri untuk gue. Ya walaupun cuma cuci mata lumayan lah.

Sampai rapat selesai gue malah nggak berani buat interaksi sama Mas Farez. Gue cuma ngobrol sama Rinjani. Disatu sisi gue pengen deket sama Mas Farez, tapi disisi lain gue takut diri gue yang sebenernya terbongkar.

Gue akhirnya lebih memilih untuk pulang. Satu mobil sama Rinjani. Untung sopir Rinjani nggak lupa jemput jadi gue bisa nebeng. Di perjalanan gue cuma memandang ke luar membayangkan wajah Mas Farez.

"Lo kenapa sih? Lagi seneng banget keknya." Cerita nggak ya. Cerita, nggak, cerita, nggak, cerita. Anjir malah cerita lagi.

"Emmmm....gue mau cerita tapi lo jangan ejek gue."

"Ada apaan sih?"

"Lo harus janji dulu, baru gue cerita."

"Iya janji." Jari kelingking gue dan Rinjani bersatu.

"Emmm gue suka sama Mas Farez."

"HAAAAA!!!!!"






Bersambung....
_________________________________________

Vote ya biar author semangat lanjutin ceritanya 🙏

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang