32. Happy Ever After

264 17 16
                                    


_________________________________________

Sampai di kondominium jiwa dan juga raga gue sangat lelah. Nangis berjam-jam sangat menguras tenaga gue.

"Dhika!?"

Gue mencari sumber suara. Sepertinya sih dari pintu gerbang kondominium.

"Mas Farez?!"

Astaga ngapain dia kesini. Tambah susah kan gue buat ngelupain dia.

"Boleh kita ngobrol sebentar?"

"Emm....ma..masuk aja, Mas."

Gue arahin dia ke ruang tamu. Kondisi gue lagi nggak karuan malah dia nyamperin gue. Nggak dilayanin malah semakin rumit. Dilayanin gue yang nggak siap.

"Bi!! Minum buat tamu!"

Seperti biasa asisten gue selalu siap sedia kalo gue udah memaksimalkan volume suara gue.

"Eh ternyata ada Den Farez. Udah lama nggak main kesini, Den."

"Iya, bi. Lumayan sibuk persiapan ujian."

"Oh gitu? Semoga ujianya teh lancar ya."

Setelah asisten gue pergi kembali ke dapur, gue malah semakin grogi campur takut. Nggak tahu kenapa gue udah nggak bisa bersikap seperti dulu ketika bersama Mas Farez.

"To the point aja, Mas. Mau ngomongin soal apa?"

"Tentang hubungan kita."

"Loh bukannya kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi?"

"No! Aku nggak mau kita berakhir seperti ini. Aku mau kita cari solusi dari masalah ini."

"Udah ada kok solusinya."

"Apa solusinya?"

"Ya kamu nikah sama Rinjani. Simple that."

"Aku nggak mau nikah sama Rinjani. Di hati aku cuma ada kamu."

"Udah, Mas. Aku tahu rasa sayang kamu sangat besar. Tapi apa aku harus melawan adat di rumah kamu? Yang dimana kekayaan harus diturunkan dari generasi ke generasi."

"Bisa aja kita lawan."

"Aku nggak mau kita berhubungan tapi tanpa restu. Aku akan baik-baik saja setelah kamu pergi. Aku akan kembali menata hidup aku, beradaptasi kembali walaupun tanpa kamu, Mas."

"Aku janji kita akan hidup bersama. Dan bisa menang melawan mama."

"Bukan soal menang atau kalah, Mas. Aku nggak mau cuma jadi kekasih bayangan kamu. Itu pasti terjadi jika kita masih meneruskan hubungan ini. Aku dan Rinjani sama-sama mencintai kamu. Tapi nggak mungkin kita bisa memiliki kamu secara bersamaan. Salah satu dari kita harus ada yang berani berkorban untuk cinta kita. Dan biarkan aku yang berkorban, bukan Rinjani ataupun kamu, Mas. Udah lah, Mas. Terima perjodohan itu. Aku ikhlas. Kamu doakan saja setelah kamu pergi aku bisa mendapatkan yang sebaik kamu."

"Tapi aku nggak mau kehilangan kamu."

"Aku nggak akan pernah menghilang dari kehidupan kamu. Sekarang mungkin kamu bisa anggap aku jadi adik kamu seperti Fanhaz. Atau mungkin sahabat kamu. Aku nggak akan meninggalkan kamu, Mas. Hanya saja kita nggak bisa saling memiliki satu sama lain."

"...."

"Please. Kamu terima perjodohan itu. Demi masa depan kamu. Dan demi aku, Mas. Aku rela aku ikhlas. Aku udah biasa kok sakit hati. Aku janji aku akan baik-baik saja. Aku nggak mau kalo nanti kamu nggak bisa hidup senyaman sekarang."

Terpaksa gue harus meninggalkan Mas Farez sendirian. Biar dia bisa kembali ke rumahnya. Gue juga nggak mau kalo sampai Mama Velove tahu Mas Farez ke sini.

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang