22. After Fun

216 18 3
                                    


_________________________________________

"Wolf bangun. Nanti kita telat ke sekolahnya."

"Hmmm."

Ni orang kalo tidur udah nggak bisa banget kalo diganggu. Dibangunin aja susahnya minta ampun. Tapi gue tetep punya akal untuk membangunkan serigala yang sedang mendengkur. Ini bisa kalian coba kok. Caranya gampang banget, kalian cium aja bibirnya.

Gue cium bibir Mas Farez. Awalnya gue cuma cium biasa. Tapi Mas Farez malah mainin bibir gue.

"Bangun nggak!"

"Kalo aku bangun aku nggak akan bisa ngerasain bibir kamu."

"Ya udah nih satu kali lagi." Gue cium dia lagi. Kali ini sedikit gue mainin bibir Mas Farez.

"Main lagi yuk."

"Nggak aku udah mandi. Emangnya tadi malam belum puas?"

"Belum."

"Sampe jam tiga kamu belum puas?!"

"Belum, bunny."

"Cukup kali. Kamu nggak kasihan sama aku?"

Gue pasang wajah cemberut. Sumpah gue nggak bohong, bagian belakang gue sakit banget. Jalan aja kek anak kecil baru aja sunat.

"Iya deh aku minta maaf ya."

"Udah kamu mandi aja. Kalo pengen banget, kamu bisa kok senam lima jari di kamar mandi."

"Kamu tega banget ya."

"Bodoamat..." Gue ketawa ngakak karena ekspresi wajah Mas Farez kek kucing nggak dikasih makan anjir.

Akhirnya Mas Farez masuk ke kamar mandi. Nggak tahu sih dia senam lima jari beneran atau nggak. Yang penting dia siap-siap biar gue nggak telat ke sekolah. Dalam sejarah gue sekolah belum satu kalipun gue telat.

Setelah Mas Farez udah ganteng banget dengan seragam sekolahnya, kita berangkat ke sekolah. Gue suruh ngebut sih soalnya tiga puluh menit lagi bel masuk.

Untung aja sampainya tepat waktu. Jadi kita nggak telat dan bisa santai dulu di kelas.

"Emang masih sakit?" Tanya Mas Farez ketika liat cara jalan gue.

"Masih sedikit sakit kalo jalan. Nggak tahu nanti kalo duduk di kelas."

"Aku gendong aja ya."

"Nggak usah wolf. Kasihan yang jomblo nanti iri."

"Ya udah aku anter ke kelas ya."

"Hayuk."

Dari kejadian ini gue agak lumayan trauma sih. Ya gimana ya ini tuh sakit banget. Ukuran lobang gue kek nggak bersahabat dengan ukuran pedangnya Mas Farez yang kek tongkat baseball.

Nyerinya itu masih sampe sekarang. Jujur sih tadi malam agak berdarah, kayaknya sih itu yang buat nyerinya kerasa sampe sekarang. Perih lagi.

"Masuk gih."

"Oke, wolf. Aku masuk dulu."

"Kalo ada apa-apa kabarin aku ya. Kalo emang kamu nggak kuat banget nahan sakit kamu bisa ijin sama guru nanti kita pulang aja biar kamu bisa istirahat."

Gue cuma bisa nahan ketawa sih. Ya nggak gitu juga kali.

"Kamu nggak usah khawatir, aku nggak papa kok. Come on wolf ini nggak sebahaya yang kamu kira. Trust me, I'll be fine."

"You sure?"

"Of course, wolf."

Sepertinya dia beneran khawatir banget sama gue. Mungkin dia ngerasa bersalah sama gue. Mas Farez meluk gue didepan kelas.

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang