17. Fujoshi And Fudanshi

269 29 3
                                    


_________________________________________

"Emmm....iya...yah. Mas Farez pacar Dhika."

"Sejak kapan?"

"Baru hari ini, Yah. Maafin Dhika, Yah."

"Semua orang punya cara tersendiri untuk bahagia. Kalo kamu memang bahagianya sama Farez, ayah juga akan bahagia kalo kamu bahagia."

"...."

Ini serius. Ayah kasih ijin gue pacaran sama cowok. Masa iya sih apa gue masih ngimpi.

"Kamu itu anak semata wayangnya ayah. Kebahagiaan kamu kebahagiaan ayah juga. Ayah nggak perduli kamu suka sama cewek atau cowok. Asalkan itu bisa buat kamu bahagia. Jaman sekarang cinta nggak pandang gender kan. Satu pesan ayah kamu bisa lebih dewasa dalam menjalani hubungan kamu sama Farez. Hubungan kaya kalian itu nggak mudah. Banyak banget rintangan. Apa lagi negara kita belum melegalkan. Juga banyak orang yang belum punya pikiran terbuka dan maju."

Gue langsung meluk ayah, dan nangis lagi dalam pelukan ayah. Nggak nyangka ayah punya pikiran kek gitu. Jarang kan punya ayah yang nerima kalo anaknya jadi gay.

"Inget jaga kepercayaan ayah. Dan satu lagi besok ajak Farez ke rumah, ayah mau ngobrol sama dia."

"Hiks...iya...hiks...yah."

"Udah kamu bersih-bersih dulu terus turun makan."

"Iya, Yah."

Gue pergi ke kamar dengan perasaan campur aduk. Antara percaya nggak percaya sih. Tapi buat apa ayah ngajak Mas Farez ke rumah. Jangan-jangan dia malah nggak suka sama dia. Ayah kan belum tahu kalo yang bully gue itu Mas Farez. Gimana jadinya kalo ayah tahu tentang itu. Gue ngabarin Mas Farez dulu deh.

["Hallo...sayang. Ditinggal sebentar aja udah kangen."]

"Gawat, Mas."

["Ada apa? Kamu hamil? Tapikan aku belum ngapa-ngapain kamu kok kamu udah..."]

Perasaan tadi masih lo gue. Kenapa sekarang jadi aku kamu.

"Mas dengerin pacar kamu dulu."

["Iya deh maaf."]

"Ayah tahu kalo kita pacaran."

["HAA!! Kok bisa?"]

"Ayah liat pas kita ciuman. Ternyata ayah dateng ke kondominium, aku aja nggak tahu."

["Terus gimana?"]

"Ayah minta kamu ke sini besok."

["Ngapain? Aku malah takut loh, Dhik."]

"Suruh ngelamar aku kali. Besok sekalian bawa roti buaya aja. Sama tanjidor terus ondel-ondelnya sekalian."

["Serius dong, sayang."]

"Pokoknya kamu dateng aja deh besok."

["Iya besok aku dateng ke kondominium kamu."]

Gue sih berharap ayah bisa menerima Mas Farez. Kalo dari kata-kata ayah sih gue yakin ayah nggak akan nolak Mas Farez. Tapi kalo dilihat dari kejadian dulu waktu SMP apa masih ada kemungkinan ayah maafin Mas Farez.

"Bangun sayang, nanti telat sekolahnya."

Samar-samar gue denger ada yang bangunin gue. Apa jangan-jangan kejadian tadi cuma mimpi.

"Lima menit lagi, Yah."

Karena nggak ada jawaban, gue melanjutkan mimpi gue. Ternyata nyawa gue nggak mau pergi ke alam mimpi lagi. Tiba-tiba gue merasakan ada yang basah menyentuh bibir gue. Gue kaget dan langsung membuka mata lebar-lebar.

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang