24. Nikah Yuk!

204 21 2
                                    


_________________________________________

"Jaga Dhika baik-baik. Papa nggak keberatan kamu punya hubungan dengan Dhika. Dia anak baik. Papa kenal keluarganya. Jadi papa tahu bagaimana ayahnya mendidik Dhika. Papa harap kamu bisa bertanggungjawab dengan keputusan kamu kali ini. Jangan sampai kamu menghianati Dhika. Dia terlalu baik untuk kamu sakiti."

"Farez janji nggak akan nyakitin Dhika, pa."

"Ya jangan janji sama papa dong. Emang papa pacar kamu?"

Sumpah semua yang terjadi nggak terduga. Papanya Mas Farez sefrekuensi sama ayah. Mungkin karena bergaul dengan ayah jadi pemikirannya sama.

Dari awal papanya Mas Farez bicara gue cuma menggenggam tangan Mas Farez. Soalnya gue takut dan nervous banget.

"Eh Bayu kita ke taman belakang yuk. Sambil ngadem."

Ajak Fanhaz setelah makan malam selesai. Gue cuma nurut aja. Gue nggak akan nyesel ikut Fanhaz. Di taman itu sumpah indah banget. Banyak bunga yang mekar. Walaupun ini lebih kecil dari taman di rumah gue tapi bunganya terawat dengan baik dan bagus banget anjir. Keknya boleh nih gue minta bunganya.

"Gimana?"

"Ini indah banget. Taman rumah gue aja kalah."

"Ini hasil karya mama."

"Ternyata nyokap lo sama kaya almarhumah bunda. Sama-sama seneng berkebun."

"Eh sorry, Yu. Aku nggak bermaksud."

"It's okay."

"Oh iya kamu tahu bunga ini?"

"Tulip?"

"Iya. Ini adalah bunga favorit bang Farez." Mas Farez suka bunga juga.

"Emang dia suka bunga?"

"Dia yang rawat taman ini."

"Masa sih?" Percaya nggak percaya sih sebenernya. Kok bisa dia ngerawat taman jadi seindah ini.

"Ya udah aku masuk dulu. Pawang kamu udah dateng."

Fanhaz memberi kode ada seorang dibelakang gue. Itu Mas Farez udah dari baunya juga udah ketebak. Mas Farez meluk gue dari belakang.

"Wolf ngapain sih?"

"Kamu habis diapain sama Fanhaz?"

"Dih sama adik sendiri masa cemburu?"

"Haruslah kamu itu cuma milik aku nggak ada yang boleh milikin kamu selain aku."

"...."

Romantis sih tapi apa nggak berlebihan.

"Ya masa adik kamu sendiri mau nikung kamu?"

"Bisa jadi kan?"

"Emang ini FTV."

"Bunny kita duduk di sana yuk."

Gue dan Mas Farez duduk di bangku taman. Malam ini semesta kaya mendukung kita gitu. Langit cerah dengan hiasan bintang-bintang. Bunga ditaman bermekaran.

"Hari ini nggak terduga ya, wolf."

"Haha iya. Aku juga nggak nyangka papa bakal ngomong kek gitu."

"Terus selanjutnya gimana?"

"Emm kita nikah yuk!"

"HAA!!"

Absurd banget sumpah. Main nikah aja.

"Kenapa nggak mau?"

Mau lah anjir. Pake nanya.

"Bukannya nggak mau. Kita masih SMA belum kuliah dan kerja. Kalo nikah sekarang kamu bisa biayanya?"

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang