28. The Penthouse

138 13 1
                                    


_________________________________________

Saat perjalanan pulang memang gue ngerasa asing sama jalan yang diambil Mas Farez. Beda dengan jalan yang biasa gue lewati. Atau gue aja yang nggak tahu ada jalan pintas. Tapi masa iya pake jalan pintas tapi Mas Farez nggak ngasih tahu gue.

"Kok jalannya beda, wolf."

"Sengaja."

"Oh lewat jalan tikus?"

"Nggak. Aku mau culik kamu!"

"...."

Lah apa-apaan ini. Kok gue malah diculik sama pacar gue sendiri. Apa gara-gara gue belain Fanhaz terus dia marah.

Gue terdiam sepanjang perjalanan. Sumpah ini bener-bener buat gue ketakutan anjir. Apa gue kabarin ke asisten pribadi gue ya. Biar dia bisa jemput gue.

"Jangan hubungi siapapun!! Sini hp kamu!"

Ah sial pake ketahuan anjir. Ini beneran gue diculik pacar gue sendiri. Mana muka Mas Farez kelihatan marah dan nyeremin banget anjir. Gue takut banget.

Ditambah lagi Mas Farez bawa mobilnya cepet banget. Walaupun gue pake sabuk pengaman tapi kek gue rasa masih belum aman. Nggak ada yang bisa gue lakuin selain nangis. Iya bener nangis gue nangis. Tapi Mas Farez nggak kelihatan khawatir atau ngerasa bersalah. Justru dia liat gue nangis malah dia senyum-senyum sinis gitu. Jangan-jangan Mas Farez kesurupan lagi.

Sekitar satu jam lebih kita berjalan nggak tentu arah. Gue juga nggak tahu ini daerah mana. Tiba-tiba Mas Farez menghentikan mobilnya. Berhenti di salah satu apartemen mewah. Dimana-mana kalo diculik itu kan dibawa ke rumah kosong gitu ya kan. Ini malah apartemen mewah. Apa ini emang kelakuannya orang kaya kalo ngulik orang.

Mas Farez kemudian memasangkan penutup mata ke mata gue. Disitu gue masih nangis saking takutnya.

Gue disuruh tuh keluar mobil. Dan jalan dituntun sama Mas Farez. Disitu malah lebih sadis anjir. Gue dibentak-bentak jalannya disuruh cepet katanya. Gimana mau cepet orang mata gue aja di tutup.

Tapi walaupun mata gue ditutup gue masih bisa ngerasain ketika masuk ke apartemen itu. Setelah udah didalam keknya kita juga naik ke lift. Dan di situ lama banget nggak keluar. Keluar dari lift maksudnya.

Akhirnya gue denger ada bunyi dari lift yang berarti bentar lagi kita keluar dari lift. Bener aja gue langsung di gandeng Mas Farez keluar dari lift. Dan menuju ke suatu tempat.

Setelah langkah Mas Farez berhenti gue ikutan berhenti. Dan Mas Farez membuka penutup mata gue.

"SURPRISE!!!!"

"...."

Apaan lagi ini. Gue nggak lagi ulang tahun loh. Kita keknya lagi di bagian paling atas apartemen. Atau biasanya orang memanggilnya Penthouse. Tapi ini bukan penthouse satu milyar kek di series layangan putus. Atau Penthouse yang di drama Korea.

"Wolf aku nggak ulang tahun loh."

"Aku ngulik kamu ke sini. Karena aku mau ngasih kamu ini."

"...."

What gue dikasih Penthouse anjir.

"Ini itu hadiah Anniversary kita. Jadi mulai sekarang dan seterusnya kita akan tinggal disini. Mau kan?"

Sambil nangis gue peluk Mas Farez. Nggak tahu lagi gue harus ngomong apa. Ini terlalu berlebihan menurut gue.

"Wolf. Kamu nggak perlu ngasih hadiah kek gini. Aku bisa bersama dengan kamu itu udah hadiah terbaik buat aku. Lagian buat apa kamu beli Penthouse buat kita. Kita masih SMA wolf."

Aku Mau Dia [BL] || End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang