2.9 [Pernyataan Lander]

3K 275 17
                                    

HAPPY READING!don't forget to vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!
don't forget to vote and comment.

🦋

SEOLA mengambil jarak cukup jauh dari Lander. Pria itu benar-benar membawanya paksa ke sebuah mansion megah. Selama di perjalanan Seola lebih memilih diam, memberontak pun rasanya sia-sia. Lander adalah sosok pemaksa yang paling tidak ia sukai. Untuk pertama kali ia harus mengalah, membiarkan orang lain mengatur dirinya.

Setiba di mansion, ada banyak maid dan bodyguard berbadan besar berdiri di ruang depan guna memberi sambutan. Seola dengan tampang kesal tidak memedulikan apa pun yang mereka lakukan. Begitupun Lander yang langsung menariknya ke salah satu kamar berukuran besar. Ralat, sangat besar. Seola yakini kamar ini adalah milik Lander.

Lander menutup pintu kamar. Berbalik, berjalan mendekati Seola yang berdiri di dekat jendela.

“Bicaralah,” titah Lander.

Melihat keterdiaman Seola membuat perasaannya tidak enak. Sebab segala ocehan gadis itu sudah menjadi kebiasaan baginya.

“Jangan jadi bajingan, Lander,” ketus Seola.

“Gue nggak suka dipaksa. Gue nggak suka diatur-atur. GUE NGGAK SUKA!” pekik Seola. Pecah sudah amarah yang sedari tadi ditahan. Selama ini tidak ada yang memaksa kehendaknya. Namun, Lander dengan lancang membawa paksa dirinya. Menghancurkan rencana untuk berkunjung ke mansion Cavier. Seola kalah pada pria asing yang tidak memiliki peran apa pun di dalam hidupnya.

Lander mengangkat tangan kanannya mengarah pada wajah Seola. Menepikan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu. Lander tampak tidak terpancing, wajah tenang tetap mendominasi. “Jangan berteriak, nanti tenggorokan kamu sakit.”

Menjijikkan!

Seola berdecih. Ia lebih senang diperlakukan kasar daripada lemah lembut seperti ini. Seakan-akan Lander mempermainkan dirinya. Menganggap ia remeh.

“Keluarkan sisi iblis lo, nggak perlu bertingkah menjijikkan. Lo takut nyakitin gue? Lo cinta sama gue? Tapi, sayang banget lo terlambat,” cemooh Seola.

Lander menaikkan satu alis. Ia kembali bungkam, membiarkan Seola berbicara sepuasnya.

“Seola yang sekarang nggak berharap apa pun, kecuali kehancuran orang-orang brengsek, salah satunya lo—Lander Aksaka Corner.”

“Lo nggak pantes untuk dicintai siapa pun termasuk gue. Daripada jatuh cinta sama lo lebih baik gue mati. Bertemu sama lo adalah kesialan!” tekan Seola.

Seola seakan lupa rencananya untuk menguras habis kekayaan Lander. Memperalat Lander agar terus membelanya dalam kondisi apa pun. Amarah gadis tersebut sedang tidak bisa dikontrol.

Sorot mata yang tadi tampak biasa-biasa saja, mendadak berubah seperti kobaran api. Lander membenci kata 'mati' yang dilontarkan oleh Seola. Gadis itu benar-benar tidak menyukainya. Bahkan, lebih buruk menganggap ia sebagai manusia paling rendah, yang sekadar mendapatkan cinta saja tidak layak.

Lander tidak berbohong bahwa ia merasa sakit hati mendengar pernyataan buruk dari seseorang yang amat ia cintai. Sejenak memejamkan mata, mengembalikan diri menjadi lebih tenang seperti sebelumnya. Tidak lama kemudian, mata tajam tersebut terbuka, kobaran api sudah padam, yang ada hanya tatapan penuh cinta di sana.

“Sudah cukup marahnya,” sahut Lander. Menarik tangan Seola menuju tempat tidur, membawa gadis itu duduk di sana.

“Lebih baik istirahat, kamu akan tinggal di sini sementara waktu,” putus Lander.

“Gue nggak mau! Lo nggak ngerti apa maksud gue? Gue nggak suka dipaksa, gue nggak suka diatur. Lo bukan siapa-siapa dalam hidup gue. Hanya orang asing,” tolak Seola.

Lander menghela napas berat. Sulit sekali berbicara dengan gadis ini. Seola sekarang sangat keras kepala, selalu membantah perkataannya. “Seola, jangan pernah sengaja memancing amarah saya.”

“Kalau gitu biarin gue keluar dari sini. Gue mau pulang,” seru Seola.

“Nggak untuk sekarang.” Lander beralih menggenggam erat tangan Seola, tanpa ragu memberi kecupan lembut di punggung tangan tersebut.

“Saya sudah buruk di mata kamu, jangan membuatnya semakin buruk lagi. Jangan memancing amarah saya yang pada akhirnya kamu nggak punya kesempatan untuk keluar dari sini.”

“Saya cinta kamu, Seola. Butuh waktu untuk menyakinkan perasaan ini. Jadi persetan kalau kamu menganggap saya tidak pantas mendapatkan cinta. Karena saya nggak bakal melepaskan kamu. Kamu hak saya, milik saya.”

Lander menatap mata Seola dalam, tanpa aba-aba sekali tarikan gadis mungil itu sudah masuk ke pelukan hangatnya. Lander memejamkan mata menikmati pelukan yang selalu ia inginkan. Berbanding terbalik dengan Seola yang mendadak terdiam kaku. Seola tidak membalas pelukan, sibuk mendengar detak jantung Lander yang begitu cepat.

Ternyata, Lander Aksaka Corner sudah benar-benar merasakan jatuh cinta.

“Jangan berharap bisa pergi, Seola. Ke ujung dunia pun lari, kamu bakal tetap kembali ke saya. Saya bakal menentang siapa pun penghalang di antara kita, termasuk Tuhan.”

🦋

Berjam-jam Acha habiskan waktunya menuju California. Kini, gadis berparas mempesona pemilik segalanya itu berhasil menginjakkan kaki di salah satu mansion megah yang baru beberapa jam lalu ia beli. Tentu, bukan hal rumit sekadar mencari tempat tinggal sementara.

Kaki jenjangnya melangkah menyusuri mansion, melihat-lihat tempat yang akan digunakan satu sampai dua Minggu ke depan. Setelah kembali ke Indonesia nanti, mansion ini akan Acha jual. Ia tidak tahu kapan lagi datang ke California, sebab masa tahanannya masih terus berlanjut.

“Selamat datang, Nona,” sapa salah satu maid membungkuk memberi hormat.

Acha mengangguk singkat, lalu berkata, “Apakah puding cokelat dan stok es krim sudah tersedia?”

“Sudah, Nona.” Sebelum kedatangan sang majikan, sudah pasti ada banyak arahan yang diberikan. Dari penyambutan, makanan/minuman kesukaan yang harus disediakan, pakaian baru, larangan dan lain sebagainya.

“Di mana kamar saya?” tanya Acha.

“Di lantai dua, kamar pertama. Biar saya antar, Nona.”

“Nggak usah, siapkan aja puding cokelat, setelah itu antar ke kamar,” tolak Acha.

“Baik, Nona.”

Acha melanjutkan langkah menaiki tangga menuju lantai dua. Hanya perlu sepuluh langkah untuk sampai di depan pintu kamarnya.

Ceklek!

Pintu terbuka, kamar bercat dinding putih dengan aroma vanilla menyeruak masuk ke indera penciuman. Acha tersenyum tipis melihat barang-barang yang tertata rapi. Berjalan mendekat ke lemari, terlihat sudah ada banyak pakaian di sana. Maidnya bekerja dengan sangat baik, meskipun baru diberi perintah beberapa jam lalu.

“Tempat yang cukup strategis,” ucap Acha.

Ting!

Satu pesan masuk ke ponsel yang masih berada di dalam sling bag. Acha mengambil, lalu membuka isi pesan tersebut.

From : Syena/Seola

Achaaa tolongin
Lander bajingan nyulik gue
Padahal tadi gue mau ke mansion Cavier

Acha terkekeh geli membaca isi pesan yang dikirim Seola. Sudah dibilang bukan bahwa Lander mengawasi setiap pergerakan gadis itu. Orang seperti Lander ketika jatuh cinta benar-benar tidak bisa ditebak. Apa pun demi cinta. Namun, ia sangat yakin Seola bisa mengatasi masalah ini. Karena dari awal Seola adalah gadis keras kepala, dan tidak mau kalah.

“Kisah cinta yang lucu,” gumam Acha.

🦋

Redoubtable [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang