0.5 [Varland]

5.4K 459 5
                                    

HAPPY READING!don't forget to vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!
don't forget to vote and comment.

🦋

LANGKAH kaki jenjang membawa Seola menuju kantin, tentu saja diiringi oleh tatapan dari mahasiswa-mahasiswi Landers University. Seola tidak menyangka jika di sini tidak hanya mahasiswi saja yang suka bergosip, ternyata mahasiswa juga suka.

Dengan tingkat ketidakpedulian yang amat tinggi Seola berhasil memasuki kantin, ia meliarkan pandangan ke segala arah guna mencari tempat duduk yang kosong. Saat sudah menemukan ia pun berjalan ke sana. Namun, sial sekali ketika salah seorang cowok menghalangi jalannya.

Seola berdecak kesal, tidak mengerti akan tingkah bajingan kecil di hadapannya ini. “Minggir.”

Bukannya bergerak memberi jalan, pria tersebut malah tersenyum lebar. Apa ia kira Seola sedang menyapa atau berbicara manis? Kenapa malah tersenyum?

“Seola, apa kabar?” tanyanya.

“Lo buta? Nggak bisa liat keadaan gue sekarang?” jawab Seola sinis.

“Ternyata berita tentang Seola Gracepa Vand yang berubah, benar nyata adanya.”

“Lalu urusannya sama lo apa?” tanya Seola melipat kedua tangan di depan dada, inilah gaya khasnya ketika berbicara dengan orang yang tidak ia sukai.

“Tentu ada urusannya, sekarang kasih tau gue apa alasan lo berubah?”

Yang ditanya malah tersenyum miring sembari menepuk bahu pria tersebut sebanyak tiga kali. “Varland, seharusnya lo sadar. Kalau lo salah satu alasan kenapa gue berubah, tapi kenapa sekarang lo peduli, hm? Ah, gue tau. Lo takut ya orang-orang berhenti bully gue?”

Jawabannya di luar perkiraan, saat ini pandangan semua orang di kantin mengarah pada mereka. Lebih tepatnya pada Seola, sang cupu yang berubah menjadi sang suhu.

“Gue nggak tau harus bersyukur atau sedih karena mengalami amnesia. Yang anehnya kenapa di saat amnesia nama lo ada di ingatan gue? Sepertinya banyak kesalahan yang udah lo perbuat sehingga gue harus selalu mengingat lo, supaya lebih mudah balas dendamnya,” ujar Seola masih tersenyum miring.

“Atau karena lo jatuh cinta sama gue? Makanya selalu ingat nama gue,” sambung Varland yang kini ikut tersenyum miring.

Seola tertawa kecil, merasa lucu mendengar omong kosong tersebut. Ia kembali berjalan, lalu duduk di tempat yang sudah ia pantau tadi. Varland pun mengikuti, dan duduk di hadapan Seola.

“Omong kosong apa yang lo bicarain? Varland, sampai napas gue udah di ujung tanduk, gue tetap nggak bakal jatuh cinta sama lo,” sahut Seola menatap remeh.

Varland mengepalkan tangannya kuat, gadis ini benar-benar berani menjawab semua omongannya. Dengan penuh emosi ia mencengkram dagu Seola, tatapan mata mulai berubah tajam. “Seola, dengar baik-baik. Suatu saat nanti lo bakal berlutut memohon cinta gue.”

Seola menepis kasar tangan Varland sembari berdecih jijik. Ia mengambil tissue yang tersedia di atas meja, lalu membersihkan dagunya. “Dalam satu hari udah dua bajingan nyentuh gue. Takut banget ketularan virus bajingan.”

“Seola,” geram Varland tidak suka.

“Varland, kalau lo mau cari masalah ntaran aja. Gue lapar banget, dan lo nggak bakal mungkin biarin gue mati kelaparan, 'kan? Jadi biarin gue makan dulu.”

Varland tertawa kecil sekaligus mengangguk membenarkan ucapan Seola. “Mau makan apa biar gue pesan?”

“Menurut lo aja apa yang enak, gue udah laper banget,” jawab Seola yang lagi-lagi diangguki Varland.

“Sebentar.”

Sembari menunggu pesanan selesai, ia memainkan ponsel membuka akun Instagram. Mencari username milik salah satu abang kandungnya—Zein. Seola berdecak kesal melihat satu-satunya postingan di sana, itu juga dulu ia yang memaksa untuk diupload.

“Kaku banget sih abang gue,” gumamnya.

Ia beralih mencari username milik Altheus dan Kafka. Kedua pria itu yang sering mengganggunya, menciptakan keributan di mansion mewah Cavier. Keluarga Cavier memiliki empat anak ; tiga laki-laki dan satu perempuan.

Zein merupakan CEO salah satu anak perusahaan milih sang daddy di negara Australia. Altheus yang juga CEO di perusahaan negara Prancis. Kafka memilih menjadi dokter seperti mommy-nya. Sedangkan, Syena tidak jelas ingin menjadi apa.

Sungguh bukan cita-cita Syena mengalami transmigrasi seperti ini. Ya kalaupun Syena harus transmigrasi, setidaknya jangan masukkan jiwanya ke tubuh gadis dengan jurusan Kedokteran. Sudah dari dulu menghindar bertemu jurusan tersebut, tetapi takdir malah membawanya masuk ke sana.

Syena di tubuh yang dulu adalah seorang mahasiswi jurusan Hukum. Berkuliah di Bramasta University, kampus teman daddy-nya—Yankee. Syena pernah bertanya pada daddy-nya kenapa tidak membangun universitas sendiri? Bukankah mereka keluarga konglomerat? Hartanya tidak akan habis sampai puluhan keturunan. Namun, jawabannya membuat Syena menyesal karena telah bertanya.

“Kenapa nanya? Emang ada rencana untuk mengurus sebagian usaha Daddy?” tanya Yankee balik.

“Elle, kalaupun kamu minta untuk Daddy punya satu universitas, pasti bakal dikasih. Namun, harus kamu yang mengurusnya.”

“Kok Elle? Kan ada Bang Zein, Bang Altheus, dan Bang Kafka,” sahut Syena tidak terima.

“Mereka sudah punya tugas masing-masing, Elle.”

“Elle juga punya tugas Daddy, tugas kampus numpuk,” jawab Syena mencari alasan.

“Elle, Daddy tau tentang seluk-beluk diri kamu. Daddy tau seberapa jeniusnya kamu, untuk mengurus tugas kampus bukan hal susah. Sejauh ini setiap Daddy tanya tentang perkembangan kuliah, kamu bilang semua baik-baik aja. Bukan itu artinya kamu mampu? Lalu kenapa sekarang bilangnya begini?”

“Elle, ini bukan saatnya untuk main-main. Kamu udah dewasa, 20 tahun. Suatu saat nanti jati diri kamu sebagai putri satu-satunya keluarga Cavier pasti bakal dibuka, dan tepat saat itu kamu wajib bantu Daddy,” papar Yankee.

Mengingat percakapan tersebut ia menghela napas panjang, jujur saja berbicara dengan sang daddy membuat kesal setengah mati. Daddy-nya sangat berhasil membidik seseorang hingga tidak bisa melakukan apa pun. Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti racun yang akan membius lawan bicara.

“Jadi kangen Daddy,” gumamnya lesu.

🦋

Redoubtable [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang