2.7 [Lander vs Zein]

3K 269 30
                                    

HAPPY READING!don't forget to vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!
don't forget to vote and comment.

🦋

PUKUL 11 siang Kota California, tepatnya salah satu perusahaan raksasa sedang mengadakan meeting dengan beberapa CEO. Seperti keajaiban dunia—Lander, Louise, Zein dan Dev kini dipertemukan di satu meja. Kenapa begitu? Karena biasanya di setiap pertemuan pasti salah satu dari keempat pria tampan tersebut lebih memilih menugaskan bawahannya untuk datang mewakili.

Semua orang tidak heran jika melihat aura mencekam di antara Lander dan Louise. Namun, sekarang ada yang beda, mereka bertanya-tanya—apakah Lander dan Zein memiliki konflik? Karena dilihat sejak tadi Lander terus melayangkan tatapan tidak suka pada pria tampan di seberangnya—Zein.

Bayangan di mana Zein memeluk Seola masih terekam jelas di ingatan Lander, hingga membuat ia tidak suka. Ya, Lander cemburu, sebab Seola juga tidak menjelaskan apa pun perihal kejadian itu.

“Tuan Lander, apakah ada yang salah pada saya?” tanya Zein, tersenyum miring.

Lander menajamkan tatapannya. Bisa-bisanya, bertanya tanpa rasa bersalah. Apakah Zein tidak tahu pada siapa dia berhadapan sekarang?

“Wah-wah, ada apa ini?” sahut Louise, merasa tertarik melihat perselisihan langka antara dua orang yang tentunya sangat ia kenal.

Meeting sudah ditutup sejak 10 menit yang lalu, seharusnya mereka sudah beranjak pergi. Namun, melihat Lander yang belum keluar membuat mereka mengurungkan niat. Lander pria terhormat, tentu lebih diutamakan dalam segala hal. Lagi pula perselisihan yang terjadi di sana terasa sangat seru untuk ditonton.

“Tuan Cavier, apakah Tuan Lander membuat masalah pada Anda?” tanya Louise. Dia sangat senang jika jawabannya adalah 'iya'. Karena setelah itu, ia bisa mengajak Zein untuk menjadi partner dalam menjatuhkan Lander.

Lander menghela napas, mencoba menenangkan diri. Selama ini ia dikenal sebagai pria tanpa ekspresi, dan tanpa emosi. Namun, jika sudah menyangkut perihal Seola, dirinya menjadi tidak terkontrol.

Lander menegakkan badan yang tadi sedang asyik bersandar, menatap serius pada Zein. Semua tindakan tersebut tidak lepas dari pandangan orang-orang di sana, termasuk Dev yang terlihat bingung. “Jaga sikap Anda, Tuan Cavier. Jangan coba-coba berurusan pada saya, apalagi itu tentang kekasih saya.”

Semua membelalak kaget. Kekasih? Jadi selama ini Lander Aksaka Corner sudah memiliki kekasih? Mendengar penuturan tersebut, beberapa CEO paruh baya yang memiliki anak perempuan terpaksa harus menenggelamkan harapan mereka. Sebenarnya mereka sadar, ada atau tidak kekasih Lander, harapan yang mereka bangun hanya berpeluang 0,9%

Dev tampak lebih bingung, dalam benak ia menerka-nerka. Apakah Seola menjadi penyebab Lander dan Zein berselisih? Jika, benar, memang apa yang diperbuat adiknya.

“Apa kekasih Anda tidak menjelaskan tentang kejadian hari itu? Ah, sepertinya tidak. Jadi lebih baik saya beritahu, kalau saya dan kekasih Anda memiliki hubungan spesial,” ujar Zein, masih dengan tersenyum miring.

Lagi-lagi, semua menatap tidak percaya. Mereka berpikir kekasih Lander berselingkuh dengan Zein. Memang ada hubungan spesial yang lain, selain sepasang kekasih?

Louise menatap tidak terima. Jika begini, tentu Zein juga akan menjadi musuhnya. Louise yakin yang sekarang dibicarakan adalah Seola, dan ia sudah jatuh cinta pada gadis itu hingga berencana menjadikan Seola sebagai miliknya.

“Sial, satu saja belum disingkirkan, tapi udah nambah yang lain,” desis Louise.

Zein beranjak dari kursi, merapikan jas yang sedikit kusut karena duduk terlalu lama. Tatapan remeh ia berikan pada Lander yang tampak menahan emosi. “Kalau saya dan kekasih Anda tidak memiliki hubungan spesial, lalu kenapa dia tidak menjelaskan apa pun pada Anda?”

Lander pun ikut bangkit, berjalan mendekat. Pria itu membalas tatapan remeh Zein dengan seringainya. Memasukkan kedua tangan ke saku celana, berdiri tepat di hadapan Zein, menatap penuh peringatan. “Sayangnya, dia akan tetap menjadi milik saya untuk selamanya. Jika cara baik tidak berhasil—” Lander memajukan wajah ke arah telinga kanan Zein, lalu berbisik, “Maka cara jahat solusinya. Dia milik saya, hanya milik Lander Aksaka Corner.”

“Ini peringatan pertama dan terakhir untuk Anda, Tuan Cavier. Meskipun saya nggak tahu hubungan apa di antara kalian, tapi saya tetap tidak suka.”

Lander menoleh ke belakang, menatap CEO lain yang masih diam di tempat duduk. “Saya permisi.”

Ruangan meeting menjadi sangat sesak rasanya, kedua pria itu sama-sama mengeluarkan aura menyeramkan, tidak ada yang mau mengalah.

Zein membalikkan badan menatap kepergian Lander. Ia sama sekali tidak merasa takut dengan ancaman yang berkedok peringatan tersebut. Ia sangat paham bagaimana sifat sang adik—jika orang lain keras, maka adiknya jauh lebih keras. “Kalau ingin ditinggal dengan rasa benci, silakan lakukan cara jahat itu.”

🦋

Waktu terus berputar, tak terasa hampir 20 jam Seola berada dalam jet. Kini tubuhnya terasa sangat lelah. Ia sampai di mansion sejak 15 menit yang lalu, ketika sampai semua anggota keluarga sudah tidur karena sekarang menunjukkan pukul 03.30 pagi.

“NIKMATNYA!” pekik Seola, melompat ke tempat tidur. Ia berguling-guling dengan senyuman bahagia.

“Saatnya tidur, tapi sebelum itu kita harus chat Acha dulu. Apakah dia udah berangkat atau belum?”

Seola meraih ponsel di atas meja nakas, lalu mengetikkan sesuatu dan dikirim ke kontak Acha. Setelah selesai, ia melempar benda pipih mahal itu ke sembarang arah. Beralih memeluk guling empuk, seraya memejamkan mata.

🦋

Ting!

From Leon :

| Tuan, saya mendapatkan laporan dari anggota yang berjaga di mansion Vand.
| Nona Seola sudah kembali

Ponsel Lander berbunyi menandakan pesan masuk, tapi sang pemilik sudah memejamkan mata sejak satu jam yang lalu. Entah apa reaksi pria tampan tersebut ketika membaca pesan, yang jelas hukuman Seola sudah di depan mata.

🦋

Di sisi lain, tepatnya di dalam kamar bernuansa gelap dengan ditemani minuman alkohol di atas meja. Seorang pria berbadan kekar tampak menggeram marah. Memegang botol wine sangat erat, yang mungkin sebentar lagi akan pecah.

Prang!

Terbukti, botol kaca itu pecah hingga beberapa serpihan mengenai telapak tangannya. Sang pria tidak memedulikan, amarah sudah dipuncak, bahkan sakit pun tidak sama sekali dirasakan.

Shit! Nevaeh Queen, di luar dugaan bahwa dia pelakunya. Gadis kecil itu benar-benar tidak bisa diprediksi, dan terpaksa rencana untuk membunuh harus diubah,” murkanya

“Kenapa begitu banyak berita mengejutkan, belum lagi mengenai psychopath cantik yang kembali muncul.”

“Ya, ya, meskipun saling bermusuhan, tapi memberi sambutan sepertinya tidak terlalu menjadi masalah.”

🦋

Redoubtable [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang