chapter eight

2.5K 194 14
                                    

Budayakan tekan bintang setelah membaca, ya.
Maafkan typo☺
.
.

Muka nya Kak Ansel kalau lagi gelisah, galau, merana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Muka nya Kak Ansel kalau lagi gelisah, galau, merana. Wkwkkw.
Cuma Nana satu-satunya cewek yang bisa bikin kak Ansel kepikiran sampe enggak bisa tidur.
.
.
.

Cuma Nana satu-satunya cewek yang bisa bikin kak Ansel kepikiran sampe enggak bisa tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reno berjalan sempoyongan, mencoba kabur dari sana. Wajahnya sudah babak belur. Temannya--Andri bahkan meninggalkannya. Dia akan membuat perhitungan setelah ini. Ketika melewati kantin, seorang wanita paru baya menyenterinya, membuatnya berhenti melangkah.

"Siapa, ya?" tanyanya sembari berjalan mendekat.

Reno tidak bisa berlari untuk menghindar, jadi ...

"To-tolong saya, Bu," ucapnya suara yang dibuat terbata-bata.

"Ya ampun, kamu kenapa?" Wanita itu terlihat khawatir.

Reno menunjuk ke arah rumah kosong itu. "Di sana, ada yang lagi berzina, Bu."

Wanita itu mengernyitkan dahi. "Maksud kamu? Di sana? Bekas koperasi?"

Reno mengangguk. "Mendingan Ibu lihat aja."

Wanita paru baya itu langsung berjalan menuju rumah bekas koperasi itu, sedangkan Reno melanjutkan langkahnya untuk pergi dari sana. Setidaknya, wajah babak belurnya bisa menutupi identitasnya. Dia harus segera pergi dari sana.

"Sedang apa kalian?"

Ansel menoleh ke arah suara. Wanita itu nampak terkejut dengan apa yang dilihatnya, namun lebih terkejut ketika tahu siapa yang ada di sana.

"Mas Ansel?"

"Bu Ratih," gumamnya pelan. Ansel bisa melihat keterkejutan di wajah wanita paru baya itu. Dia hanya berharap wanita itu tidak memikirkan hal yang tidak seharusnya dia pikirkan.

Try To Be Yours √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang