chapter sixteen

2.7K 223 12
                                    

Budayakan tekan bintang setelah membaca, ya.
Maafkan typo.

.
.

selamat malam minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selamat malam minggu ...
.
.

Nana tengah merapikan meja belajarnya, kemudian suara dering telepon mengalihkan perhatiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana tengah merapikan meja belajarnya, kemudian suara dering telepon mengalihkan perhatiannya.

Itu telepon dari Heena--Mama Ansel. Dengan senyum sumringah, Nana langsung meraih ponselnya yang ada di atas tempat tidur, kemudian menjawabnya.

"Halo, Mama Heena? Enggak ada, kok, kenapa emangnya? Hari ini? Oke, nanti Nana ke sana."

Heena bilang bahwa dirinya ada di Indonesia saat ini, dan meminta Nana untuk datang ke rumahnya tanpa memberitahu Ansel. Jujur saja, sampai detik ini Nana masih tidak paham dengan kerenggangan dari hubunhan Ibu dan anak ini. Tentu Nana dengan senang hati mengiyakan. Baginya, Heena adalah orang yang sangat baik. Meski baru bertemu beberapa kali di awal-awal pernikahannya dengan Ansel, namun Nana merasa nyaman.

Hari ini Ansel harus datang ke kampus untuk melakukan bimbingan. Nana tidak ada kelas dan hari ini dia punya banyak waktu luang. Nana memilih meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tasnya lalu pergi menuju rumah Heena, yang mana itu adalah rumah yang Ansel tinggali sebelumnya. Tentu ini bukan kali pertamanya ke sana. Satpam yang selalu berada di pos depan rumah Ansel pun mengenalnya. Ya ... sebagai adik Davis.

"Pagi, Pak," sapa Nana.

"Mau siang, Non."

"Ck, si Bapak. Jawab aja kenapa, sih. Biar saya enggak malu."

Pria paruh baya itu tertawa pelan. "Selamat pagi juga, Non. Silakan masuk. Mau saya antar ke dalam?"

Nana menggeleng. "Enggak usah. Bapak duduk manis di sini aja. Yaudah, saya masuk, ya, Pak. Permisi."

Nana harus berjalan lumayan jauh untuk melewati halaman depan dan menuju rumah besar itu. Entah memang kedatangannya sangat istimewa atau semacamnya, ketika Nana datang, sudah banyak pelayan rumah yang menunggunya di depan lalu mengantarnya masuk ke dalam. Padahal dia lebih suka berjalan sendiri.

Try To Be Yours √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang