BAD 8

146 18 3
                                        

Happy reading...

Suasana kelas menjadi sunyi, Mereka ingin menyapa namun di urungkan. Alena yang baru saja duduk dikursi nya menoleh kebelakang. Terdapat Bryan yang sedang menenggelamkan kepalanya di atas meja.

" Hai." Sapa Alena.

Bryan mengangkat kepalanya menatap Alena dalam. Apakah perempuan yang didepannya ini adalah kekasihnya atau bukan."  Kenapa?." Tanyanya tanpa suara.

Alena tersenyum." Kamu kemana aja." Bohong kalau Alena tidak mengatakan Bryan tampan. Matanya memang menatapnya sinis dan tajam, Namun ada kesedihan didalamnya, hati Alena merasakan tersentuh ketika menatap mata Bryan.

Bryan menghela nafas." Pergi." Jawabnya singkat.

Brakk! Suara kursi di geser dengan keras. " Pindah lu sini." Ucap Bryan kepada siswa culun yang berada di pojok belakang.

Alena serta yang lain kaget, terutama Genk Five Evil yang baru masuk ke kelas. " Cepet anjing." Teriak Bryan Siswa culun tersebut segera berpindah.

" Duduk sini lu."  Ucap Bryan sarkas menarik keras baju tersebut.

Bryan segera pergi." Duduk sampe gue bilang pergi dari sini."

Siswa culun tersebut hanya terdiam, Mematuhi ucapan Bryan.

Genk Five Evil berdiam tak ada yang berani mendekati sang ketua. Berbeda dengan Alena yang memiliki keberanian.

" Bryan kamu kenapa sih?." Tanya Alena.

Bryan terdiam.

" Bryan soal omongan kamu, Apa aku masih boleh membahasnya."

" Temuin gue di rooftof." Ucap Bryan singkat.

Bryan pergi meninggalkan kelas, sebenarnya dirinya terkejut dengan ucapan Alena, Namun apa boleh buat dirinya tidak mau berharap lebih. Sejujurnya Bryan benar benar mulai tertarik dengan Alena apalagi dengan keberaniannya jarang sekali melihat perempuan yang berani berbicara dengannya.

Di perjalanan Bryan berpapasan dengan Dion yang hendak memasuki kelas. " Kenapa lu." Ucap Dion.

Bryan enggan menanggapi ucapan Dion.

" Pulang bang. Papah mau ngomong sesuatu sama lu." Ucap Dion. Bryan menatap nanar Dion. Dia terkejut dengan panggilan bang? apakah abang. Bryan sungguh tak sudi.

Bryan terkekeh sinis." Bang? Abang gak sudi gue dipanggil abang sama lu."

" Biasa nya juga dia gak pernah nyariin gue." Bryan menoleh ke Dion." Satu lagi! Jangan pernah lu bahas masalah keluarga dilingkungan sekolah."

" Gue udah peringatin lu mulai dari sekarang." Kecamnya.

Dion menatap sinis kepergiaan Bryan." Lu pikir siapa?."

Alena yang menatap pembicaraan mereka berdua dibuat bingung, Memiliki hubungan apa sebenarnya antara Dion dan juga Bryan.

" Mereka bicara kenapa intens banget." Pikir Alena. Alena segera beranjak menemui Bryan.

Dion melihat Alena mengejar Bryan." Kayanya gue bisa hancurin lu lewat Alena Bry." Pungkas Dion.

**

Di rooftof angin menerpa wajah, Menggenggam botol kecil yang berisi obat obatan yang menopang hidupnya. Bryan menghela nafas sambil menelen obat yang menurut kadar dosisnya tidak mempengaruhi jantungnya.

Hufttt terdapat Alena yang baru saja sampai dengan nafas terengah engah. " Bry astaga kamu kenapa cepat banget sih." Ucap Alena.

Bryan menoleh dengan tatapan datar." Lemah." Ucapnya Pelan.

" Sini." Sambungnya menarik tangan Alena pelan. Sehingga posisi mereka sekarang bersebelahan.

" Kenapa?." Tingginya yang hanya sepundal Bryan membuat Alena berjinjit untu menatap wajah Bryan.

" Lu yakin mau jadi pacar gue." Ucap Bryan.

Alena menangkap sesuatu ketika wajah Bryan berubah menjadi pucat. " Bentar kok kamu pucat sih." Ucapnya sambil meraba wajah Bryan.

Bryan langsung menepisnya." Jangan sentuh."

" Bry.. kamu sakit." Tanya Alena.

" Enggak."

" Bohong!! Muka kamu pucat banget Bry.."

Bryan memejamkan matanya." Gue gak sakit." Jujur kepalanya sangat pusing. Bryan merogoh botol kecil yang berada di saku celananya. Lalu menelan obat berwarna biru, semua itu tak luput dari pandangan Alena.

" Bry." Panggil Alena lirih.

Bryan menatap tajam Alena." Lu harus jadi pacar gue. Satu jangan sekali kali lu berhubungan sama Dion Alena." Ucapnya.

" Tapi..." belum dirinya melanjutkan omongannya, Namun sudah terpotong oleh Bryan.

" Gak ada penolakan!!." Sentaknya.

Bryan menyodorkan Ponselnya. " tulis nomer hp lu."

Alena menuruti perintah Bryan sekali kali menatap Bryan yang sedang melamun. " Tampan." Batin Alena. Namun secepat mungkin Alena menggelengkan kepala.

Bryan yang menangkap gerak gerik Alena tersenyum sinis." Gue emang tampan." Ucapnya pelan. Namun mampu didengar oleh Alena.

Blushh. Pipi Alena berwarna merah dirinya malu entah ada ikatan batin atau apa? Ucapan Bryan tepat sasaran.

" ehmm bukan gitu. Nih udah selesai." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.

" Ngomong aja kalo lu mau nanya sesuatu ke gue."

" Maksudnya."

" Kita sekarang pacaran, Gak mungkin kaya orang asing. Kalo soal cinta. Gue gak percaya sama yang nama cinta malah gue benci! Gue jadiin lu pacar karena lu mirip.. ah lupakan yang penting gue nyaman sama lu." Ucap Bryan.

Alena menatap Bryan kagum. Ini pertama kali dirinya mendengar Bryan mengatakan kalimat yang begitu panjang.

" Gue cabut." Bryan pamit.

" Tapi.."

" Lanjut di Wa aja. Dah sayang." Ucapnya mengedipkan mata sebelah.

Alena seketika berubah jadi patung masih mencerna itu semua. " Sayang?."

" Bryan manggil gue sayang?." Ucapnya.

****

HAPPY READING!!!!

BRYAN ( THE ALASKA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang