BAD 14

130 9 4
                                    

Oh iya di part sebelumnya kan mereka ada di mall ya tapi kenapa di Apartemennya lagi heheeh maaf itu typo guys.

**
Bryan melajukan motornya begitu kencang sehingga mendapatkan umpatan dari pengendara yang lain. Ketika Bryan sampai di Rumah, dirinya dikejutkan dengan pemandangan yang menyakitkan melihat Alena dan Dion sedang bercanda gurau. Bryan menatap mereka tajam dan dingin, sehingga keduanya menyadari kehadiran Bryan yang sedang berada di ambang pintu.

" Ngapain lu?." Tanya Dion sinis. Dalam hati dirinya senang pasti Bryan terkejut melihat Alena sedang bersamanya.

Bryan menggeleng menatap Alena sendu." Bangsat!!." Umpatnya pelan sangat pelan.

Bryan tidak menjawab mata nya tetap menatap Alena lalu dirinya segera sadar atas perbuatanya, Bryan langsung melengos masuk ke dapur, dirinya tadi seperti sekelibat bayangan Bi inah.

Alena sendiri merasa bersalah atas perbuatannya tadi, Meninggalkan Bryan sendirian di Mall dan sekarang dirinya sedang berada di Rumah lelaki lain. Bukankah dia terlihat seperti berselingkuh.

" Len." Panggil Dion lembut.

Alena mengerjapkan mata." Hah?."

" Gak usah di ambil pusing aku tau pasti kamu bisa, dia emang suka ke sini buat ketemu sama ibu nya." Ucap Dion.

" Ibu nya siapa?." Tanya Alena dirinya kepo dengan kehidupan Bryan.

Dion tidak mungkin untuk mengatakan jika dirinya dengan Bryan adalah saudara kembar.

" Pembantu disini." Ucapnya.

***

Bryan dengan nafas terengah engah segera meraih tangan Bi Inah, Bi Inah terkejut ketika melihat anak majikannya ini.

" Aden kenapa?." Tanya Bi Inah segera menghampiri Bryan.

" Sakitttttt." Gumam Bryan memegangi pelan dada nya.

" Aden duduk dulu, Biar bibi siapkan air hangat." Bi inah bergerak cepat, Bryan berusaha untuk tidak mengeluarkan erangannya.

" Bu.." Ibu Bryan suka sekali memanggil Bi inah dengan sebutan Ibu tanpa di suruh olehnya. Karena Bryan tau cuman Bi inah yang dirinya miliki, yang mengasuhnya dari kecil dan melimpahkan kasih sayang.

" Aden minum dulu." Ucapnya Bi inah menyerahkan Air hangat.

Bryan mengeluarkan botol kecil dari saku celana, ternyata yang berisikan obat-obatan yang selama ini dirinya konsumsi. Bryan meminum dengan tandas.

Dan mengatur nafas nya secara perlahan lahan." Makasih bu." Ucapnya kepada Bi inah.

Bi inah hanya mengangguk dan mengusap kepala Bryan pelan." Aden mau makan apa? Biar bibi siapin." Tanyanya.

Bryan memejamkan matanya pelan, dadanya masih sesak tapi bukan penyakitnya yang kambuh melainkan ketika melihat Alena sedang bersama adik nya. " Kenapa masih manggil aku aden bu, panggil aku nama atau gak? Nak minimal." Pinta Bryan.

Bi inah bingung dirinya memang sudah menganggap Bryan sebagai anak sendiri, Namun kedua majikannya menentang dirinya dengan alasan agar Bryan tidak ketergantungan dengan dirinya.

" Baiklah nak." Ucap Bi inah pelan.

Di balik dinding dapur ada Alena yang mendengar percakapan antara Bi inah dan Bryan, Niat awal Alena ingin meminta maaf kepada Bryan mumpung Dion sedang pergi keluar.

" Bibi ? Tapi Bryan manggil pembantu itu dengan sebutan den." Pikir Alena.

Ketika Alena hendak meninggalkan ruangan tersebut tanggannya sudah dulu di cekal oleh seseorang. Ternyata Bryan yang menatap dirinya tajam.

" Ngapain kamu." Tanya. Cengkraman dipergelangan tanganpun semakin kencang sehingga Alena meringis pelan.

"awshh.... Lepasin dong sakit tau." Alena berusaha melepaskannya. Namun lagi lagi cengkraman Bryan semakin kencang.

" Diam." Sentaknya. " Ikut aku." Bryan menarik Alena kencang sehingga mengakibatkan guci yang disebelah Alena tadi pecah.

Pragggg!! Pecahan guci berserakan di lantai.

" Mampus gua, Bryan maaf aku gak sengaja." Cicit Alena.

" Biarin. Ayo ikut gua." Ucap Bryan yang masih mencengkram tangan Alena.

" Sakit, Bisa lepasin gak." Bryan melepaskan cengkraman tersebut, Lalu menatap lengan Alena yang memerah akibat.

" Nanti gua obatin di atas."

Iya. Bryan mengajak Alena ke lantai atas menuju kamarnya.

" Masuk." Kamar bernuansa hitam abu abu menyambut Alena.

" Bentar gua ambil kotak obat dulu." Bryan memasuki pintu yang berada di belakang tempat tidur tersebut.

Alena menatap sekeliling sehingga dirinya menemukan kantong obat yang sudah kosong dan jumlah bisa dikata kan sangat banyak.

" Siapa yang minum obat sebanyak ini." Batin Alena.

Alena menggeleng." Gak mungkin kan Bryan."

*****



Welcome back hahahah
Cerita nya masih rame gak sih
Komen dong kalo mau next

BRYAN ( THE ALASKA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang