Bryan merenung di sebuah taman yang sangat sepi entah kenapa sangat mendukung sekali suasana hatinya. Dering ponsel yang berbunyi selalu dia abaikan.
Sementara itu Alena selalu berusaha menghubungi Bryan, Namun ada pesan serta panggilan telepon yang diabaikan.
" Bry." Tepuk seseorang dari belakang. Mengejutkan dirinya.
Bryan menoleh." Ji ngapain lu." Ya orang tersebut adalah Oji.
" Alena nyariin lu." Ucapnya.
" Lu jadian gak bilang ke gue. Parah sih." Oji sengaja mengalihkan pembicaraan tersebut.
Bryan terdiam sejenak." Siapa yang jadian sih."
" lu! Siapa lagi, gue mah udah punya karina." Elak Oji.
" Tuh dia dateng. Kalo lu gak mau cerita sama gue gapapa, tapi kalo lu mau cerita gue sama lain tetap bersedia Bry. Kita semua sahabat lu." Oji menepuk Pundak Bryan singkat.
Bryan menoleh belakang terdapat Alena yang sedang tersenyun ke arahnya. Bryan menatap Alena diam.
" Gue berharap Alena menjadi obat lu Bry." Oji menatap Alena yang sedang berjalan menuju arahnya.
Bryan menggeleng." Gue gak yakin."
" Yakin dong pak ketu."
" Dah ya gue pamit." Ujar Oji.
Selepas Oji pergi kini tinggal Bryan dan Alena. Alena bingung harus memulai percakapan seperti apa. Intinya Alena ingin menebus kebahagian untuk Bryan.
" Haii." Sapa Alena. Bryan terdiam wajahnya sedikit pucat, terik matahari membuatnya lelah.
" Bry..Aku minta maaf ya." Ujar Alena.
" Aku salah, Tapi aku bingung harus berbuat apa saat situasi seperti itu."
" Gak perlu, Gue gapapa kok." Bryan berusaha meredam egonya. Dia ingin hari ini berdua sama Alena merasakan rasa pacaran pada umumnya.
" Kenapa?." Tanya Alena.
" Bry kamu pucat kamu sakit yahh."
" Bisa gak sih! gak usah nanya keadaan gue mulu. Gue sehat len, Sehat." Geram Bryan.
Bryan tidak suka untuk dikasihani, dirinya tidak ingin di pandang lemah oleh orang lain.
" Maaf." Cicit Alena.
" Jalan jalan yuk." Ajak Bryan tiba tiba. Sesuai keinginannya Alena dan Bryan akhirnya mereka pergi kesebuah wahana di jakarta.
" Tapi kita mampir ke Apartemen dulu."
" Ngapain." Tanya Alena.
" Ada barang yang ketinggalan." Jawab Bryan.
Mereka pergi menaiki Motor gede Bryan, sesampainnya di Apartemen yang terbilang jauh. Mewah satu kata yang keluar dari mulut Alena.
Klik Bryan membuka pintu, Kamar yang berada di nomer 1307. Apartemen yang selama ini Bryan tempati hasil jerih payahnya sendiri bekerja paruh waktu.
Tidak ada yang spesial ditempat ini, Hanya ada lukisan abstrak yang Bryan beli dari sebuah kota, yang menurutnya artinya sangat relate dengan kehidupannya.
" Lu tunggu disini. Gue ke atas sebentar." Ucap Bryan.
" Bry.." Alena mencegah Bryan." Bisa bahasa nya di ganti gak? Jadi aku kamu gitu." Alena kurang nyaman dengan pembahasan Bryan yang menurutnya sangat asing di telingannya.
" Gak usah ngatur." Bryan melepaskan cengkeraman Alena.
Alena menghela nafas." Pacaran tapi semaunya." Ucapnya pelan.
*****
Setengah dulu
Voment jgn lupa wkwk