Happy reading
PLAK!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Bryan.
" Pah."
" Masih bisa kamu memanggil saya papah."
Suasana Rumah Mewah diiringin dengan teriakan dan bentakan. Dimas menatap tajam anaknya yang sudah berhari hari tidak pulang menginjakkan kaki dirumahnya tersebut.
" Bi inah." Panggil Bryan.
" Saya belum selesai bicara." Mencegah Bryan yang hendak mencari Pengasuhnya tersebut.
Sementara itu Ayu hanya menatap suami serta anak tirinya tersebut dari sofa yang tak jauh dari mereka.
" BI INAH.." teriak Bryan semakin kencang wajahnya sudah merah menahan emosi.
" Percuma kamu mau teriak sekencang apapun, dia gak ada disini." Ucap Dimas menghampiri Ayu.
" Maksud papah apa?." Bryan menyusul Dimas.
" Dia sudah mamah pecat." Ucap Ayu singkat.
" Bangsat lu."
Bugh bugh.. Pukulan mengenai wajah Dimas. Dimas yang terkejut murka. Ayu yang melihat perkelahian tersebut seketika berteriak histeris.
" ASTAGA!! BRYAN CUKUP." Bentaknya.
" Bryan selama ini diam pah, Bryan diam selama papah gak peduli sama Bryan. Papah gak pernah nanya kabar Bryan. Bryan gak pernah dapet kasih sayang dari kalian berdua. Bryan sakit parah pun papah sama mamah gak pernah ada, Sekedar jenguk pun gak pernah."
" Apa itu disebut orang tua."
" Sekarang papah hilangin kebahagian Bryan, Bibi yang udah Bryan anggap sebagai orang tua sendiri. Bibi yang ngajarin Bryan pas naik sepeda, Bibi yang nemanin Bryan tidur. Apa papah sama mamah selama ini gak berperan penting di hidup Bryan. Kalian terlalu sibuk, Bahkan kalian menorehkan luka yang begitu tajam dijantung Bryan. Hingga akhirnya Bryan menjadi sosok yanh sekarang. Sosok yang lemah pah. Jantung Bryan lemah, Bryan penyakitan. Bryan cuman butuh suport dari orang orang di sekitar Bryan. Bryan gak pernah minta barang barang mewah sama papah dan mamah." Bryan menatap mereka dengan derai air mata.
" Mah.. Bahkan Bryan pengen dipeluk sama mamah, Bryan pengen kaya yang lain setiap sekolah diantar dan dijemput sama kedua orang tuanya. Tapi Bi inah selalu bilang kalo mamah sama papah sibuk kerja. Sibuk nyari uang buat beliin Bryan mainan tapi Bryan gak pernah dapat mainan yang Bryan mau."
" Bryan beranjak dewasa, Bryan harus belajar sendiri tentang dunia luar. Bahkan material yang kalian berdua kasih gak sebanding sama apa yang Bryan inginkan. Permintaan Bryan cuman satu. Bryan pengen di peluk kalian berdua sebelum Bryan meninggal."
Setelah mengatakan itu Bryan pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Di depan pintu dirinya terkejut ketika melihat Alena, Dion serta Jinju dan teman teman yang lain.
" Bryan." Panggil Alena.
Bryan segera menghapus air matanya dan menatap Alena. Bolehkan dia memeluk kekasihnya ini. Bolehkan dia mencurahkan semuanya dipundak Alena namun setelah melihat genggaman tangan Alena dengan Dion. Dirinya mengurungkan niatnya.
" Lu ngapain disini." Tanya Dion sinis. Alena dan yang lain menatap heran Bryan.
" Iya lu ngapain ada dirumah Dion."
" Ini rumah lu kan Di." Dion mengangguk dan semakin menggenggam erat tangan Alena. Entah Alena sadar atau tidak dia sudah berhasil melukai hati Bryan.
" Bry kamu ngapain." Bryan menggeleng pelan. Dadanya tiba tiba saja nyeri.
" Gue abis ketemu Ibu." Ucap Bryan singkat.
" Awas." Sahutnya cepat sambil memakai sepatu dan menaikinya.
Mereka semua menatap Bryan heran, Alena yang sadar akan tangannya segera melepaskannya dari Dion.
" Astaga pasti dia liat." Batin Alena.
" Bodoh."
" Tapi Bryan kaya abis nangis."
" Ah bodo amat lah."
" Yuk masuk." Ajak Dion.
Mereka semua masuk ke dalam rumah Dion.
" Mah Pah." Panggil Dion.
" Bi inah." Panggil lagi Dion.
" Iya den." Bi inah. Sebenarnya Bi inah tidak dipecat Melainkan hanya dipindahkan menjadi di bagian belakang rumah Dion. Bi inah menerima dengan hati riasau bagaimana jika anak Asuhnya mencarinya. Dia sudah diancam oleh kedua majikannya jangan sekali kali menampakan diri didepan Bryan.
" Mamah sama Papah dimana?." Tanyanya.
" Nyonya sama Tuan di kamar den."
" Oke baik."
" Bi tolong buatin sama cemilan buat teman Dion ya di ruang tamu."
" Baik den." Dionpun pergi bergegas menuju ruang tamu.
" guys bentar dulu ya."
" Bokap sama Nyokap gue ada di kamar nanti gue suruh mereka turun."
" Iya sans bro."
" Len bentar ya." Ucapnya kepada Alena.
Alena yang sedang mengamati ruangan sekitar. " Hah iya." Ucapnya gelagapan.
****
Dikit dulu dahh wkwkw
Thxxx 600 readers yang baca
Semoga suka enjoyy