Happy reading
Oji, Ardi, Bagus sedang berada di basement rumah sakit.
" Lu mau kemana? Masalah nih kendaraan cuman ada satu." Tanya Oji sambil mengutak ngatik ponselnya.
" Kalo gue sama Ardi biar ngurusin soal Basecamp yang kebakar." Sahut Bagus.
" Lu seriusan Ji."
Oji mengangguk " Gue mau balik ke sekolah aja deh, Mau ketemu ayang."
Ardi Bagus melirik malas Oji, Jika bucinnya sudah kumat bakalan susahnya diajak
komprominya." Yakin?."" Lu mau cewek lu di bully satu sekolah ?." Sambungnya.
" Yakinlah, Capek cuii backstreet mulu." Pungkas Oji.
" Terah lu dah, Ayo gue antar."
🌳🌳🌳🌳
" Udah ?." Tanya Alena ketika melihat Karina sudah kembali ke Kantin.
" Siapa sih? Sampe jauh banget lu angkat teleponnya." Sahut Qila.
" Bukan siapa siapa." Jawab Karina yang menatap sekitar.
" Dion kemana ?." Tanyanya.
" Ke toilet katanya mah." Jawab Sasa yang fokus dengan handphone.
" Oh."
" Kar Bryan tuh orang gimana ?." Tanya Alena.
" Lah lu kenapa nanyain Bryan sama gue."
" Bryan penyakitan, Lebih baik jangan mau sama dia." Bukan Karina yang menjawab melainkan Dion.
Karina menatap Dion sinis." Eh len gue balik ke kelas dulu."
Singkat cerita..
Kini pihak rumah sakit sedang menghubungi Keluarga Bryan. Bukankah akan fatal jika tidak ditangani dengan serius. Pembengkakkan jantung membuat penderitanya melakukan pengobatan seumur hidup, Adapun dengan merubah Pola sehat hidupnya, Namun itu semua tak instan.
" Bagaimana Dim." Tanya Rajasa selaku pemegang saham terbesar.
" Lakukan yang menurutmu baik saja, Soal biaya biar saya urus." Pungkas Dimas dari sebrang sana.
" Kau tidak ada niatan untuk menjenguk anakmu Bryan. Ayolah Dim kita sudah tak lagi muda bukankah alangkah baiknya, Kau dan Aku berdamai." Pinta Rajasa.
Memang kedua nya dahulu adalah sahabat deket, Namun persahabatan itu harus ancur ketika mereka beranjak dewasa.
Asa panggilan Rajasa yang diberika
oleh Dimas." Tidak! Asal selama kau masih memperdulikan anak itu." Anak itu yang Dimas maksud adalah Bryan." Ayolah Dim, Lagian Ayu juga tidak pernah membahasnya bukan."
" Dulu memang tidak. Namun sekarang berbeda ketika anakku datang ke indonesia." Ucap Dimas.
" Kamu keteraluan. Padahal anakku selalu cerita betapa menderitanya Bryan atas perlakuan kamu Dimas."
Dimas terkekeh." Memang itu yang aku mau. Tapi aku seperti tidak perlu terlalu keras, Karena anak itu sekarang punya penyakit yang kapan saja bisa membawanya menuju kematian."
Rajasa terdiam tak habis pikir dengan Dimas. Bagaimana bisa Bryan menjadi korban atas kesalahannya dimasa lalu.
" Seterahmu. Aku akan menertawakan mu jika kau menyesal dikemudian hari. Puji saja istrimu itu."
Tut.. tut..
Panggilan terputus secara bersamaan pintu ruangan Dimas terbuka.
" Pah." Panggil Dion. Dion mendatang Dimas untuk mengatakan sesuatu.
" what happened boy?." Tanyanya Dimas sambil merenggangkan otot punggungnya.
" Dion ingin papah singkirin Bryan." Pintanya.
" Kenapa harus papah nak, kamu sendiri aja bisa. Dia gak punya kekuasaan disekolah dan beberapa doang yang tau dia anak Dimas Alaska D." Ucap Dimas.
" Serius gak ada yang tau." Dimas menggeleng.
" Gak semudah itu, yang di ketahui publik cuman kamu doang."
****
" Kar." Panggil Sasa. Kini keduanya udah sampai di kelas masing sebelum itu mereka berpisah di pertigaan tangga penghubung.
" Kenapa? Gue mau ke kelas capek."
" Aneh."
Tak." Gimana?." Tanya Qila yang datang terlambat karena cepika cepiki sama Alena dan Jinju terlebih dahulu.
Sasa menggeleng." Gue ngerasa ada yang aneh antara Karina sama anak baru itu. Si Dion lebih tepatnya."
" Apalagi pas dia selesai ngangkat telepon."
" Gue juga sempat gitu."
" Karina bukannya emang gitu, Mungkin dia lagi badmood kali."
" Bisa jadi."
" Yuk masuk kekelas."
***
Terimakasih yang udah like wkwkw.
Voment jgn lupa...