Happy reading:)
Alena dan Bryan sedang berada di sebuah mall yang tak jauh dari Apartemen Bryan.
" Kita mau kemana dulu?." Tanya Alena
Bryan menatap Alena." Makan. Kamu belum makan kan."
Blush! Pipi Alena panas besteiii hahahahah.
Bryan yang melihat gelagat aneh Alena menatapnya heran." Kenapa? Sakit? Pulang aja yuk."
" awhh." Pekik Bryan keras sehingga mereka menjadi pusat perhatian.
" lu apa apaan sih sakit gila." Ucapnya sedikit menbentak.
Bayangkan cubitan di pinggang dengan secuil kuku sakitnya minta ampun bukan, itulah yang dirasakan Bryan. Alena hanya meringis pelan Bryan gampang sekali terpancing emosi.
" yaudah si maaf." Cicit Alena pelan.
Bryan menghela nafas sejenak lalu menatap Alena dengan tatatapan sendu. " Sorry gue hampir bentak lu, ini emang udah sikap gue kaya gitu." Ucapnya sambil membawa Alena ke dalam pelukannya.
Alena memeluk kencang Bryan semakin hari perasaan ingin selalu bersama pria tersebut.
" lena." Gumam Bryan pelan.
Alena menjawab dengan deheman." Hmm."
Kedua nya sedang menikmati pelukan ini,dan untuk Bryan ini adalah pelukan yang dia rindukan dari seseorang yang sudah pergi. Bryan rindu dengan pelukan ini, entah kenapa lagi lagi harus Alena. Sejujurnya Bryan enggan merasakan cinta kembali namun jika seperti ini hati siapa yang tidak akan goyah.
" Lu harus janji sama gue." Ucap Bryan.
" Janji apa?." Alena mendongakkan kepala menatap Bryan. Hidung nya dapat mencium bau rokok yang menyengat dari mulut Bryan.
" Jangan.." perkataan Bryan terpotong lebih dahulu oleh Alena.
" Bentar kamu ngerokok yah?." Potong Alena dan melepaskan pelukannya terhadap Bryan.
" Lu kenapa?. Gue ngerokok tadi pas di taman." Bryan menatap Alena heran.
" Aku mau pulang Bry..." ucap Alena tergesah gesah.
BRAKKK!!
Bryan mematung ditempat melihat Alena yang pergi meninggalkan dirinya, kenapa? Ada apa dengan kekasihnya, Bryan tersenyum kecil. Dia sudah tau apa penyebab Alena pergi.
1 Alena melihat minuman minuman keras atau sejenisnya yang berada di meja makan, yang ke 2 Alena sangat tidak suka pria perokok.
Lagi lagi Bryan terkekeh." Apa lagi yang lu kasih ke gue, disaat gue ingin buka lembaran baru, selalu aja ada masalah. Kenapa tuhan gak adil buat gue, gue juga pengen kaya remaja pada umumnya." Gumam Bryan didalam Apartemennya.
****
Sementara itu dirumah Dion sedang berbincang dengan kedua orang tuanya.
" Jadi gitu pah, papah jodohin Dion sama Alena." Ucap Dion.
" Maksud kamu? Alena anak nya Pak Andra." Tanya Ayu.
" Pah bukannya pak Andra lagi ada proyek dengan perusahaan kita?." Sela Ayu.
Dimas terdiam sambil menyesap kopi." Iya, Bahkan Papah sahabatan dengan beliau." Ucapnya.
" Nah bukan itu bagus pah." Dion nampak rencananya akan berjalan dengan mulus. Dan akan mudah untuk menghancurkan Bryan.
" Kenapa emangnya kamu? Kamu suka sama dia ? Bukannya yang Papah tau dia pacaran sama kakak kamu." Tanya Dimas dan menatap heran Dion.
" Pah...pliss lah Bryan cuman manfaatin harta Alena." Hasut Dion.
Dimas terdiam sejenak." Baik nanti papah bicarakan dengan keluarga Alena." Sambungnya.
Dion merasakan senang, dan babak baru akan segera dimulai.
***
Alena sekarang sedang berada di sebuah cafe shop dirinya pergi meninggalkan Bryan, Sebenarnya bukan hal yang lumrah untuk seorang pria merokok bukan. Tapi Alena entah kenapa tidak suka melihat Bryan menyentuk barang barang tersebut.
" Len bodoh banget sih, lu kenapa coba." Ucapnya sambil memukul pelan kepalanya.
" Bodoh bodoh bodoh." Pekiknya pelan.
Namun sebuah tangan mencekal kedua tangannya dan membuat Alena terkejut.
" Dion." Ya dia adalah Dion yang niat awal ingin bertemu dengan seseorang tapi malah bertemu dengan Alena. Bagaikan takdir yang telah ditulis sang pencipta dirinya tidak pusing pusing untuk menghancur Bryan.
" Kamu kenapa? Nanti kepala sakit lohh." Ucap Dion perhatian.
Alena malu setengah mati." Ah enggak ini lupa bawa noteee." Sangkalnya.
" Btw ngapain disini?." Sambungnya.
Dion seperti memiliki daya tarik sendiri di mata Alena, Dion lebih Fresh daripada Bryan dan juga lebih bulee. Entah kenapa Alena menatap Dion bergitu dalam.
Andai dia berkenalan lebih dahulu dengan Dion, dan tidak terikat perjanjian dengan Bryan mungkinkah dirinya akan menjadi perempuan yang paling sempurna.
" Nunggu teman eh dia nya gak jadi datang." Jawab Dion.
" Ohh.. Udah pesan?." Tanyanya.
" Belum."
Alena dan Dion pun saling bertukar cerita.
MINAL AIDZIN WALFAIDZIN SEMUANYA
MAKASIH YANG UDAH BACA
MAAF KALO ALURNYA KURANG NYAMBUNG TAPI INI SEBENARNYA PELARIAN :)
Maaf yaa
