SURPRISE PLAN!
"Terkadang memendam adalah pilihan satu-satunya agar semua terlihat baik-baik saja."
***
•••
"NADIRA, tunggu..."Menghentikan langkah, Nadira berbalik ketika mendengar Andra memanggil namanya.
"Kenapa, Ndra?"
Setelah pasca belajar berdua minggu kemarin, sekarang Nadira merasa tidak sesalting ketika pertama kali dia berbicara dengan Andra. Dia bisa mengatur ekspresinya sebaik mungkin. Tidak lagi se-grogi tempo lalu.
"Kemarin Khansa karabin gue, kalau dia baru balik dari Jogja."
Nadira juga mendapat kabar itu kemarin malam. Dia turut senang karena sahabatnya itu kembali ke Jakarta setelah menghabiskan dua minggu lebih untuk urusannya. Secara Nadira selalu kesepian dan semakin tertutup jika Khansa tidak masuk.
"Hm. Kemarin dia juga ngabarin gue."
Andra mengangguk. "Gue boleh minta bantuan? Gue butuh banget. Secara lo sahabatnya, pasti lo paham beberapa hal."
"Untuk?"
Andra berdehem pelan, kemudian menjelaskan maksudnya. "Besok dia ulang tahun. Ya, gue mau kasih kejutan kecil aja buat dia."
Ah, sepertinya Nadira tahu Andra akan meminta bantuan apa untuk hari ulang tahun Khansa besok.
"Karena gue baru beberapa minggu pacaran sama dia, dan kita juga sempat LDR-an. Jadi gue belum tahu banyak hal tentang dia. Kayak semisal apa yang dia suka. Lo mau bantu gue buat kasih apa yang dia suka sebagai kejutan di hari ulang tahunnya, kan?"
Nah, kan! Sudah Nadira tebak. Karena Nadira sahabatnya, jelas dia lebih tahu karakter Khansa dibanding Andra yang baru beberapa minggu menjadi pacarnya.
"Oke, gue bisa bantu lo. Sekarang apa yang mau lo tahu dari Khansa?"
Andra melihat ke sekelilingnya. Dia baru menyadari sedang berada di tengah-tengah koridor bersama Nadira. Sepertinya mengobrol lebih lanjut untuk rencana besok tidak leluasa jika mereka masih berada di tengah-tengah koridor seperti ini. Mengganggu orang yang berlalu lalang.
Andra kembali menatap Nadira. "Jangan di sini. Kita cari tempat lain buat ngobrol. Biar gak ganggu orang lewat."
Nadira mengangguk setuju, kemudian melangkah lebih dulu melewati cowok jangkung di depannya ini. Sedangkan Andra memilih mengekor.
Mumpung sedang istirahat juga, jadi Nadira memilih duduk di bangku koridor yang berjarak beberapa meter dari lapangan. Terlihat beberapa anak cowok sedang bermain bola basket. Nadira duduk, diikuti Andra di sampingnya.
"Jadi Khansa suka apa? Bunga? Cokelat? Boneka? Tas? Sepatu? Atau apa? Makanan juga, dia suka apa?"
Nadira menyunggingkan senyum tipis ketika Andra menyerangnya dengan berbagai pertanyaan beruntun. Andra sepengin tahu itu tentang Khansa ternyata.
"Khansa suka makanan berbau keju. Dan dia juga suka banget sama segala jenis cookies." Nadira menunduk, menatap sepatunya. "Kalau benda, Khansa suka kamera. Dia suka ambil foto-foto random gitu. Dan, dia benci banget sama bunga..."
Untuk alasan kenapa sahabatnya membenci bunga, Nadira juga tidak tahu. Yang jelas Khansa pernah bercerita kalau dia sangat tidak suka ketika ada cowok yang memberikan bunga kepadanya.
"Khansa alergi cokelat. Jadi gue saranin, lo jangan kasih dia makanan yang ada cokelatnya."
"Kalau lo suka apa?"
Nadira tercenung beberapa detik, kemudian menoleh ke arah Andra yang sedang memperhatikannya sejak tadi. Nadira memilih mengalihkan pandangan. Matanya menatap langit-langit yang terlihat cerah.
"Gue suka langit sama bintang. Itu indah banget."
Andra melihat ada binar di mata Nadira ketika menatap langit. "Kalau benda?"
Nadira tertawa pelan, lantas menggeleng. "Lo tadi 'kan niatnya mau nanya tentang apa yang Khansa suka, bukan apa yang gue suka. Udah, lanjut aja. Mau nanya apa lagi tentang Khansa?"
Andra ikut tertawa. "Enggak, soalnya gue penasaran aja. Lo kelihatan pendiam banget, selalu tertutup. Dari SMP, kalau lagi istirahat, gue suka lihat lo di perpustakaan sambil baca novel. Suka baca, ya?"
Nadira menoleh dengan tatapan kaget. Tunggu, jadi selama ini Andra mengenalinya? Tidak-tidak, maksudnya sebelum Khansa mengenalkan dirinya pada Andra di Kantin beberapa minggu lalu, jadi Andra sudah mengenalinya duluan? Jadi selama ini, selama tujuh tahun belakangan, Andra sudah mengenali eksistensi dirinya?!
"Lo.., tahu?"
Lagi, Andra tertawa. Lesung pipitnya membuat dia semakin terlihat manis untuk dipandang. "Taulah! Dulu kita satu SMP, kan?! Walau sebelumnya gue emang gak tahu nama lo, sih! Tapi dulu beberapa kali kita sering papasan, jadi gue gak asing sama wajah lo. Ya, enggak nyangka aja, SMA kita bakal satu sekolah lagi."
Penjelasan dari Andra membuat Nadira sudah merasa cukup dengan rasa penasarannya tadi ketika Andra mengetahui kebiasaan dirinya yang selalu berada di perpustakaan ketika istirahat.
"By the way Ndra, lo-"
Kalimat Nadira tertelan kembali ketika dia melihat bola sedang melayang ke arahnya dengan cepat, lalu berhenti dengan jarak beberapa senti dari wajahnya. Yang membuat Nadira tercengang adalah, tangan Andra menghalau bola yang nyaris saja menghantam wajahnya.
Nadira menoleh, menatap ke arah Andra yang berdiri sambil melempar kembali bola yang hampir mengenai wajah Nadira ke tengah-tengah lapangan. Bola itu ditangkap oleh cowok yang tadi tidak sengaja melempar bola itu kekencangan.
"WOY! MAIN YANG BENER! ITU BOLA HAMPIR AJA NGENAIIN MUKA ANAK ORANG!"
"SORRY, SORRY! GUE GAK SENGAJA! SEKALI LAGI GUE MINTA MAAF.."
Andra mengangguk dua kali, kemudian kembali duduk di samping Nadira.
"Ehm, makasih..."
"Santai. Tadi lo mau ngomong apa?"
"Eh?" Nadira tersadar dengan kalimat yang ingin dia sampaikan, namun dia sudah lupa, padahal baru beberapa detik lalu. Dia meringis. Terlalu cepat kejadian tadi, jadi kata-kata yang ingin disampaikannya pun sampai lupa. "Enggak jadi. Gue lupa mau ngomong apa tadi..."
Andra tertawa pelan. "Kalau udah ingat, langsung ngomong aja. Untuk tentang Khansa tadi, makasih udah mau bantuin gue buat tahu tentang kesukaan dia."
Nadira mengangguk. Namun sebelum Andra kembali berdiri, gadis itu mengatakan sesuatu.
"Khansa itu.., dia suka banget sama lo. Jadi, dibanding lo kasih apa yang dia suka nanti, saran gue, mending lo kasih hal yang paling berkesan buat dia..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NANDRA | TERBIT ✓ |
Teen FictionNadira Ravelia. Gadis penyuka bintang yang hatinya telah tertambat lama pada sosok Andra Rovalno. Si cowok pemilik lesung pipi dan sorot mata hangat yang begitu indah. Bertahun-tahun, Nadira hanya bisa memperhatikan dari jauh. Namun, bagai rasa cint...