JAHIL
"Alasan senang dan bahagiaku memang banyak. Namun kenapa yang diingat terus, ketika bersama kamu, ya?"
***
•••
SEMENJAK identitasnya di ketahui sebagai putri kandung keluarga Anderson, mulai banyak siswa mau pun siswi yang mulai mendekati Nadira. Yang cewek-cewek mengajak Nadira untuk berteman, sedangkan yang cowok mulai menyatakan perasaan mereka secara terang-terangan.
Sebenarnya ini juga bisa dimanfaatkan Sania. Banyak cowok-cowok yang memberikan barang-barang mahal untuk Nadira, hanya untuk menarik hati gadis itu. Nadira sudah menolak pemberian mereka, namun para cowok itu tetap kuekeh. Terpaksa Nadira menerimanya. Sampai di rumah, Nadira memberikan semua barang itu kepada Sania. Semua pemberian itu di cek satu-satu di rumah. Takut tersimpan CCTV atau pendeteksi lainnya. Bukan su’udzon, tapi waspada saja. Sudah marak kejadian seperti ini.
“Mana, mana yang mau di kasih ke Nadira?” Sania dengan senang mengadahkan tangannya pada sekumpulan anak cowok dari kelas yang berbeda-beda, sedang berkumpul di XII IPA-1. Sania menyuruh mereka mengantri untuk memberikan barang, makanan, ataupun surat kepada Nadira.
Paginya menjadi seramai ini. Jujur Nadira sangat risih, namun Sania yang memintanya untuk diam saja. Biar dia yang menanganinya sendiri. Maka dari itu, Nadira hanya menelungkupkan kepala di tangannya ke atas meja. Kupingnya tersumpal earphone agar tidak ke berisikan mendengar pernyataan cinta yang membuatnya bosan.
"KALIAN NGANTRII!!! GUE KESUSAHAN INII! JANGAN REBUTAN, NANTI GUE BOGEMM!!"
Sania berteriak geram pada cowok-cowok yang sedang berdesakkan. Beberapa orang di kelas tertawa melihat Sania yang kerepotan. Mejanya sudah penuh sekali dengan barang dan makanan.
Seseorang menarik lengan Nadira cepat. Nadira tersentak kaget, langkahnya ke luar kelas terburu-buru mengikuti sosok cowok di depannya. Andra membawa Nadira ke depan koridor Perpustakaan.
"Lo ngapain narik-narik gue?"
"Ya, daripada lo di situ. Di kerubungin cowok-cowok. Enggak takut?" Andra justru bertanya balik. Dia berjalan santai memasuki Perpustakaan, dengan Nadira yang mengekor di belakangnya.
Nadira ikut duduk di sebelah Andra. Dia kembali menidurkan kepalanya menggunakan satu tangan kiri sebagai bantal. Menghadap kanan, menatap Andra.
"Bel udah mau bunyi sepuluh menit lagi. Kita ngapain ke sini?"
Andra melihat ke sekitar Perpustakaan. Masih sangat sepi, bahkan Bu Nanda selaku guru yang ditugaskan untuk menjaga perpustakaan saja belum datang. Andra kembali menatap Nadira. Tangan jahilnya mencolek-colek hidung gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANDRA | TERBIT ✓ |
TeenfikceNadira Ravelia. Gadis penyuka bintang yang hatinya telah tertambat lama pada sosok Andra Rovalno. Si cowok pemilik lesung pipi dan sorot mata hangat yang begitu indah. Bertahun-tahun, Nadira hanya bisa memperhatikan dari jauh. Namun, bagai rasa cint...