• START RECEIVING

297 64 64
                                    

START RECEIVING

"Tidak selamanya yang terlihat buruk akan terlihat buruk. Tidak selamanya yang terlihat baik akan terlihat baik. Terkadang, hidup penuh pembolak-balikkan keadaan. Untuk tidak selalu menilai hanya dari luar saja."

***

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

SANIA berjalan mengekor di belakang Nadira yang tampak berjalan santai dua langkah di depannya. Tidak tahu kesambet apaan, tapi tadi, tiba-tiba Nadira mau memberikan tebengan mobil pada Sania. Tanpa syarat apapun! Membuat Sania sangat-sangat luar biasa heran. Yang membuat Sania ingin menangis saking bahagianya, ketika tadi sebelum berangkat sekolah, Nadira melontarkan perkataan yang tidak pernah dia duga sebelumnya.

Nadira melemparkan tas miliknya ke arah Sania, membuat gadis itu dengan sigap menangkapnya.

"Apaan sih, lo? Main lempar-lempar aja! Enggak sopan banget!" Sania protes.

"Berisik! Bawaiin tas gue cepetan!"

Sania mengikuti langkah Nadira dengan terburu-buru. Sedikit kesal karena sikap Nadira yang terlalu seenaknya. Sania lalu berhenti melangkah, menatap bingung Nadira yang sudah berada di dalam mobil.

Menurunkan kaca mobilnya, menatap Sania yang bingung, Nadira berucap, "Buruan! Lo gak mau naik, hah?"

Bukannya bergegas naik, mulut Sania malah menganga lebar. Tidak salah dengar ‘kan dia? Seriusan ini Nadira bersedia berangkat bareng dengannya? Padahal dia sudah menyiapkan ongkos untuk naik angkutan umum.

"Lo minta gue hajar? Kalau sampai gue telat, siap-siap aja pulang sekolah gue bakal kasih lo pelajaran seberat-beratnya!"

Mendengar ancaman Nadira, Sania buru-buru masuk ke dalam mobil.

"Lo gak bercanda, kan? Gue beneran boleh nebeng di mobil lo? Makasih, makasih bangett, Nad!"

Sesaat hening. Kemudian Sania menatap Nadira yang juga sedang menatapnya lewat kaca mobil. Nadira berdehem pelan, kemudian mengalihkan pandangan.

"Kayaknya, gue udah terlalu jahat sama lo dan nyokap lo. Jadi mulai sekarang gue lagi coba biasaiin anggap lo berdua keluarga gue, bukan babu lagi." Nadira menyipitkan mata. Menatap Sania intens, sebelum akhirnya kembali berbicara. "Tapi bukan berarti lo sama nyokap lo jadi seenaknya! Rumah sama semua harta kekayaan Papa, tetap jadi milik gue, dan lo berdua enggak akan pernah dapat apapun! Itu resiko kalau tetap mau jadi saudara gue, kan? Ya, silakan tanggung sendiri."

NANDRA | TERBIT ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang