• USAI

339 66 54
                                    

USAI

"Di setiap langkah perjalanan kehidupan, selalu ada yang datang ketika yang pergi telah selesai. Suka tidak suka harus bisa menerima, senang tidak senang harus mampu menjalani."

***

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

NADIRA menahan langkah Khansa yang hendak masuk ke dalam toilet. Memaksa Khansa agar berbalik menghadapnya.

"Bisa jelasin perkataan lo yang nuduh-nuduh gue untuk ngasih minuman ke Andra, padahal jelas-jelas lo yang nyuruh?!"

Khansa menatap malas. "Duh, Nad! Please deh, tadi itu cuma alibi gue doang! Lagian lo ngapain sih, pakai bilang dari gue segala?! Nyebelin banget!”

"Sa! Lo gak perlu putar balikkin fakta kayak gitu! Gue jujur karena gue gak mau lagi lo suruh-suruh kasih macam-macam ke Andra dengan bilang gue yang kasih! Kalau lo mau cerita masalah lo sama Andra, cerita aja! Gue bisa kasih saran, enggak kayak begini!"

"Gue udah putus sama Andra!"

Nadira terdiam. Oh, jadi sudah? Kapan? Kenapa cepat sekali?

Khansa tersenyum tipis. Memeluk Nadira erat.

"Tapi.., gue tetap bakal tebus semua kesalahan gue. Senggaknya saat gue masih ada kesempatan."

***

MAKAN Malam.

Andrew, Tamara dan Sania tampak berbincang santai. Nadira diam. Hanya mengacak-acak makanan di piring menggunakan sendok dan garpu tanpa menyentuhnya sama sekali. Matanya menatap kosong. Seolah ada suatu hal yang mengganggu pikirannya.

"Nadira!"

Suara tegas Andrew membuat Nadira mengerjap. Sesaat linglung, lalu dia meringis ketika sadar sedari tadi dia melamun.

"Kamu kenapa? Kok melamun, bukannya makan?" Andrew meneguk air di gelas kemudian kembali menatap putrinya yang tampak gelisah.

"Makanannya enggak enak ya, sayang? Mau Tante masakkin yang lain?" Tamara menawarkan

"Hah? Bukan, bukan. Itu, eeh.., enggak jadi." Nadira meringis kemudian buru-buru menyantap makanannya.

Ketiga orang di meja itu menatap Nadira heran.

"Kamu kalau ada masalah, cerita yaa...” Tamara menatap Nadira. Heran dan khawatir karena sedari tadi pulang sekolah, Nadira hanya diam, masuk ke kamar, lalu mengurung diri. Biasanya Nadira selalu menyuruh-nyuruh Tamara, mengusili Sania, lalu setelah merasa puas, dia baru keluar untuk jalan-jalan.

NANDRA | TERBIT ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang