• MAWAR DAN SENJA

277 53 21
                                    

MAWAR DAN SENJA

"Aku tidak pernah tahu, kapan Sang waktu merebutmu dariku. Yang aku tahu, aku hanya ditugasi untuk mencintaimu. Soal pergi-tidaknya, aku tidak bisa berjanji."

***

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

HARI Sabtu.

Nadira menatap kembali penampilannya di kaca. Bibirnya lagi-lagi tertarik, mengukir senyum lebar yang tak pernah luntur sejak pagi. Dia hanya mengenakan blouse hijau dipadu dengan flared jeans. Rambut panjangnya dia gerai dengan indah. Perfect.

Nadira menyipitkan mata, memegang kedua pipinya yang lagi-lagi merona. Degup jantungnya semakin kacang seiring dengan tarikan senyum yang dia buat serileks mungkin.

Siapa sih, yang tidak senang jika tahu akan berkencan dengan crush yang sudah lama ditaksir? Nadira rasa, semua akan merasakan perasaan bahagia yang sangat membuncah di dada ketika mengalami hal yang sama dengannya. Kaki-tangan panas dingin, ingin rasanya Nadira berlari keliling seratus putaran di rumahnya, untuk melampiaskan rasa grogi.

"Gue gugup. Iya gugup. Tau gugup, kan? Yang temannya gagap itu, loh!. Iya pokoknya itu. ARRGHHH WOYY, GAK BISA INI, GAK BISA!!" Nadira menutup wajah. Dia terduduk di kasur.

"Nadira..."

Tamara mengetuk pintu lalu merangsek masuk ke dalam kamar Nadira. Tertegun sesaat ketika melihat putrinya yang sedang menutup wajah sambil geleng-geleng kepala kesetanan. Tamara terkekeh pelan, dia duduk di samping Nadira.

"Nadira, sayang..."

Nadira mengintip Tamara dari sela-sela jarinya. "Kenapa, Ma?"

"Andra udah sampai, tuh! Lagi nunggu di bawah. Kamu kalau udah selesai siap-siap, langsung turun, ya."

Sontak Nadira menurunkan tangan dari wajahnya. "Udah di bawah?! Kok, cepet banget!" Meringis Nadira kembali berbicara. "Kok, aku gugup banget ya, Ma? Ini akunya yang berlebihan, apa hati aku yang norak? Mana jantung aku disko mulu lagi dari tadi."

Tamara tertawa lepas. Putrinya ini memang sangat lugu jika perihal cinta. Nadira tidak pernah jatuh cinta sebelumnya, dan hanya kepada Andra saja. Catat! Hanya Andra seorang!

"Kamu tenang aja. Itu perasaan normal yang di rasaiin manusia ketika jatuh cinta. Sekarang Nadira turun ke bawah, Andra udah nungguin."

Nadira berdiri. Dia tersenyum, lalu tangannya mengambil aba-aba untuk melakukan tarikan napas kemudian membuangnya secara perlahan. Berulang-ulang sampai tiga kali. Merasakan perasaannya yang sedikit menormal, Nadira kembali menatap Tamara.

NANDRA | TERBIT ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang