Nadira Ravelia. Gadis penyuka bintang yang hatinya telah tertambat lama pada sosok Andra Rovalno. Si cowok pemilik lesung pipi dan sorot mata hangat yang begitu indah.
Bertahun-tahun, Nadira hanya bisa memperhatikan dari jauh. Namun, bagai rasa cint...
"Perlawanan yang kamu lakukan bukan suatu kesalahan jika dirimu diinjak."
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
TATAPAN sinis langsung menghujam Nadira ketika dia baru saja menginjakkan kaki di koridor lantai utama bersama Sania. Mereka saling berbisik, menggunjingkan Nadira secara terang-terangan.
Nadira berusaha mengacuhkan. Dia mempercepat langkahnya menuju Kelas, berusaha tuli ketika bisikkan pedas dari mereka justru terdengar menyakitkan.
Sania berjalan cepat, berusaha menyamakan langkahnya dengan Nadira. Dia menatap saudaranya tidak tega. Kemarin Nadira juga sempat menceritakan masalahnya kepada Sania. Tentang dia, Andra, Khansa dan Erlan.
“Nad, apa perlu gue hajar satu-satu orang yang jelek-jelekkin lo sekarang ini?”
Nadira menoleh, tersenyum tipis dia menjawab, “Enggak usah. Jangan buat masalah. Gue gakpapa.”
Sania hanya mengangguk ragu.
Langkah mereka semakin dekat dengan Kelas. Sedikit lagi, Nadira hanya perlu mempercepat langkahnya. Setelah itu, dia tidak perlu lagi mendengar cibiran pedas yang di dengarnya di sepanjang koridor.
Namun langkahnya terhenti karena di hadang oleh beberapa siswi. Nadira menatap tidak mengerti. Siswi-siswi di hadapannya ini memakai baju seragam yang lumayan ketat, rok mini yang tidak dapat disebut batas wajar, juga bedak tebal dan liptint yang sangat terlihat merah.
"Oh, jadi ini orang yang terang-terangan banget ngedeketin Andra? Ngebet banget jadi ceweknya Andra, enggak malu sama sahabatnya?"
Nadira membuang napas gusar. Sangat membuang-buang waktu, dia hendak kembali melangkah, namun tangannya di tahan oleh salah satu siswi berambut pendek. Nadira menyentak tangannya kasar.
"Mau lo semua apa?"
"Wah, nantangin!" Siswi yang Nadira tebak sebagai ketuanya, mulai tertawa bersama teman-temannya yang lain.
"Gue peringatin sama lo, jauhin Andra! Lo enggak mau ‘kan gue bully habis-habisan? Makanya, nurutin aja omongan gue." Siswi yang Nadira ketahui bernama Hina bersedekap sombong. Dia lalu menunjuk Nadira dengan telunjuknya. "Karena jalang kayak lo, benar-benar enggak pantas buat dapatin Andra. Jadi jangan pernah mimpi!"
Sania melotot geram. "SIAPA YANG LO SEBUT JALANG, HAH? SIAPA? GUE HAJAR LO!" Dengan brutal Sania menjambak Hina dengan kuat. Hina berteriak kencang, membuat suasana koridor menjadi ramai. Pertikaian semakin panas ketika Sania menendang perut Hina lalu mencakar gadis itu sekuat tenaga. Hina hanya bisa menangis, di bantu dengan teman-teman Hina yang lain untuk melepaskan cengkeraman Sania pada rambut gadis itu.