• DINNER & DECISION

325 73 25
                                    

DINNER & DECISION

"Sejatinya, siapa pun yang mengusik hidupku, tidak akan pernah ku biarkan lepas."

***

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

PUKUL 18.25

Dress berwarna biru navy membungkus tubuh ramping Nadira. Ekspresinya tampak dingin. Dengan mata sembab, Nadira menyorot kaca di depannya.

Menghela napas, sepertinya tidak berguna juga menangis. Tidak dapat merubah keadaan saat ini. Nadira menyampirkan tas selempangnya, lalu melangkah lunglai ke luar kamar.

Beberapa jam yang lalu...

Pulang sekolah. Nadira melihat mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Lalu mata Nadira terpaku ketika melihat figur seorang pria yang tengah membelakanginya.

“Pa-pa?”

Sesaat Nadira menahan napas ketika pria tersebut menoleh, berbalik menghadapnya. Pria itu menatap datar, lalu menghampiri Nadira yang masih saja sulit untuk bergerak.

“Nadira, kamu siap-siap malam ini. Papa mau ajak kamu untuk makan malam bersama Mami Tamara dan Sania. Sebenarnya ini inisiatif langsung dari Tamara yang mau kamu ikut. Jam tujuh malam. Jadi jangan sampai terlambat. Papa tidak suka orang yang tidak disiplin!”

Dengan bibir bergetar, Nadira bertanya. “Papa yang jemput?”

Andrew menggeleng tegas. “Harus mandiri! Berangkat sendiri! Masa mobil kamu di garasi dianggurin? Nanti Papa kirim alamat Restaurant-nya. Sekarang Papa pergi dulu.” Setelah mengatakan itu, Andrew langsung bergegas berjalan melewati Nadira, masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi.

Nadira memaksakan tubuhnya untuk menoleh, menatap hampa kepergian Papanya.

Hanya.., itu?

Selama hampir satu tahun tidak bertemu, jadi hanya itu yang disampaikan Andrew?!

Nadira tertawa dalam hati. Padahal, Nadira sangat ingin Andrew menyapanya, bertanya kabarnya, tentang bagaimana Nadira melewati kesehariannya. Selayaknya seorang Papa yang dirindukannya, Nadira berharap Andrew melakukan hal itu.

Namun.., ternyata tidak, ya? Jadi lagi-lagi Nadira hanya berharap?

Yang membuatnya lebih sakit, ternyata ajakan makan malam, bukan ajakan langsung dari Andrew? Tapi dari Ibu tirinya? Memuakkan.

Berbulan-bulan berusaha menutup lukanya sendiri. Tentang Andrew yang menikah lagi dengan seorang wanita janda yang memiliki anak perempuan satu. Tanpa bertanya dulu apakah Nadira setuju atau tidak, seolah Nadira sangat haram mencampuri urusan Sang Papa.

NANDRA | TERBIT ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang