PERNYATAAN
"Cinta itu tidak datang terlambat. Hanya saja, aku yang terlalu lambat menyadarinya."
***
•••
SEMINGGU kemudian, dan tepat pada hari ini, ujian kelulusan untuk SMA kelas XII akan diadakan selama tiga hari ke depan. Selama ujian, anak kelas sepuluh dan kelas sebelas SMA di liburkan terlebih dahulu, agar menciptakan suasana yang kondusif.
Para siswa dan siswi yang sudah berada di ruangan ujian masing-masing, sedang fokus mengulang-ulang materi yang tadi malam mereka pelajari.
Nadira duduk diam di bangkunya sambil menghafalkan beberapa rumus untuk mata pelajaran hari ini. Nadira sudah sangat mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah, dikarenakan ini merupakan puncak dari apa yang telah di pelajarinya selama SMA dan juga merupakan tolak ukur apakah Nadira layak lulus untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi atau tidak.
Bel masuk berbunyi nyaring, membuat suasana kelas semakin tegang saja. Guru pengawas mulai memasuki ruangan. Beliau memberitahukan aturan-aturan apa saja yang harus dilaksanai, lalu membagikan soal dan lembar kerja jawaban.
Nadira sudah menyugesti dirinya untuk terfokus pada ujiannya saja dulu. Dirinya ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Sepulang sekolah, dia akan berkunjung kembali ke Rumah sakit untuk menemui Khansa. Seminggu yang lalu, setelah dia dan Khansa menyelesaikan perselisihan, besoknya Nadira kembali datang ke tempat Khansa di rawat. Namun untuk hari selanjutnya, Khansa melarang. Dia menyuruh Nadira untuk fokus terhadap ujian sekolah dan berjanji harus mencapai hasil yang memuaskan. Sebab itu Nadira berusaha sungguh-sungguh, tidak ingin mengecewakan Khansa dan juga dirinya.
Usai melaksanakan ujian sekolah di hari pertama, Nadira tidak langsung pulang ke rumah. Dia memilih ke perpustakaan terlebih dahulu, untuk mengoreksi jawaban-jawaban dari soal yang tadi di kerjakannya. Apakah benar atau salah, Nadira harus menghitung ulang terlebih dahulu. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu.
"Aduh..." Nadira meringis pelan. Terkejut ketika sebuah minuman dingin menempel pada pipi kanannya. Nadira menoleh ke samping dan mendapati Andra yang sudah duduk tepat di sampingnya.
"Minum dulu. Segerin pikiran, baru nanti lanjut koreksi lagi."
"Makasih..." Nadira mengambil alih minuman dari tangan Andra, lalu meneguknya perlahan.
Andra memperhatikan sekilas kertas coretan Nadira. "Tadi gimana? Lancar, enggak?"
Nadira mengangguk. "Lancar, Alhamdulillah. Lo sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NANDRA | TERBIT ✓ |
Teen FictionNadira Ravelia. Gadis penyuka bintang yang hatinya telah tertambat lama pada sosok Andra Rovalno. Si cowok pemilik lesung pipi dan sorot mata hangat yang begitu indah. Bertahun-tahun, Nadira hanya bisa memperhatikan dari jauh. Namun, bagai rasa cint...