Nadira Ravelia. Gadis penyuka bintang yang hatinya telah tertambat lama pada sosok Andra Rovalno. Si cowok pemilik lesung pipi dan sorot mata hangat yang begitu indah.
Bertahun-tahun, Nadira hanya bisa memperhatikan dari jauh. Namun, bagai rasa cint...
"Jatuh cinta adalah hal yang indah. Tapi cinta bisa membuatmu jatuh kapan saja."
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
KELUAR dari Kelas, menuju Kantin. Memang sedikit aneh bagi Nadira sendiri. Yang biasanya dia selalu menghabiskan waktu istirahatnya di dalam Kelas atau di Perpustakaan, kini demi perutnya yang terasa lapar dia rela pergi ke Kantin. Mungkin orang-orang di sana tidak terlalu sibuk menggosip tentang dirinya, sebab sibuk dengan makanan mereka masing-masing.
Ya, semoga.
Kakinya semakin berat saja ketika siswa-siswi di koridor mulai kembali membicarakannya. Tidak banyak, karena beberapa dari mereka sudah kapok.
Namun tetap saja, bagi Nadira itu sebuah hal yang menjengkelkan. Dia sangat benci menjadi sorotan. Dia tidak suka dan sangat risih. Maka dari itu Nadira memilih mempercepat langkahnya.
“Tahu gak, sih? Khansa udah gak masuk dua hari.”
“Jelaslah! Mana mau dia ketemu sama sahabat yang udah nusuk dia sendiri?!”
“Kasihan, ya. Gak nyangka banget sama Nadira. Diam-diam ternyata gatel juga!”
“Gencar banget deketin Andra. Emangnya Andra suka sama dia apa? Kepedean banget!”
Nadira merasa panas mendengarnya. Dia tidak bisa menyangkal rasa sakit di hatinya ketika mendengar perkataan mereka.
Tahan Nad! Ayo, ayo tahan!
Nadira terlonjak kaget saat seseorang tiba-tiba memakaikan earphone di telinganya. Terlalu tiba-tiba sampai membuat Nadira shock. Terlebih saat mengetahui siapa sang pelaku.
“Lo enggak perlu dengerin omongan mereka semua yang bisa bikin hati lo sakit. Cukup tutup telinga. Fokus ke depan.” Andra merangkul pundak Nadira. Gadis itu melotot dengan kaki yang terus melangkah.
“A-a-ndra?”
“Jangan gugup. Gue gak mau nanggung ya, kalau lo pingsan di sini.” Andra tertawa pelan.
Nadira mengerjap. Rasa sakitnya langsung sirna, berganti dengan rasa lemas karena perlakuan Andra yang tiba-tiba.
Andra menyalakan handphone-nya, lalu menaikkan volume musik. Menatap Nadira yang sudah mulai mendengarkan lagu yang sedang di putarnya. Tersenyum tipis Andra membenarkan letak earphone di sisi kiri Nadira.
