Bab 15

2.4K 134 5
                                    

"Jangan  penah temui aku lagi! Kamu hanya pelampiasan disaat Lala pergi. Siapa suruh kamu berharap lebih?" tanyanya begitu menusuk ke hatiku.

"Bukannya kamu yang memberikan harapan?  Kamu yang sudah membuat aku nyaman dan kamu pula yang mengklarifikasi kalau aku pacar kamu!"

"Kamu terlalu bodoh untuk aku tipu, sekarang prioritas ku sudah kembali untukku, jadi maaf jangan pernah mengganggu aku lagi. Dan perlu kamu ingat!  Aku sangat membenci kamu, semoga aku tidak pernah ketemu dengan dirimu lagi selamanya,"

***

El terbangun dengan nafas terengah-engah, ia menatap jam yang kini sudah jam 5 subuh, ia bangun menuju kamar mandi. Membasuh muka dan menatap dirinya dipantulan kaca.

"Mimpi itu lagi, kenapa disaat seperti ini mimpi itu datang kembali," lirihnya.

El berwudhu dan mulai mengerjakan sholat subuh, ia bersujud kepada Tuhan dengan menangis. Mungkin ini teguran Tuhan kepadanya karena sudah sedikit jauh dari sang pencipta.

"Tuhan,  boleh aku meminta agar waktu ku diputar sebentar saja, aku merindukan ayah. Jika kau tidak bisa tolong sampaikan kepadanya, datanglah ke mimpi ku karena disini aku selalu mendoakan yang terbaik buat dia sesuai permintaannya,  sebelum dia pergi meninggalkanku, bukan mimpi buruk itu lagi."

"Dan semoga ada rezeki untuk melakukan operasi, aku pun takut kehilangan ibu yang kini satu-satunya orang paling berharga. Seburuk apapun dia, dia tetap ibuku." doanya sambil menangis.

Sejahat  itukah perbuatannya dimasa lalu? Sampai-sampai Tuhan menghukumnya dengan berbagai cobaan. Kenapa harus dirinya yang menerima semua ini, kenapa tidak yang lain?
Tapi ia mencoba untuk berpikir positif, mungkin Tuhan tau kalau dirinya kuat makanya memberikan cobaan seberat ini.

El mengingat kembali kenangan bersama mantan kekasihnya, ia tersadar ternyata mereka hanya membangun istana pasir di tepian pantai, meski dirinya sempat percaya diri bisa di tempati, tapi pasir tetaplah pasir, ombak bisa kapan saja menghancurkannya. Tentu saja dirinya mengingat, bulan menjadi akhir perasaannya, debar didada kiri tak bisa berbohong, meski dengan lantang dia menolak keras perasaan yang katanya hanya omong kosong. Dan hari itu pula, ia mengetahui sifat aslinya dia yang sangat jauh berbeda saat awal pertemuan, yang dia lakukan hanyalah omong kosong, bukan dirinya.

Detik itu pula, El sangat tidak percaya lagi dengan namanya jatuh cinta atau menjalin hubungan, dia menganggap semua pria sama saja. Sama-sama tidak dapat dipercaya, dan kini perasaan sudah hilang seolah-olah ditelan oleh rasa pahit.

Setelah melakukan sholat, El berniat untuk kembali ke rumah sakit, hari ini dirinya tidak akan masuk kantor, dirinya masih kecewa oleh bosnya itu. Dasar bos cabul dan sangat menyebalkan.

"El, katanya kamu diterima diperusahaan yang naik daun ya?" tanya salah satu ibu-ibu sedang belanja.

El tersenyum. "Iya, bu. Alhamdulillah,"

"Kodratnya perempuan itu dirumah, bukan kerja apalagi kerjaannya belum pasti. Paling juga kamu keluyuran gak jelas bukan kerja.  Liat tuh Vina dia selalu diam dirumah, dia anak baik banget gak murahan kek cabe," nyinyir ratu gosip tetangganya, Bu Fatimah.

Lagi dan lagi El hanya tersenyum menanggapi sindiran itu. Gimana perasaan kalian kalau dinyinyirin  gitu setiap hari? Sakit bangetkan? Apalagi sampe dibilang murahan.

My Duda [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang