Bab 32

1.8K 78 0
                                    

"Kata Pak Ridwan Kamil, dunia itu berat makanya kita butuh cinta untuk meringankannya."

"Cinta? Cinta adalah suatu  hal yang selalu datang dengan rasa sakit dan kecewa."

"Gue cinta dia, Wa. Serius gue udah jatuh cinta! Tapi, dianya sudah ada yang punya."

"Makanya jangan terlalu mudah menaruh rasa pada sesuatu yang belum lo pahami, yang akhirnya bakal lu sesali."

"Tapi, dia tuh kek seolah-olah suka sama gue!"

"Sabar El, mungkin bukan waktunya lo bahagia di dunia," ucap Nazwa menepuk bahu El.

"Maksud lo? Bahagia gue di akhirat?!" balas El tidak terima.

Ana cengengesan. "Gue gak bilang gitu, ya."

"Selain ada si Ana ada juga si Vitamin!"

"Vitamin apaan dah?"

"Vitamin mematikan, Wa. Gue baru ketemu kemarin."

"Sejenis manusiakah?"

"Bukan, tapi siluman jelmaan manusia."

"Ngaco lo! Mana ada."

"Gue serius, wajahnya cantik banget dia akrab sama Pak Al, mana manggilnya baby, sayang lagi."

"Mampus! Saingan lo banyak."

El tetap tersenyum, wanita yang disebut Vitamin itu adalah Vita. 

"Tetap tersenyum dan tegar karena lu di hantam masalah bukan badak."

"Yang asli ada badaknya," balas El.

"Larutan cap kaki tiga yang ada badaknya!" ujar Nazwa meniru gaya iklan.

"Mending jadi ultramen aja deh, karena mustahil jadi yourmine," ucap El menggalau.

Nazwa tidak menjawab, ia melirik El memberi sebuah kode.

"Sttt ... ada Pak Al." Nazwa berbisik namun tak terdengar oleh El.

"El, disamping lo ada Pak Al."

Beberapa saat El menyadari kode dari Ana, ia melirik ke samping dan menemukan bosnya itu.

"Pak Al!" Kaget El.

"Kenapa? Hmmm."

"Ngapain disini?" tanya El.

"Emang gak boleh?" Aldi berbalik tanya.

"El, gue duluan ya. Permisi Pak, semoga misinya berhasil!" ujar Nazwa langsung pergi dari kantin.

"Ekh, Wa tungguin!" teriak El hendak pergi namun ditahan oleh Aldi.

"Mau kemana?" tanya Aldi.

"Lanjut kerjalah!"

"Belum waktunya masuk, mending makan dulu. Temani saya makan."

"Gak mau!"

Aldi hanya diam, lalu menarik tangan El untuk kembali duduk bersamanya.

"Makan, ya?"

"Udah gak nafsu."

"Ayolah  ... makan ya? Ntar kamu sakit, saya tau tadi kamu tidak makan dari kemarin. Emang tuh perut gak sakit apa?"

"Rasa sakit diperut tak sebanding rasa sakit dihati."

Aldi langsung menunduk, dia benar-benar merasa bersalah.

"Saya benar-benar minta maaf."

El membuang muka ke arah dinding, enggan melihat wajah Aldi yang memelas.

My Duda [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang