4 - Jam enam?

223 15 0
                                    

Terlihat Lili yang duduk di ayunan dan hanya melihat anak-anak seusianya bermain dengan temen-temennya.

Wajah kakek?.
Aku baru lihat langsung tapi.. terlambat kakek sudah.

"Meninggal, hahaha". Ucap seorang laki-laki teman sekelas Lili.

Tessa yang berada dalam tubuh ibunya yang masih berusia lima tahun, saat ini ibunya sudah bersekolah TK.

Anak-anak umur segitu udah bisa ngomong kayak gitu ke temennya sendiri?.

Memutuskan untuk menjalani kehidupan dengan tubuh ibunya itu bukanlah hal yang mudah, salah sedikit saja bisa mengubah masa depan.

"Terus kenapa? Kalian nggak ada hak buat ngomong gitu sama aku!". Ucap Lili lalu berdiri ayunannya. "Jangan kayak gitu! Lihat nanti pasti kalian akan jadi temanku".

Lili yang mengatakan itu sambil tersenyum kearah mereka dengan rambut yang diselipkan di telinganya lalu langsung pergi.

"Apa-apaan Lili ini! Nggaklah, nggak mungkin bisa kayak gitu!". Ucap laki-laki yang tadi mengejek Lili. Dengan pipi yang memerah sedikit.

"Hey, wajahmu memerah tuh!". Ucap teman lainnya.

Dan di hari itu juga ulangan harian, dan Lili yang mendapatkan nilai yang fantastis.

Di kelas.

Terlihat Lili yang sedang belajar namun tidak memperhatikan guru didepannya.

"Udah paham?". Ucap guru.

"Udahhh". Jawab murid lainnya.

Dan Lili hanya diam, tidak fokus dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Dan hanya melihat kearah jendela.

"Bu, Lili nggak dengerin ibu guru!". Ucap salah satu murid laki-laki yang duduk didekat jendela depan, jendela yang Lili lihat terus-menerus.

Lagi-lagi Lili hanya diam dan tidak menyadari bahwa Bu guru itu sudah ada di depan mejanya.

"Lili! Jawab soal yang ada di papan tulis". Ucap guru itu lalu memberikan spidol.

Lili hanya menganggukkan kepalanya setelah beberapa saat terkejut, ia maju dan langsung menjawab soal di papan tulis itu dengan cepat.

"Bu guru ini spidolnya". Ucap Lili lalu duduk ditempatnya.

Bu guru yang melihat itu langsung terkejut dengan apa yang terjadi, yang ia tahu hanyalah Lili ini anak yang pendiam dan tidak terlalu menonjol di antara teman-teman sekelasnya.

Dan waktunya pulang sekolah, Lili yang langsung pulang dengan wajah yang berseri-seri dengan membawa selembar kertas.

Sesampainya di rumah ia melihat ibunya(nenek Tessa) sedang berlutut dilantai yang dipenuhi dengan pecahan kaca.

Lili yang melihat itu terkejut dan langsung berlari ke arah ibunya dan betapa terkejutnya ia melihat tangan ibunya yang berdarah.

"Nene-ibu! Apa yang ibu lakukan?". Ucap Lili langsung mengambil pecahan kaca yang tajam itu dari tangan ibunya.

Namun ibunya(nenek) langsung menepis tangan kecil Lili, sampai-sampai Lili terpental dan terjatuh.

Ibu itu terlihat sangat sedih dan depresi, dan langsung melempari Lili dengan pecahan kaca itu.

"Karena kau suamiku meninggal! Kenapa nggak kau aja yang meninggal!". Teriak ibu(nenek).

Lili yang melihat itu langsung menutupi kepalanya dengan kedua tangan dan langsung berlari ke luar.

Kenapa nenek seperti itu? Nenek yang aku kenal adalah orang yang penyayang!.

Dengan air mata yang membasahi pipinya ia langsung berlari ke rumah tetangganya dan menggedor pintu dengan keras.

"Bibi! Bibi! Tolong, tolong ibu". Ucap Lili setelah bibi itu keluar.

"Iya sebentar". Ucap bibi itu lalu membuka pintu.

Betapa terkejutnya bibi itu saat melihat Lili yang berantakan dengan tangan yang tertancap pecahan kaca.

"Apa yang terjadi!? Kenapa kamu berdarah Lili? Sini biar bibi obati!". Ucap bibi itu lalu menarik Lili masuk kerumahnya.

"Nggak! Lili nggak apa-apa, ibu! ibu terluka! Hiks.. hik". Ucap Lili.

Aku baru sadar tangan ibu tertancap kaca.. sakit.

Bibi yang mendengar itu lalu langsung menelepon ambulans dan lalu menyuruh Lili tetap berada di situ dan menunggu ambulans datang.

"Lili tenang dulu, tunggu disini. Bibi akan periksa keadaan Bu Novi". Ucap bibi itu lalu pergi berlari kearah rumah Lili.

(Novi: nama nenek Tessa/ ibu dari lili)

Lili yang hanya menganggukkan kepalanya dengan mata yang memerah karena menangis dan menahan rasa sakit dari lukanya.

"Dulu aku ingat kalau ibu punya bekas luka jahitan.. ternyata ini penyebab lukanya?". Gumam Lili yang sebenarnya Tessa.

Setelah itu tidak lama kemudian ambulans datang dan langsung mengobati luka Lili, namun Lili harus menerima tiga jahitan di lengan kanannya yang cukup dalam.

Dengan tatapan kosong ia melihat kakaknya(paman Tessa, nama: Ian). Yang terlihat khawatir.

"Lili! Apa kamu baik-baik saja, maaf kakak nggak bisa melindungimu?". Tanya Ian khawatir.

"Aku nggak apa-apa paman-". Ucap Lili yang merasa pandangannya memburam.

"Paman?". Tanya Ian.

Dan terlihat mata Lili yang mulai menutup, dan badannya yang tiba-tiba terjatuh.

Buram? Kenapa tiba gelap?.

"Udah jam enam pagi?".  ..

~•••⭒♡⭒•••~


Maaf masih ada salah ketik ♡(^^)♡


15 Maret 2022.


⭒thank you guys⭒

Tessa I'm Sorry[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang