Lili hanya terdiam membeku saat melihat Ian yang pergi dengan wajah yang kesal.
Di taman rumah sakit.
Terlihat Ian yang duduk sendiri, Lili yang melihat itu datang menghampiri Ian.
"Kaka.. maafin Lili, Lili beneran merasa bersalah sama kaka. Hiks.. hik". Ucap Lili yang tiba-tiba menangis sambil membawa boneka di tangannya.
Ian yang melihat itu lalu memeluk Lili dengan erat. Bagaimanapun juga Lili adalah adiknya.
"Nggak apa-apa Lili, kaka juga minta maaf. Maafin kaka lili". Ucap Ian.
"Iya! Huwaa Lili juga minta maaf. Hik.. hiks". Ucap Lili yang menangis.
"Maaf kaka telah berbicara kasar". Ucap Ian.
Dan setelah itu hari pun berlalu dan, dengan membaiknya keadaan Bu Novi yang sudah mendapatkan donor darah.
Tessa yang masih bingung kenapa ia masih belum kembali ke dirinya sendiri, masih melamun di mana saja.
Ia merasa hari-hari di tubuh ibunya itu sangat cepat berlalu dari biasanya.
Hanya saat-saat tertentu hari di tubuh ibunya itu seperti hari normal, tidak terlalu cepat berlalu dan tidak terlalu lama.
Entah itu di sekolah, rumah ataupun tempat umum. Ia selalu terdiam dan hanyut dalam pikirannya sendiri.
Sampai suatu ketika, ia menyadari ada yang aneh setelah Bu Novi kembali kerumah dan melihat nilai ulangan harian Lili dan Ian.
Bu Novi terlihat sangat senang dengan nilai Lili yang selalu mendapatkan nilai yang besar.
"Lili, kamu ikut les bareng kaka kamu mau kan?". Ucap Bu Novi dengan senyum.
Lili yang melihat itu merasa bingung dengan perubahan sikap itu, mulai dari cara berbicara dengan lembut dan tidak pernah memarahi Lili lagi.
Tessa yang berada di tubuh ibunya awalnya merasa semuanya akan membaik dengan nilai yang bagus.
Tetapi semua pemikiran itu berakhir saat melihat perubahan Bu Novi yang sangat mementingkan nilai dari pada diri Lili.
Saat nilai Lili turun, sikapnya berubah. Menjadi seseorang yang pemarah seperti sebelumnya bahkan lebih buruk.
"Ibu! Li-lili janji akan mendapatkan nilai yang besar.. hik.. hiks". Ucap Lili yang tangannya sudah memerah karena dipukul dengan penggaris panjang.
Rasanya tubuh ini bergetar.. nenek beneran melakukan hal seperti ini?.
Walaupun Tessa berada ditubuh ibunya ia tidak bisa mengendalikan tubuh ibunya sepenuhnya.
Tapi tetap saja, Tessa tetap bisa mengendalikan tubuh ibunya seperti tubuhnya sendiri namun dibeberapa keadaan tubuh ibunya sulit untuk di kendalikan.
Dan sekarang ada perbedaan yang sangat terlihat adalah Ian yang hanya diam saja melihat Lili diperlakukan seperti itu.
Ian hanya melihat Lili dengan tatapan mata yang dingin, tatapan yang tidak pernah Ian perlihatkan pada Lili.
Kenapa! Kenapa semuanya seperti ini? Kapan aku pulang? Apa luka ini akan membekas di tangan ibu?.
Dan terlihat Lili yang pingsan dengan mata yang merah karena menangis.
Tringgg... Suara alarm.
"Aduhh? Udah pagi aja.. jam enam? Benar-benar sudah pagi". Ucap Tessa yang bangun dari tidurnya.
Tessa yang baru bangun lalu langsung melihat tangannya yang baik-baik saja.
"Tapi rasanya aku juga bisa merasakan sakit yang ibu rasakan". Gumam Tessa lalu bersiap ke sekolah.
Selesai bersiap-siap untuk pergi ke sekolah Tessa lalu keluar dari kamarnya dan menghampiri ibunya yang berada dimeja makan.
"Ibu?". Ucap Tessa yang terkejut melihat luka yang tidak asing namun sudah mengering.
"Ada apa Tessa? Ibu kan pernah bilang kalau ini itu luka lama ibu". Ucap Bu Novi.
Tessa yang mendengar itu tentu saja terkejut, yang ia tahu ibunya tidak mempunyai luka seperti itu sebelumnya.
Luka ini sama kayak luka yang.. aku lihat secara langsung! Bagaimana bisa ada?.
Bu Novi yang melihat Tessa seperti itu merasa bingung dengan sikap Tessa pagi ini.
Setelah itu Bu Novi menyuruh Tessa makan roti dan langsung menyuruh Tessa berangkat ke sekolah.
Di sekolah.
Tessa yang sedang berjalan sambal memikirkan apa yang terjadi pada dirinya dan diri ibunya.
Bagaimana biaa begitu? Sebelumnya nggak ada luka itu sebelum aku tidur.
Tessa yang berjalan tidak fokus tidak sengaja tersandung batu yang membuatnya hampir terjatuh namun.
"Untuk ketangkep!". Ucap seseorang yang memegang tangan Tessa agar tidak jadi jatuh.
"Hah? Ka-kak Natan?". Ucap Tessa yang terkejut melihat Natan berada disekolahnya. "Kaka pakai seragam sekolah ini?".
"Iya, sekarang aku ini kaka kelasmu!". Ucap Natan.
"Ba-bagaimana bisa secepat itu pindah sekolah?!". Ucap Tessa.
"Gimana ya? Sekolah mana sih yang mau menolak murid sepintar dan setampan aku ini?". Ucap Natan dengan tingkat kepedean terlalu tinggi.
"Hah? Tampan? Iya deh kaka memang sangat tampan! Paling tampan dari beberapa laki-laki yang pernah aku temui". Ucap Tessa pergi ke kelasnya.
Natan yang mendengar itu langsung tersenyum dengan pipi yang memerah tipis.
"Wah! Ceritanya aku di puji nih? Wah momen langka nih di puji Tessa". Ucap Natan.
"Tessa itu sering muji kaka cuman kaka aja yang nggak tau".
"Iya iya".
Dan setelah itu bel berbunyi dan Natan masuk ke kelas barunya di SMA yang sama dengan Tessa.
****
"Tessa lagi jam olahraga ya? Kok nggak istirahat padahal udah bel". Gumam Natan yang mulia jenuh dan hanya duduk di taman menunggu Tessa.
Di taman yang tidak terlalu ramai terlihat seorang murid SMA perempuan yang sedang duduk dengan wajah suram.
Natan yang melihat itu berfikir untuk berkenalan sekaligus mencari teman pertama di SMA barunya itu.
"Oh hai? Aku Natan, kelas 2 Ipa". Ucap Natan memperkenalkan diri.
Perempuan itu hanya diam dan melihat kearah Natan dengan tatapan sinis.
Nggak di jawab? Jadi malu sendiri.. namanya Zalea.
*Melihat nama yang ada di baju seragam Zalea.
~•••⭒♡⭒•••~
Haloo 👋 menurut kalian cerita ini menarik nggak sejauh ini?.
Ya walaupun bab nya masih sedikit. Cukup membuat penasaran nggak?.
Maaf masih ada salah ketik ♡(^^)♡
24 Maret 2022.
⭒thank you guys⭒
KAMU SEDANG MEMBACA
Tessa I'm Sorry[TAMAT]
Teen Fiction[END] Tessa yang sedari dulu tidak tahu wajah ayahnya, jangankan wajah bertemu pun tidak pernah. Keluarga yang penuh rahasia, entah itu keluarga ayahnya ataupun ibunya. Hubungan antara ibu(neneknya Tessa) dan anak(ibunya Tessa) yang dingin dan kaku...