24 - Alasan menjauh

68 2 0
                                    

"Apa maksudmu nggak akan menjawabnya? Aku bahkan belum bertanya". Ucap Natan.

"Yang ingin aku tanyakan berbeda dengan apa yang kau pikirkan".

Zalea hanya diam menatap Natan dengan ekspresi wajah datar, "Apa yang ingin kau katakan?".

"Apa kau sudah tau siapa ayah Tessa, saat kalian SMP dan itu membuat kau menjauhi Tessa". Ucap Natan yang membuat Zalea terkejut karena ucapannya tepat sasaran.

"A-apa maksudmu? A-aku nggak tau tentang hal itu!". Jawab Zalea terbata-bata.

"Sepertinya benar. Ya sudah aku pergi duluan, aku sudah mendapat jawaban yang aku inginkan". Ucap Natan membalikkan badannya.

Zalea yang melihat itu mengepalkan tangannya, merasa kesal dengan Natan.

"K-kau nggak tanya kenapa bisa gitu? Kenapa bisa tau? Atau apapun?. Jadi kau hanya ingin tau itu saja..? Yang benar saja!". Ucap Zalea.

"Lagipula itu masalahmu, dan aku nggak ada niat untuk tanya lebih dalam... Itu mungkin rahasia yang kau nggak mau ungkapkan". Ucap Natan.

*Zalea.
Tapi sepertinya kau sudah tau rahasia itu!! Itu sama saja bukan rahasia lagi bagiku!!.

Natan yang berjalan meninggalkan Zalea dan ingin pergi ke kantin, dan Zalea yang tidak habis pikir dengan Natan.

"Dulu waktu SMP aku murid pindahan, dan Tessa adalah teman pertamaku di sekolah itu.. tapi saat..!". Ucap Zalea terhenti.

"Tunggu! Itu rahasia kau, apa nggak apa aku tau? Kalau nggak papa.. silakan lanjutkan~! Aku juga penasaran sebenarnya". Ucap Natan memotong ucapan Zalea.

Zalea yang mendengar itu merasa kesal setengah mati dengan Natan.

*Zalea.
Aku baru sadar ternyata orang ini.. ternyata orang ini hanya berputar-putar nggak ingin tau padahal ingin tau! Bisa-bisa aku tertipu!.

Zalea yang sudah terlanjur menceritakannya, lanjut menceritakan dengan perasaan kesal, dan rasa tidak percaya dia tertipu dengan Natan.

"Kelas tiga SMP semester 2, saat itu aku lebih sering menghabiskan waktu belajar bersama dengan Tessa.. Tessa orang yang pintar di kelas, walaupun pendiam". Ucap Zalea.

"Aku kagum padanya karena itu, walaupun dia orang yang sering ditindas saat SMP tetap saja aku merasa Tessa mirip dengan seseorang..".

"Cara bicaranya yang terkadang menginginkan aku dengan seseorang yang nggak bisa aku sebutkan".

*Zalea.
Sudah jelas saat itu aku merasa perasaan yang sama saat aku ada didekat ayah. Dan perasaan itu bisa aku rasakan saat bersamaan Tessa.

Ingatan Zalea.

Saat kelas tiga semester akhir pasti murid-murid akan lebih dituntut untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk ujian akhir (ujian kelulusan).

Saat itu Zalea dan Tessa seringkali belajar bersama di rumah Tessa yang dulu, saat itu Bu Lili lebih sering pulang malam dari kantornya bekerja.
Dan Tessa lebih sering sendirian.

"Tessa! Mau belajar di rumahku?". Tanya Zalea.

"Apa boleh?". Jawab Tessa.

"Tentu! Kamu itu temanku~".

Saat itu mereka masih bercanda bersama dan belajar bersama, tanpa mereka ketahui itu adalah beberapa hari sebelum hubungan antara mereka menjauh dan merenggang.

Di kamar Zalea.

"Aku akan bilang pada mama dan ayah, kalau besok lusa temanku akan datang untuk belajar bersama~!". Ucap Zalea bersemangat.

Tessa I'm Sorry[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang