Selama pelajaran berlangsung, Fahri malah meledek Pak Dedi membuat guru tersebut kesal akan ulah Fahri.
"Fahri! diam kamu!" kesal Pak Dedi.
"Saya diam kok, Pak," ucap Fahri.
"Kerjakan soal di depan, kamu diam sejak tadi!" kesal Pak Dedi.
"Kalau salah, bagaimana?" tanya Fahri.
"Pr kamu saya tambah, tidak ada penolakan, cepat kesini kau," ucap Pak Dedi.
"Kejam amat, Pak," ucap Fahri.
"Kerjakan cepat! banyak mengeluh kamu, Fahri," ucap Pak Dedi.
"Baik pak." Ucap Fahri.
Fahri maju ke depan kelas berniat mengerjakan di papan tulis. Fahri menggaruk belakang kepala, karena tidak memahami materi.
"Makanya, saat saya menjelaskan materi memperhatikan, jangan malah cengengesan tidak jelas," ucap Pak Dedi.
"Hehehe maaf, Pak," tawa Fahri.
"Hehehe, tidak ada yang lucu, Fahri. Tugas untuk kamu, kerjakan halaman 8 sampai 10 nanti lusa, kumpulkan ke meja saya," ucap Pak Dedi.
"Baik, Pak," Tapi saya ada pertanyaan pak." Ucap Fahri.
"Menanyakan apa, Fahri?" tanya Pak Dedi.
"Kan lusa hari minggu, Pak. Bapak sudah pikun ternyata, atau jangan-jangan, karena Bapak botak jadi kayak begini ya," ucap Fahri.
Pak Dedi menjewer telinga Fahri sangat kencang, kelakuan Fahri menguras emosi Pak Dedi.
"Sakit tahu, Pak!" kesal Fahri.
"Salah kau sendiri!" kesal Pak Dedi.
"Saya adukan sama komnas anak!" pekik Fahri.
"Tidak peduli," ucap Pak Dedi.
Namun Fahri malah semakin beradu mulut dengan Pak Dedi, kelas semakin rusuh akibat itu semua, namun sudah terbiasa akan hal itu.
Karena lelah Pak Dedi menyuruh Fahri kembali duduk saja dan belajar lagi, sementara Nadira malah memperhatikan seperti ingin menyampaikan sesuatu.
Fahri heran kenapa sejak tadi Nadira memperhatikan dia, membuat Fahri kebingungkan plus aneh gitu melihat tatapan mata Nadira. "Ngeri gua lihat tuh cewek lihatin mulu," batin Fahri.
Fahri duduk di sebelah Nadira menoleh kearah Nadira. "Lu napa daritadi lihatin gua, ada hal aneh sama gua, kan?" tanya Fahri.
"Kagak ada," ucap Nadira.
Pelajaran berlangsung rusuh seperti biasanya, dan akhirnya bel pulang berbunyi namun Fahri enggan untuk bangun dari kursi.
"Gua duluan ya, Al," ucap Nadira menepuk pundak Fahri.
"Hati-hati di jalan," ucap Fahri.
"Ciee lu khawatir, sama gua?" Nadira meledek kearah Fahri tapi hanya ditanggapi acuh oleh Fahri. "Iya gua tahu emang cantik, jadi lu terpesona," ucap Nadira.
"Wajah kayak cicak begitu," ucap Fahri.
"Somplak lu!" kesal Nadira.
"Udah tahu somplak, tapi malah ditemenin," ucap Fahri.
"Karepmu, mas al," ucap Nadira.
"Hahahaha," tawa Fahri.
Nadira pergi dari kelas meninggalkan Fahri sendirian saja, karena suasana sudah sepi jadi Fahri memutuskan pergi dari kelas.
Hp Fahri berbunyi, Fahri merongoh kantong celana sekolah saat cek tertulis nama Danel.
Fahri mengangkat telepon dari Danel, di seberang sana nada suara khawatir Danel tentang keadaan Fahri dan sebagainya. "Gua baru aja keluar dari kelas, sebentar lagi ke kantin," ucap Fahri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fahri (END)
Dla nastolatkówNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah keluarga saja tidak lebih. Mahendra Sabil Al Fahri cowok ceria yang menyimpan berbagai luka karena perlakuan tidak adil kedua orangtuanya. Fahri menggunakan topeng ceria di depan semua orang untuk menutup luk...