12. PENENGAH

120 11 0
                                    

Sudah siap menjelajah ruang friendzone?

"Bener ya kata orang, temenan bertiga itu gak enak"

«selamat membaca»

Hari paling tidak ditunggu-tunggu tiba, lembaran berisi soal-soal fisika sudah berada di depan mata. Guru killer perempuan selaku guru mapel tersebut berjalan mengelilingi kelas dua belas IPA 2 guna mengawasi gerak-gerik mencurigakan dari para muridnya.

Bu Ratna menatap salah satu murid laki-laki yang sedari tadi menoleh ke sana kemari, wanita paruh baya dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu menghampiri murid laki-laki tersebut lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Chandra mahendra?" panggil Bu Ratna.

Chandra sontak berhenti menulis dan menoleh ke samping, jantungnya berdegup kencang serta bulu kuduknya berdiri, seolah-olah guru di sampingnya ini ialah mahluk tak kasat mata yang harus ia hindari.

"Ya bu?"

Semua siswa penghuni kelas itu mengalihkan atensinya ke arah Chandra, ada yang menatapnya was-was, ada yang menahan tawa, dan ada yang memanfaatkan waktu itu untuk mencari jawaban soal-soal dari smartphone.

"Kenapa celingak-celinguk? Mau minta contekan?" Bu Ratna menarik kertas ulangan Chandra. "Masih kosong begini padahal tinggal sepuluh menit, cepat kerjakan!"

Chandra mengangguk lalu mengambil kertas itu lagi dan berpura-pura menghitung rumus. Sungguh, fisika adalah mata pelajaran paling tak diminati! Setuju?

Seorang gadis dengan penjepit pita warna ungu di rambutnya itu berdiri dari tempat duduk, kemudian berjalan ke dapan, tepatnya ke meja guru.

"Sudah selesai, Kanaya?" tanya Bu Ratna ketika murid yang menduduki peringkat satu parallel itu berjalan ke arahnya dengan sebuah lembar kertas yang sudah terisi penuh.

"Sudah bu." Kanaya tersenyum lalu berlalu menuju bangkunya lagi untuk membersihkan alat tulisnya lalu setelah itu keluar kelas.

Kanaya tak sengaja menatap Reynald yang juga menatapnya, cowok dengan jaket denim itu menatapnya memohon, meminta jawaban. Namun, sebelum Kanaya menjawab Reynald,

"Kenapa kamu, Rey?"

Sial, Bu Ratna lebih dulu menangkap basahnya karena mengajak berbicara Kanaya. Reynald dengan pasrah berdiri dari duduknya, biarlah lembar jawaban belum terisi penuh, cowok itu hanya ingin keluar kelas karena sudah tidak tahan, perutnya pun sudah keroncongan.

Reynald dan Kanaya keluar dari kelas bersama, Kanara masih sibuk menghitung rumus-rumus agar dapat menemukan jawaban. Chandra dan Galang yang melihat Reynald keluar kelas dengan wajah mengejek mereka itu pun langsung menyerahkan lembar ulangan, meskipun ada yang belum mereka jawab.

"Akhirnya..." Reynald mendudukkan tubuhnya di samping tembok kelasnya diikuti Kanaya.

"Tumben cepet? Jawaban lo ngawur, ya?" tanya Kanaya.

"Biarin, udah pusing gue. Pengen makan, pengen rebahan, pengen bab." Reynald berujar seraya menatap Chandra dan Galang uang keluar kelas.

"WUHU!!! MERDEKA!!!" Galang berseru mengundang perhatian para siswa yang berlalu lalang di koridor.

Cowok dengan seragam yang sengaja ia buka itu duduk ditengah-tengah Reynald dan Kanaya. "Lo tadi ngapain, Chan? Sampe di pelototin Bu Fisika."

"Gak tau tuh, padahal gue cuman celingak-celinguk dan gak ngeluarin suara, eh tetep aja di tegur!" Chandra menggerutu di tempatnya berdiri, cowok berdarah campuran jawa dengan Bali itu bersandar di pilar koridor.

KANARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang