25. ASING

207 13 0
                                    

Sudah siap menjelajah ruang friendzone?

"Dibalik senyuman palsu, ada tangis yang sewaktu-waktu akan meluruh. Dibalik tawa yang terdengar, ada isakan yang berusaha disembunyikan."

«selamat membaca»


Dibukanya pintu berbahan dasar kayu itu pelan, enggan menimbulkan suara berisik dan menghancurkan kesunyian rumah yang sudah bertahun-tahun ada.

Kanara melangkahkan kakinya masuk setelah sebelumnya mengucap salam, namun tak ada jawaban. Lanjut melangkahkan kakinya lagi, masuk lebih dalam dan mendengar suara televisi serta gelak tawa di ruang keluarga. Lalu, setelah sepuluh langkah dari ruang tamu ia sampai di ruangan ramai itu. Kanara melihat sepupu perempuannya sedang bercanda dengan seorang wanita paruh baya, duduk berdampingan di atas sofa sambil menatap layar televisi.

Hidup. Benar, ruang keluarga ini sudah hidup, setelah sekian lama sunyi tak terisi, meskipun bukan putri rumah yang mengisi.

Kanaya menoleh, menyadari kedatangan Kanara. Wanita paruh baya itu juga menoleh, menatap putrinya dengan pandangan tak bisa diartikan.

"Dari mana, ra? Kok pulang sore? Padahal setau gue gak ada kerja kelompok di kelas, lo juga gak ikut extra, habis darimana?" Kanaya bertanya beruntun.

Kanara diam, kemudian hendak membuka suara, namun didahului oleh mamanya.

Rina berujar, "kanara, sampai kapan mama berhenti ingetin kamu buat fokus sama masa depan kamu? Mama capek, ra...kamu itu udah gede, harus bisa bedain mana yang penting, mana yang bukan."

"Lihat Kanaya, meskipun dia punya banyak kegiatan dia tetep belajar, fokus sama masa depannya. Gak pengen kamu kayak Kanaya? Berprestasi, mandiri, rajin. Kamu gak pengen banggain orang tua kamu sekali saja, ra?" Rina membuang nafasnya, masih menatap putrinya yang berdiri di kejauhan sana.

Gadis berambut sebahu itu diam, mengeratkan genggaman tangannya pada tas. Ingin berkata, tapi bibirnya engga bersuara. Bisu diluar, tapi siapa tahu ada teriakan kesakitan dari dalam.

Lagi dan lagi, senyum tipis itu terlihat.

&

Ruang makan itu dipenuhi suara obrolan yang sama sekali tidak dipahami Kanara, gadis dengan baju tidur itu hanya mendengarkan percakapan antara Fajar, Rina dan juga Kanaya. Jika tidak Kanaya yang memaksanya untuk ikut makan malam, ia tidak akan pergi ke tempat ramai ini dan lebih memilih makan malam di kamar bersama Biru.

Meskipun ramai dan berada dibawah naungan lampu terang, Kanara tetap merasa sendiri, ruang makan ini seolah-olah gelap gulita, sunyi dan sepi.

"Nay, kakak kamu masih belum pulang?" tanya pria paruh baya dengan baju rumahan.

"Belum om, masih di kosan. Katanya ada event besar, jadi banyak rapat di kampus." Kanaya menjawab, dan segera menutup handphonenya saat mengetahui ada pesan dari Reynald, nanti saja ia balas.

"Tante kasihan sama kakak kamu, nay. Pasti capek, ngurus ini itu tapi tetep merjuangin ipk 4. Salut tante, kamu juga harus kayak gitu ya, nay. Tapi jangan terlalu di kejar, nanti malah sakit." Rina berkata seraya meminum air putih yang sudah tersedia di dalam gelas kaca itu.

KANARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang