17. MULAI ADA RASA

145 11 0
                                    

Sudah siap menjelajah ruang friendzone?

"Perasaan itu datangnya tiba-tiba, muncul tanpa diduga, juga dapat menghilang dalam sekejap mata."

«selamat membaca»

Kedua remaja perempuan itu berjalan keluar dari ruang rapat osis, mereka berjalan beriringan menelusuri koridor. Cahaya lampu remang-remang yang baru saja dinyalakan oleh satpam sekolah menemani mereka berdua sepanjang perjalanan menuju parkiran sekolah, karena cahaya matahari mulai meredup oleh sebab itu kedua pengurus osis yang sudah purna itu memilih pulang ke rumah.

Kanaya melihat sekeliling yang tampak sepi, hanya ada beberapa siswa yang masih berlalu-lalang, mungkin masih ada urusan di sekolah. Seperti mereka berdua misalnya, Kanaya dan teman satu organisasinya itu baru saja membereskan barang-barang mereka yang mungkin saja tertinggal di ruang osis sebab mereka sudah demisioner dan akan meninggalkan sekolah ini.

"Nay!"

"Apa?" tanya Kanaya menatap Lala disampingnya.

"Gue pengen nanyain ini nih dari dulu, dari kelas sepuluh kalo gak salah tapi lupa mulu, mumpung sekarang gue inget, gue mau tanya tentang hubungan kalian bertiga, sumpah gue penasaran banget nay! Apa murni persahabatan atau-" kalimat Lala terputus saat tiba-tiba Kanaya berhenti berjalan dan menyela perkataannya.

"Lo juga salah satu dari mereka ya rupanya?"

"Eh, bukan gitu nay maksud gue. Gue cuman pengen tahu yang sebenarnya aja, biar gue gak nge-shipin lo sama rey." Gadis itu mencoba menjelaskan maksudnya, memang ia salah satu dari mereka yang mendukung hubungan Reynald juga Kanaya. Gadis bernama Lala itu sangat gemas dan tidak tahan untuk membuat Kanaya peka.

Kanaya menarik nafas pelan lalu membuangnya, kemudian berkata, "kalian udah tahu yang sebenarnya dari dulu malahan, kita bertiga cuman temenan gak lebih. Gue udah bilang berapa kali sih, kalo gue, rey, sama rara itu gak seperti yang kalian pikirin. Friendzone lah, bertepuk sebelah tangah lah, itu semua gak bener. Kalau emang bener, persahabatan ini gak bakalan awet, dan pasti bakal canggung."

"Tapi gue boleh gak beropini kalo sebenernya si rey suka sama lo, dan... Kanara suka sama rey." Lala tetap kukuh akan pendapatnya, gadis dengan tas ransel merah muda itu sudah lama sekali ingin menyampaikan hal ini kepada Kanaya. Namun, selalu lupa dan ingatnya sekarang ketika mereka akan lulus.

"Ngawur!"

"Nay, lo tuh cuman gak peka aja, lo gak liat rey ngasih perhatian lebih ke lo dibandingkan ke Kanara, dari tatapan matanya aja gue tahu kalo dia suka sama lo nay..."

"Lo peramal ya? Bisa-bisanya berasumsi kalo rey suka sama gue padahal lo liat kita berdua berinteraksi aja jarang, dan gue yang setiap hari sama dia gak pernah berpikir sampe situ. Rey memperlakukan gue sama rara sama, malahan kemarin-" ucapan Kanaya disela oleh Lala, membuat gadis dengan rambut terurai panjang sepunggung itu menatap malas.

"Ngga! Gue yakin rey suka sama lo. Dan, Kanara suka sama rey. Kalian terlibat cinta segitiga, cuman lo nya aja yang gak sadar nay."

"Apa yang ngebuat lo berpikir kalo rara suka sama rey?" tanya Kanaya, ia sedikit terkejut akan perkataan Lala meskipun belum tentu benar. Kanara menyukai Reynald?

"Keliatan aja, mungkin cuman gue yang sadar akan hal itu. Tapi gue beneran yakin karena gue pernah ada di posisi Kanara, Reynald itu baik, perhatian, gak menutup kemungkinan kan? Kalian juga udah sahabat dari kecil."

KANARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang