15. 3 RASA

157 13 0
                                    

Sudah siap menjelajah ruang friendzone?

"Langit pun tahu perasaan ku, lalu kenapa kau yang tepat berada dihadapan ku tidak tahu? Atau...memang tidak ingin tahu?"

«selamat membaca»

Aroma kopi bercampur roti milik cafe joglo tercium di indera penciuman mereka bertiga ketika baru saja menginjakkan kaki di parkiran cafe bernuasa jawa itu.

Reynald melihat sekeliling cafe yang tampak sepi, tidak seperti biasanya. "Tumben sepi"

"Malah bagus, bisa leluasa kita." Kanaya melangkahkan kakinya menuju ke dalam. Gadis itu terlihat senang karena hari ini ia bisa mengistirahatkan otaknya dengan meminum secangkir kopi buatan Kang Asep dan membaca buku di dekat jendela.

"Ra" panggil Reynald saat berjalan beriringan dengan Kanara menuju cafe.

Kanara menoleh, menaikkan sebelah alis. Bersiap mendengarkan perkataan Reynald, yang semoga saja tidak membuat moodnya berubah.

"Gak jadi, nanti aja." Reynald masuk terlebih dahulu, dan menyapa kang Asep. "Kang!"

Pemuda berusia dua puluh tahunan itu tersenyum, kang Asep tengah membuatkan kopi pesanan Kanaya sepertinya.

"Kang Asep, Rara kaya biasanya ya." Kanara berujar, dan berlalu meninggalkan Reynald menuju mbak Shinta untuk memesan roti.

"Aku juga, kang"

"Sip!"

Reynald berjalan menghampiri Kanaya yang sudah duduk rapi di bangku dekat jendela sembari berkutat dengan buku-buku yang baru saja gadis itu pinjam. Tanpa sadar, sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis, nyaris tak terlihat.

"Rey! Enaknya gue baca yang mana?" tanya Kanaya saat Reynald sudah duduk, sembari menunjukkan dua buku yang sudah ia pilih. Namun ia bingung harus membaca yang mana, keduanya terlihat menarik dan ia sulit untuk memilih, maka dari itu dia meminta bantuan Reynald.

"Sini liat." Reynald mengambil salah satu buku dengan sampul paling unik, lantas membaca sinopsisnya.

"Bagus, cuman konfliknya agak berat. Coba liat satunya." Reynald mengambil buku satunya, cukup tebal dari buku sebelumnya.

Setelah membaca sinopsis dari buku berjudul Ambivalen tersebut, cowok dengan jaket denim itu dapat menyimpulkan bahwa buku yang dibawanya kini adalah novel romansa. Kemudian menyerahkan ke Kanaya lagi, "Yang ini, Nay. Konfliknya ringan cuman masalah hati, kalo yang itu sejarah, gue gak terlalu suka. Udah masa lalu, ngapain diungkit-ungkit."

"Emang dasarnya lo gak suka sejarah, tapi beneran ini bagus?"

"Hm, baca dulu sinopsisnya."

Meletakkan tasnya di samping Reynald, Kanara mendudukkan tubuhnya di samping Kanaya. Gadis berambut sebahu itu mengambil garpu dan hendak memakan cheesecake nya.

"Mau?"

Reynald dan Kanaya menggeleng, menolak tawaran Kanara. Kanaya akhirnya membaca buku pilihan Reynald, sedangkan cowok bongsor itu membuka ponsel genggamnya ketika dirasanya benda pipih itu bergetar.

"Permisi, pesanan datang." Kang Asep berjalan menghampiri ketiga remaja itu, dengan kedua tangan yang membawa sebuah nampan berisi tiga kopi diatasnya.

"Terima kasih," ujar Kanara, mengambil satu gelas berisi kopi favoritnya.

"Ini teh habis pulang sekolah langsung ke sini?" tanya Kang Asep.

"Iya, kang. Tiba-tiba pengen banget minum kopi paling enak se bandung." Kanaya berucap seraya menyeduh kopi yang sedikit mengepul uapnya itu.

KANARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang